indigo girls - 8

3.2K 303 3
                                    

HAPPY READING 🤩
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🐾

∆∆∆

Kejadian yang terjadi kemarin malam terulang lagi. Udara yang semula tenang kini membuat semua orang menjadi takut akan hal mistis yang hendak terjadi.

Mareta bangun lalu duduk di tempat tidurnya. Muncul sosok anak laki-laki yang beberapa hari lalu mengikuti Bima. Mareta bingung ia harus bagaimana sekarang.

"Jangan pernah kau menggagalkan rencana ku lagi gadis indigo!" ucap sosok itu.

Suaranya menggema di ruangan kamar Mareta. Matanya yang merah dan besar melotot ke arah Mareta.

"Lihat saja yang terjadi jika kau tetap menggagalkan rencana ku," tekan sosok itu lagi.

Mareta diam tidak menjawab perkataannya, tetapi ia akan terus mencari tahu siapa sebenarnya sosok itu. Saat di sekolah sosok itu terlihat berpakaian seragam sekolah yang sama dengannya, namun saat ini sosok itu terlihat memakai baju putih yang robek dan kusut seperti baju orang yang tertimpa reruntuhan bangunan.

∆∆∆

Pagi pun tiba

Suasana khas taman yang sangat sejuk, membuat siapa saja yang merasakannya menjadi damai dan tenang.

Mareta duduk di bangku keramik depan kelasnya sembari melihat keindahan taman sekolah. Sepagi ini Mareta sudah berada di sekolah karena ia harus ikut berangkat bersama kakaknya. Reno harus berangkat lebih pagi karena ada urusan di kampusnya.

Saat sedang santai-santai, Mareta ingat dengan kejadian semalam. Tanpa waktu lama, ia segera pergi dari tempatnya. Mareta segera pergi ke parkiran sekolah, yang merupakan tempat pertama kalinya ia bertemu dengan sosok yang mengikuti Bima. Mareta sempat berpikir, kenapa sosok itu selalu mengikuti kemanapun Bima pergi. Sebenarnya apa yang pernah dilakukan oleh Bima?

Saat tiba di parkiran, Mareta hanya melihat motor milik Beberapa murid saja. Mareta tidak sengaja bertemu dengan salah satu satpam di sekolahnya, akhirnya ia pun menghampirinya.

"Maaf pak saya mau nanya boleh gak?" tanya Mareta.

"Mau nanya apaan neng?" ucapnya.

"Dulu di sekolah ini pernah ada kejadian yang mengakibatkan korban ngga pak?" tanya Mareta.

"Saya disini baru 5 tahun neng, kalo selama saya disini mah gak ada kejadian kayak gitu," jawabnya.

"Ya udah kalo gitu pak saya permisi," ucap Mareta.

Setelah pergi dari parkiran, Mareta berjalan ke arah kelasnya karena 20 menit lagi bel berbunyi. Sebenarnya 20 menit itu masih lama, tapi Mareta tidak mau berlama-lama di luar kelas.

Seperti yang di duga, kelas Mareta masih sepi. Siswa/i memang banyak yang sudah datang namun mereka tidak langsung masuk ke kelasnya, malah masih sarapan di kantin sekolah.

Saat ini Mareta tengah duduk santai di kursinya sambil membaca novel remaja miliknya yang sengaja ia bawa. Jika Mareta sedang membaca, jangan kan suara orang lalu lalang suara orang yang memanggilnya pun kadang tidak terdengar. Bukannya apa, saat dia sedang membaca konsentrasi Mareta hanya tertuju pada bacaannya itu. Jadi semua yang terdengar dihiraukan olehnya.

Saat sedang asyik membaca, Mareta tersentak dengan suara bel sekolah yang berbunyi nyaring di dalam kelasnya maupun di luar kelas. Itu tandanya jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Mareta menutup buku bacaannya, tak lupa ia menandai sampai mana terakhir ia membaca. Saat sedang memasukkan buku ke dalam tas, Mareta baru tersadar kalau Cantika hari ini tidak masuk sekolah. Karena kursi di sebelahnya masih kosong.

"Mungkin dia gak masuk gara-gara nyokapnya sakit, semoga besok dia masuk lagi," ucap Mareta dalam hati.

∆∆∆

Bel istirahat pun berbunyi.

Murid yang awalnya tenang menjadi gaduh sebab terburu buru pergi ke kantin. Sedangkan Mareta ia memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolah, untuk mencari tahu siapa sosok anak laki-laki yang mengikuti Bima.

Saat sampai di perpustakaan, Mareta menanyakan dimana letak buku tentang sekolah atau murid SMA Rengganis. Setelah ia tahu dimana tempatnya, tanpa menunggu waktu yang lama lagi langsung saja Mareta menuju tempatnya buku yang ia cari.

Tepat di rak buku dekat jendela pokok ruangan perpustakaan, Mareta menemukan buku yg sedikit tebal dan kusut. Sepertinya buku itu sudah lama tidak dibersihkan oleh petugas perpustakaan SMA Rengganis.

Mareta membuka buku itu, terlihat logo SMA Rengganis yang tertempel di buku itu.

Tanpa di duga, rak buku di depan Mareta, tiba-tiba saja bergerak sendiri. Padahal tidak ada orang di sekitar Mareta, sebab jarang murid yang datang ke perpustakaan ini. Sekelabat bayangan berlalu di balik rak buku di depan Mareta. Setelah bayangan itu hilang, rak buku pun ikut berhenti bergerak. Mareta berusaha pergi dari tempat itu.

"Bu, saya pinjam buku ini ya," ucap Mareta.

"Iya silakan, kamu tanda tangan disini dulu," jawab guru penjaga perpustakaan.

"Baik bu saya permisi," pamit Mareta.

"Iya," jawabnya.

∆∆∆

Saat ini jam menunjukkan pukul 15.30 wib. Saatnya siswa/i SMA Rengganis kembali ke rumah masing-masing.

Mareta berjalan di koridor yang menghubungkan antara parkiran dengan gerbang sekolah.

Brak....

"Lu lihat-lihat dong kalo jalan," ucap seorang cowok.

"Iya sorry gue ngga sengaja," ucap Mareta sembari mengambil tasnya.

Saat melihat wajah cowok itu, Mareta kaget. Ternyata yang ada di depannya sekarang adalah Bima.

"Lu? Mau ngapain lagi? Mau bilang kalo gue diikutin setan?" tanya Bima beruntun dengan nada kesal.

"Ngga kok gue gak mau bilang apa-apa sama Lu,"

Jawab Mareta dengan celingak-celinguk mencari sosok yang selalu mengikuti Bima. Tumben saja hari ini ia tidak mengikuti di belakang Bima.

Selepas menjawab pertanyaan Bima yang beruntun, Mareta segera pergi ke depan gerbang sekolah untuk menunggu jemputan dari kakaknya.

∆∆∆

JANGAN LUPA KLIK BINTANG YANG DIBAWAH DAN FOLLOW AKUN INI 🤩

Indigo Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang