Dunia memberikanmu banyak alasan untuk berbahagia, jadi apa yang membuatmu menyia-nyiakan semua itu dengan bersedih atas hal-hal yang tidak perlu kau ratapi?
-Park Jimin
Eunji sedikit menjengit ketika sebuah susu kotak dingin menempel di keningnya. Sedetik setelahnya, barulah ia sadar bahwa Jimin lah penyebab benda bersuhu rendah itu mendarat tiba-tiba di dahinya. Tak ayal membuat tangan itu seketika melayang sebelum mendarat mulus di lengan lelaki itu.
Jimin mengaduh singkat sebelum menatap Eunji dengan wajah merengut sebal. "Hei, kenapa tiba-tiba memukulku??" protesnya dengan raut anak ayam tidak kebagian makan.
Eunji mengernyit tak terima. "Kau duluan yang menggangguku." Gadis itu kemudian mengambil alih susu kotak Jimin dan memukulkannya singkat pada kepala pemuda itu. Sukses membuat Jimin lagi-lagi mengaduh. Sementara gadis itu hanya mendecih kecil sebelum menyarangkan sebuah sedotan di kemasan susu itu, lantas meneguknya tenang.
"Habisnya wajahmu dari tadi cemberut terus. Siapa tahu kau demam lagi," dalih Jimin setelah menghembuskan nafas cepat.
Eunji terdengar diam dan tak menggubris ujaran Jimin. Gadis itu hanya terus menyeruput susu rasa vanilla itu dengan wajah kusut.
"Ada apa, hm?" tanya Jimin lembut.
Gadis itu terlihat berhenti menyedot cairan manis tersebut. Agaknya, ada sesuatu yang dipikirkan dalam otaknya. "Hei, Park Jimin," panggilnya.
"Eoh? Wae?" sahut Jimin dengan suara manis pun menenangkan.
"Kau dapat nilai berapa di ujian tadi?" tanya Eunji dengan topik diluar dugaan. Ya, ini sudah hari ujian. 3 hari setelah tragedi danau itu terjadi. Sebenarnya Jimin tidak yakin jika gadis kesayangannya itu sudah benar-benar sembuh. Tapi bukan Eunji namanya jika ia tidak terus mengotot dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Ngomong-ngomong, Jimin juga sudah mengakui perbuatannya terkait masalah Doyeon melalui laman anonim sekolah. Namun entah mengapa respon murid-murid sangat berbanding terbalik dengan respon mereka pada Eunji dulu. Maksudnya, para siswi itu mendadak bersikap seolah tak terjadi apa-apa dan mewajari perbuatan Jimin. Eunji meyakini satu faktor, yaitu ketampanan Jimin. Ya, siapa yang bisa menghujat wajah tampan itu?
Jimin memiringkan kepalanya lirih ketika Eunji tahu-tahu membahas nilai. "Nilaiku? Tiba-tiba saja?"
"Iya, nilaimu. Jawablah cepat," desak Eunji tidak sabaran dengan nada suara dan raut wajah yang bisa dibilang tidak santai.
"Oh.. aku dapat sembilan," jawab Jimin kemudian kendati ia jelas terlihat masih bingung.
Maka setelah jawaban itu tersampaikan dari bibir Bratz Jimin, Eunji terlihat kembali murung dan menghela nafas tak bersemangat.
"Hei, ada apa, sih? Kenapa kau cemberut begitu? Kau sakit lagi?"
Eunji mendecak singkat sebelum menggelengkan kepalanya lirih. "Aduh, kacau sekali!" Dia tiba-tiba mengerang sebal sembari menghentakkan sebelah kakinya.
"Apa? Ada apa? Apa yang kacau?" Sementara disini, Jimin benar-benar terlihat seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa, dan semakin terlihat bodoh karena Eunji membuatnya bingung seperempat mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Target [Park Jimin]
FanfictionEunji tidak pernah tertarik untuk membuat kisah cinta semasa sekolah seperti gadis lain. Apalagi jika itu dengan Park Jimin, murid baru yang diam-diam menjadikan Eunji target balas dendam seseorang. "Apa sih maumu? Kenapa terus menggangguku?" "Mauku...