Jimin meloloskan tawa remehnya lantaran tak ada tanggapan dari lawan chatting-nya. Bisa Jimin tebak, Eunji sedang terhenyak oleh pesan yang ia kirimkan terakhir kali. Yang tentu saja itu adalah salah satu dari sekian banyaknya jenis kepalsuan Jimin.
"Sudah ku duga, dia tak ada bedanya dengan gadis lain," dengus Jimin.
Tatapan Jimin bertemu dengan sebuah pisau di atas nakasnya. Entah sudah berapa kali pisau itu menancap pada tubuh gadis-gadis, ulah Jimin tentunya.
"Sayang sekali kau harus menjadi korban selanjutnya dari benda itu, Min Eunji."
Tidak, Jimin bukan psikopat karena akalnya sehat-sehat saja. Dia masih waras seutuhnya. Tapi jika kau bilang Jimin adalah pembunuh, mungkin itu benar. Meskipun dulunya Jimin tak pernah berpikir untuk menjadi seorang pembunuh, namun nyatanya dia menikmati pekerjaannya itu.
Jimin melirik jam dinding yang menggantung di salah satu sisi kamarnya. Tangannya kembali mengetik sesuatu, sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur dan membangun mimpi indah dimana ia akhirnya dapat menyelesaikan misi dan mendapat imbalan dari Tuan Kim.
Park Jimin
Sudah malam
Selamat tidur, Ji
Mimpi indah!❤{♡}
"Pelajar, bisa tolong ceritakan kronologis kejadiannya?" Itu adalah kali ke-9 sang polisi melayangkan pertanyaan yang sama. Namun bocah laki-laki yang masih menginjak kelas 1 SMP itu hanya terdiam. Dia masih shock atas kejadian yang baru saja matanya saksikan.
Polisi tersebut menghela nafas kasar. Lantas berkata pada rekannya, "Sepertinya dia masih shock. Bawa ia pulang ke rumahnya. Kita lanjut penyelidikan ini besok."
Jimin seketika angkat bicara. "Aku tidak ingin pulang ke rumah. Banyak darah.." tolaknya seraya menggeleng kuat. Suaranya terdengar bergetar. Dia terlihat ketakutan.
Sukses membuat polisi dan rekannya itu pening kepala. "Lalu bagaimana? Kau mau kemana? Kau tidak menjawab pertanyaan kami dan hanya melamun sedari tadi. Aku mengerti jika kau masih terkejut, kau harus istirahat, atau tidak penyelidikan ini akan macet."
"Tidak, aku tidak mau pulang. Aku tidak mau." Jimin mulai menangis lagi. Kini sekujur tubuhnya ikut bergetar. Ini benar-benar malam yang menakutkan bagi Park Jimin.
"Park Jimin!"
Jimin beserta para polisi tersebut menoleh ketika seorang pria memanggil namanya. Jimin sedikit mengerutkan keningnya tanpa menghilangkan kesan sendu pada wajahnya. Jimin tidak kenal pria itu.
"Apa Anda mengenal anak ini?" tanya sang polisi seketika.
"Iya, saya mengenalnya. Dia adalah putra dari teman saya," jelas pria itu.
Rekan dari polisi tersebut tampak memicingkan mata. "Bukankah Anda adalah CEO dari Hanseok Group?"
"Iya, benar. Itu saya. Saya dulu sempat berhutang pada ayahnya. Saya berniat ingin membalas budi, tapi saya mendengar dari tetangganya kalau dia menjadi korban pembunuhan. Jadi saya langsung menuju ke sini untuk menemui Jimin," terang Tuan Kim sembari merangkul pundak lesu Jimin.
"Kalau begitu bisakah Anda membawa Jimin untuk sementara? Dia masih shock sehingga penyelidikan ini jadi agak rumit. Tapi dia tidak mau pulang ke rumahnya."
"Baiklah, tentu saja," jawab Tuan Kim menyanggupi.
Jimin akhirnya ikut dengan Tuan Kim setelah pria itu berhasil meyakinkan Jimin bahwa semua akan baik-baik saja. Keduanya pun masuk ke mobil berwarna silver yang terparkir di depan kantor polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Target [Park Jimin]
FanficEunji tidak pernah tertarik untuk membuat kisah cinta semasa sekolah seperti gadis lain. Apalagi jika itu dengan Park Jimin, murid baru yang diam-diam menjadikan Eunji target balas dendam seseorang. "Apa sih maumu? Kenapa terus menggangguku?" "Mauku...