"Apa aku benar-benar harus memakai ini, Jim?" Eunji terdengar menggerutu bersamaan dengan menarik-narik ujung dress-nya. Wajar saja, dia kan hampir tidak pernah memakai dress seperti ini. Apalagi dress itu membuat pahanya cukup terekspos. Eunji jelas tidak menyukainya.
Jimin disampingnya hanya tersenyum manis. "Kenapa? Kau terlihat sangat cantik."
"Lagi pula kau juga akan memakai dress yang lebih berat dari pada itu di pernikahan kita nanti. Yang kau pakai sekarang ini tidak ada apa-apanya," tambah Jimin yang langsung mendapat geplakan manis di keningnya dari Eunji.
"Mengkhayal saja," cerca pribadi dengan rambut dikucir kuda itu sebelum menggeleng tak habis pikir.
"Ingat, ya. Aku mau menemanimu ke pesta itu hanya karena kau akan mentraktirku ayam setelah ini," lanjut Eunji cergas.
Ya. Sekitar setengah jam lalu setelah Jimin mengantarnya pulang sore tadi, pria itu tiba-tiba datang ke rumah lagi dengan membawa sebuah paperbag yang ternyata berisi dress. Pemuda itu ingin Eunji menemaninya datang ke pesta ayah temannya. Eunji hampir menolak kalau saja Jimin tidak menyogoknya dengan ayam goreng.
"Arraseo," sungut Jimin. "Tapi ngomong-ngomong, bukankah aku terlihat tampan dengan tuksedo ini?"
Eunji lantas menjatuhkan tatapannya pada Jimin yang kini memang terlihat sangat tampan. Pria itu terlihat rapi dan keren, sudah hampir menyamai pria-pria tall and handsome, young and rich. Yah.. walaupun Jimin bisa dibilang tidak terlalu tinggi dibanding pria-pria lain.
"Ya.. lumayan," jawab Eunji singkat, padat, dan tidak jelas. Ayolah, 'lumayan' dari mananya? Jelas-jelas Jimin terlihat 10 kali lebih tampan dari biasanya.
"Lumayan?" ulang Jimin sedikit tidak terima. Ia sudah bersusah payah kesana kemari demi mencari parfum yang menurutnya cocok di hidung Eunji, ia juga sudah susah-susah mempelajari cara menata rambut yang baik dari internet, dan ia bahkan sudah menyetrika tuksedo ini 2 kali demi terlihat menawan di mata Eunji. "Ya ampun, istriku. Bagaimana bisa kau berkata begitu dengan mudahnya? Ah, tidak tahu. Akuㅡ"
"Arraseo, kau tampan. Puas?" Eunji mengalah pada akhirnya. Ayolah, ia tak punya waktu untuk mendengarkan cicitan anak ayam ini.
Jimin langsung mengembangkan senyum anak kecilnya. "Iya, hehe."
"Sekarang ayo cepat pergi. Temanmu pasti sudah menunggu." Tidak sih, Eunji hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan semua ini dan mendapat ayam gorengnya.
-
"Jimin-ah!"
Yang dipanggil segera menoleh pada sumber suara. Begitu pula gadis disampingnya. Jimin langsung mengembangkan senyumnya ketika seorang pria yang ia tahu sebagai putra dari pemilik pesta datang menghampirinya.
"Yooo, kau sudah datang rupanya." Pria itu tersenyum lebar. Ia kemudian mengalihkan pandangnya pada Eunji yang kini menatap penuh tanya. "Siapa ini?"
Eunji sedikit membungkukkan badan. "Min Eunji," ungkapnya singkat.
"Wahh, Park Jimin, kau memang selalu mendapat yang cantik-cantik," celetuk pemuda tersebut yang langsung mendapat lirikan tajam dari Jimin.
"Eunji, aku Gong Daewon. Terserah mau panggil Daewon atau Gongdae, tapi beberapa temanku juga ada yang memanggil Wonnie. Wonnie, bukankah itu cukup lucu? Hahaha. Aku jadi ingat tokoh kartun. Tahu, kan? Wonnie the Pooh! Hahaha, lucu sekali. Aku juga kadangㅡ"
KAMU SEDANG MEMBACA
Target [Park Jimin]
FanfictionEunji tidak pernah tertarik untuk membuat kisah cinta semasa sekolah seperti gadis lain. Apalagi jika itu dengan Park Jimin, murid baru yang diam-diam menjadikan Eunji target balas dendam seseorang. "Apa sih maumu? Kenapa terus menggangguku?" "Mauku...