HAPPY READING 🤩
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🐾∆∆∆
Setelah Mareta tau itu adalah Cantika. Ia pun berbalik arah dan segera pulang ke rumahnya. Untung daerah itu tidak jauh dari rumah Mareta. Masih banyak pertanyaan yang terngiang-ngiang di benak Mareta. Tapi Mareta tetap akan menanyakan semua pertanyaan itu pada Cantika besok saat di kelas.
"Udah Mareta jangan dipikir melulu, besok tanyain aja sama orangnya," ucap yang berdialog pada dirinya sendiri.
Selama perjalanan pulang, Mareta melihat orang berjualan telur gulung di dekat taman perumahan rumahnya. Karena itu merupakan makanan favoritnya, tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri dan membeli telur gulung itu. Nampak si penjual yang sepertinya sudah tua, itu membuat Mareta semakin iba pada si penjual telur gulung itu.
"Pak saya beli telur gulung ya 10 biji ya," ucap Mareta sembari memberikan uang Rp 10.000 ke si penjual.
"Di tunggu ya neng," jawab si penjual dengan suara pelan, karena memang si penjual itu sudah nampak tua.
Sembari menunggu pesanan yang sedang dibuat , Mareta duduk di kursi dekat si penjual telur gulung itu dengan menikmati suasana taman yang indah.
Di tempat duduk taman yang berjarak sekitar ±1m dari Mareta. Ada seseorang yang sedang duduk dengan posisi tegak. Namun dari tatapannya sangat sendu dan sedih. Wajahnya yang pucat seperti orang yang sedang sakit. Kebingungan pun akhirnya melanda pikiran Mareta lalu ia bertanya pada dirinya sendiri, ada apa dengan orang itu? Apakah hanya Mareta saja yang bisa melihatnya? Tapi ini masih siang lho.
"Neng ini telur gulungnya udah jadi," ucap si penjual telur gulung sembari memberikannya pada Mareta.
"Terima kasih ya pak. Permisi," setelah itu Mareta pun melangkahkan kakinya menjauh dari tempat duduknya.
Saat hendak melewati orang yang tadi di perhatikan oleh Mareta. Ia sempat melihatnya kembali. Kali ini orang itu ikut menoleh ke arah Mareta, sepertinya ia tau jika ada orang yang sedang memperhatikannya.
Jika Mareta lihat orang lain yang berada di sekitarnya, sepertinya mereka tidak melihat keberadaan orang yang sedang duduk itu. Apa benar yang bisa melihatnya hanya Mareta saja, itu tandanya dia adalah sesosok arwah?
Benar saja sosok itu berdiri lalu menoleh ke arah Mareta dengan area jidat yang dipenuhi oleh darah segar yang mengalir dari ubun-ubun. Saat Mareta melihat kakinya, benar sekali kali itu tidak menapak pada tanah. Mareta mencoba tenang dengan keadaan saat ini. Perlahan ia berjalan meninggalkan taman itu dan berharap jika sosok itu tidak mengikutinya atau sampai mengganggunya.
Akhirnya Mareta sampai di rumahnya, ia merasa lega karena tidak ada hal aneh yang terjadi. Sampai di pintu rumah ia segera membuka pintunya lalu masuk ke dalam rumahnya.
"Eits bawa apaan tuh?" tanya Reno jail.
"Gak tau," jawab Mareta pura pura-pura.
"Gak usah bohong," ucap Reno sembari jalan mengikuti Mareta yang berjalan ke arah dapur untuk mencuci tangan dan mengambil piring.
"Iya udah iya kalo mau minta ambil aja," putus Mareta.
"Gitu dong," jawab Reno dengan cengiran jail khasnya yang bikin kaum hawa klepek-klepek.
Saat sedang nyaman-nyamannya makan telur gulung sambil nonton film di tv, tiba-tiba saja Mareta di kejutkan dengan bayangan yang melintas di hadapannya. Sontak saja ia menarik kembali tangannya yang hendak mengambil setusuk telur gulung. Reno yang melihat tingkah adiknya yang tidak biasa menjadi bingung.
"Kenapa dek? Liat hantu lagi?" tanya Reno sembari menarik kepala Mareta agar tenggelam di dalam dada bidang milih Reno.
"I...itu," jawab Mareta dengan menunjuk arah tv dengan telunjuknya.
"Mana bisa gue liat dek, kan gue gak kek lu," jawab Reno balik.
Saat Mareta melihat ke arah yang sama, ternyata sosok itu sudah tidak ada lagi, mungkin sudah pergi. Entah pergi kemana asal dia sudah tidak lagi menampakkan dirinya. Lega rasanya karena sosok itu sudah hilang dari hadapannya. Bayangkan saja sosok arwah dengan wajah yang penuh dengan darah segar yang mengalir begitu saja dari ubun-ubun dan satu lagi yang Mareta lihat yaitu kulit lehernya yang mengelupas serta menampilkan daging yang penuh dengan belatung yang menggeliat.
Sungguh itu membuat Mareta ngeri dan ingin muntah.
"Tapi kenapa yang gw lihat lebih serem sekarang ya, dari pada di taman tadi?" - batin Mareta.
"Ah udah lah, ngapain juga masih pikirin begituan yang penting udah pergi," - lanjut batin Mareta
"Gimana?" tanya Reno pada Mareta yang seketika membuyarkan lamunannya.
"Udah pergi kak," jawab Mareta.
"Ya udah lanjut makan telur gulungnya. Lagian gk pertama kali kan begitu," ucap Reno.
Karena Mareta sudah tenang dan tidak merasa ketakutan lagi, mereka pun melanjutkan nyemil dan nontonnya.
Saat sedang tegang nonton film. Sari datang dengan membawa banyak sekali makanan. Sontak saja Reno dan Mareta kegirangan.
"Wow," ucapnya kompak.
"Jadi mama abis belanja? pantes aja dari tadi gak ada suara mama," protes Mareta.
"Awalnya mama mau ajak kakak kamu. Berhubung kamu lagi gak di rumah ya gak jadi, mama pergi sendiri terus kakak kamu jaga rumah," jelas Sari dengan suara keibuan.
Sedangkan Mareta hanya menanggapi dengan cengar-cengir dan langsung saja mendapatkan timpukan dari kakaknya.
"Nih makan ya anak mama tersayang," perintah Sari sembari menyuguhkan beberapa piring yang berisikan berbagai macam makanan salah satunya brownies coklat.
Pada akhirnya Reno, Mareta, dan mama Sari pun duduk di ruang keluarga dengan memakan makanannya. Tak lupa juga dengan minuman yang menyegarkan. Di tambah lagi dengan nonton film yang membuat hati penonton menjadi campur aduk tidak karuan.
Hingga waktu berlalu begitu saja. Saat film kedua yang di tonton sudah habis mereka pun mematikan tv. Reno pergi ke kamarnya untuk mandi. Sedangkan Mareta membantu Sari untuk membereskan piring dan gelas yang ada di meja lalu setelah itu ia pergi ke kamarnya untuk mandi juga. Sama halnya yang akan di lakukan oleh Sari.
∆∆∆
JANGAN LUPA KLIK BINTANG YANG DIBAWAH DAN FOLLOW AKUN INI 🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Girls [REVISI]
Terror[ Diharapkan follow sebelum membaca!!] (DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!) "Part masih lengkap" . . Kisah seorang remaja berusia 18 tahun yang memiliki kemampuan yang sangat langkah. Namun apa daya orang disekitarnya tidak pernah percaya aka...