27-The Letter

168 27 6
                                    

Suara kenop pintu yang ditekan tersebut seketika menginterupsi hening ruangan. Menandakan seseorang baru saja masuk ke dalam. Kendati demikian, Eunji memilih tak bergeming dan tetap diam dalam posisi membelakangi pintu seolah tengah tertidur.

"Kau mencari Park Jimin, kan?"

Namun ketika nama pria yang kehadirannya sudah ia nanti-nantikan sejak kemarin itu disebutkan, tentu saja ia tak bisa menahan diri untuk tak membalikkan badan dan melihat sosok itu.

Keningnya seketika mengerut karena alih-alih menemukan Jimin, ia malah melihat wajah seorang gadis cantik yang sungguh asing baginya.

"Anda siapa?" tanya Eunji lurus.

Wanita itu mengulas senyum anggun. "Hayeon. Panggil saja begitu."

"Kenapa Anda disini? Dan mengapa Anda membawa-bawa nama Jimin?" Lagi-lagi Eunji melontarkan pertanyaan, namun kali ini terdengar sedikit nada tidak suka.

"Kau bilang kau ingin bertemu dengannya, tapi saat ini Jimin tidak bisa menemuimu karena suatu alasan. Jadi sebagai gantinya aku yang menemuimu."

"Kau pasti bertanya-tanya ada hubungan apa diriku dengan Jimin. Sebenarnya daripada kekasih, kami lebih menganggap satu sama lain kakak dan adik. Jadi tak perlu khawatir dan memandangku sinis begitu, aku tak akan merebutnya darimu," lanjut Hayeon santai seraya mendudukkan diri pada sebuah kursi.

Eunji bangun dari posisi baringnya dan beranjak duduk. Lalu melontarkan helaan napas pelan. "Lalu bagaimana dengan Jimin? Kenapa ia tak mau menemuiku?"

"Ada urusan yang harus dia kerjakan. Tidak perlu memikirkannya karena dia melakukan itu untukmu. Aku kesini untuk menyampaikan itu," jawab Hayeon cergas.

Kali ini gadis Min itu memasang raut pelik. "Untukku? Maksudnya?"

"Ada bahaya yang mengancammu sekarang, dan Jimin tengah mencoba untuk menyelamatkanmu dari itu. Aku tahu kau bingung, tapi aku juga tidak bisa mengatakannya secara jelas padamu. Yang terpenting, kau harus tetap hidup dan berhati-hati," cetus Hayeon serius.

Eunji diam dengan raut datar, tak terlihat terkejut sama sekali, lebih seperti gugup. "M-menyelamatkanku?" ulangnya.

Hayeon merogoh tasnya sebelum mengeluarkan sebuah amplop surat dari dalam sana. "Jimin ingin aku menyampaikan ini," katanya seraya menyerahkan amplop tersebut pada Eunji.

Selepas berkata begitu, ia lalu bangkit dari duduknya. "Itu saja. Aku akan pergi sekarang. Ingat ucapanku baik-baik. Kau harus berhati-hati mulai sekarang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Seseorang mungkin akan datang dan menyuntikkan racun pada selang infusmu."

"Jika Anda sudah selesai bicara, aku mempersilahkan untuk keluar," tanggap Eunji datar.

Hayeon menarik sudut bibirnya tipis. "Baiklah." Ia lalu pergi begitu saja.

Setelah memastikan wanita cantik itu telah meninggalkannya, Eunji segera membuka amplop warna biru muda tersebut, kemudian mengeluarkan secarik kertas dari dalam sana.

Ji, ini aku Park Jimin. Kau mungkin bingung dan kesal karena aku tak menemuimu, tapi ku harap kau mengerti bahwa ada yang tengah ku lakukan untukmu sekarang.

Sebelumnya aku minta maaf karena sudah membuatmu harus mengalami semua ini. Aku menyesal untukmu, Ji. Kesalahanku padamu sudah begitu besar, tak adil jika aku hanya datang dan berlutut memohon maaf padamu.

Karena itu, aku memutuskan untuk menghilang sebentar sampai dapat ku pastikan keadaanmu sepenuhnya baik-baik saja. Ini mungkin sedikit lama, jadi jangan cari aku dan fokuslah pada kesehatanmu.

Target [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang