15-Him and Her

198 25 2
                                    

"Bagaimana bisa kau gagal? Aku sudah mengatur rencana ini dengan sangat baik tapi kau malah terlambat datang?"

Jimin hanya mampu menundukkan kepalnya ketika Tuan Kim masih tak berhenti menudingnya sejak beberapa menit lalu.

"Sebenarnya kau kemana dulu saat itu? Jika dihitung dari jarak gedung ini menuju tempat penyekapan itu, harusnya kau bisa sampai dalam 5 menit meski dengan jalan kaki," tanya Tuan Kim tak habis pikir.

"Maafkan saya." Hanya itu yang mampu terucap dari birai si anak SMA di depannya.

Tuan Kim terdengar menghela nafas gusar. "Karena kau telah lalai, aku akan mengurangi 50% gaji ayahmu bulan depan," putusnya.

Jimin terkesiap seketika mendengar hal itu. "T-tapi, Tuan. Ayah tidak salah apa-apa. Saya yang lalai. Harusnya Anda menghukum saya saja. Tolong jangan libatkan Ayah atas kesalahanku. Bukankah dia melakukan tugasnya dengan baik?"

"Lagipula.. saya sudah berhasil membuat Eunji menerima saya. Saya sudah memperbaikinya, bahkan sekarang saya dan Eunji menjadi semakin dekat," tambah Jimin, berusaha sekuat mungkin untuk meyakinkan pria itu.

Tuan Kim tentu tidak bisa percaya begitu saja ketika Jimin bahkan tidak punya bukti sama sekali saat mengatakan itu. "Apa kau punya jaminan kalau kalian benar-benar semakin dekat?" tanyanya dengan tatapan meragukan yang ketara jelas.

Jimin hening sejenak. "Anda.. bisa memasang alat penyadap di telinga saya."

Tuan Kim terlihat menimbang-nimbang perkataan tersebut. Sesaat kemudian ia mengangguk setuju. "Baiklah. Aku akan meminta ayahmu untuk mencarikan alat penyadap yang sesuai agar tidak terlalu mencolok. Aku akan memanggilmu lagi besok, jadi pastikan ponselmu aktif. Kau boleh pergi sekarang."

Jimin membungkukkan badannya sopan. Kemudian berjalan keluar dari gedung tersebut tanpa berpikir sedikit pun bahwa harusnya ia tak pernah mengajukan usul seperti itu.

{♡}

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Eunji merasa dirinya seperti seorang jalang yang berpindah-pindah dari rumah seorang pria ke rumah pria lainnya. Maksudnya, sejak kapan ia bisa sedekat ini dengan para anak laki-laki? Ingatan tentang bagaimana Seokjin dan Jimin mengecup pipinya, berkata kalau mereka menyukainya, seketika kembali berkelebat di otaknya. Dan.. apa sekarang ini?

Eunji mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar dengan interior modern ini. Kamar Taehyung. Dia menghembuskan nafas pelan dan menumpu dagu pada kedua lututnya. Padahal tamu bulanannya belum datang, tapi perasaannya sudah berantakan sekali hingga membuat dirinya sendiri kerepotan.

"Eunji,"

Gadis berponi itu menoleh ketika tahu-tahu Taehyung sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan secangkir teh hangat di tangannya. Dia kemudian berjalan menghampiri, meletakkan cangkir kaca itu di atas nakas dekat tempat tidur sebelum ikut mendudukkan diri di tepi kasur. "Minum itu. Kau harus menghangatkan badanmu," titahnya.

Eunji menurut saja. Lagi pula ia memang cukup haus. Ia masih belum sarapan dari tadi pagi, hanya minum sekaleng soda dan Matcha Latte.

"Sudah lebih baik?" tanya Taehyung tanpa ekspresi yang berarti.

Gadis itu mengangguk singkat, canggung. Eunji menjadi sedikit kikuk setelah Taehyung menyanggupi permintaannya di pemakaman tadi. Dia sudah tidak bisa mempertahankan citranya sebagai gadis yang kuat dan tahan banting lagi. Karena nyatanya ketua kelasnya itu sudah mengetahui semua tanpa disengaja.

Target [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang