Tidak ada yang menyenangkan dari kehilangan. Apalagi jika itu orang yang sangat disayangi. Rasanya seperti separuh jiwamu pergi, dan ruang dimana memori tentangnya terkumpul tiba-tiba meledak, lalu merambat dan memberi rasa sakit yang begitu dalam di hati.
Dan Eunji merasakannya. Ia telah kehilangan ibunya. Ia juga tak akan pernah bisa menemui ibunya lagi, kecuali ia di alam yang sama dengan sang ibu.
Rasanya, hari dimana mereka menjalin kasih sayang sebagaimana ibu dan anak itu begitu jarang terjadi karena kesibukan masing-masing. Eunji jadi menyesal. Harusnya ia meluangkan waktunya lebih banyak. Harusnya ia lebih sering membahagiakan Eunrae. Harusnya ia sadar betapa berharganya kenangan-kenangan kecil seperti saat ia membuatkan teh hangat untuk sang ibu.
Harusnya.. ia pulang malam tadi.
Menyadari ada yang tidak beres dengan Eunji disana, Jimin lantas melahap potongan terakhir sandwich-nya dan berjalan menghampiri sang gadis.
"Ji?" panggil Jimin.
Eunji yang tak kunjung merespon dan hanya menunduk seketika membuat Jimin cemas. "Ji? Ada apa? Siapa yang meneleponmu?"
Eunji mengangkat kepalanya dan menatap Jimin nanar dengan kedua manik yang tahu-tahu sudah berlinangan air mata. Membuat Jimin terkejut seketika.
"Ji?? Kenapa menangis? Hei, ada masalah apa, hmm?" tanya Jimin lembut sembari menangkupkan kedua tangannya pada pipi Eunji. Ibu jari dari tangan kanannya mengusap pipi Eunji penuh afeksi.
"J-jimin.." Suara Eunji terdengar begitu bergetar dan parau.
"Ya? Ada apa? Aku disini," sahut Jimin lembut, ibu jarinya masih bergerak pelan-lambat di atas permukaan kulit pipi Eunji.
"Jimin.. hiks," Eunji mulai terisak. Isakan itu semakin lama berubah menjadi tangisan seiring Jimin membawa dirinya ke pelukan.
Setengah menit berselang, Eunji buru-buru melepaskan diri dari dekapan Jimin. "Jimin, antarkan aku pulang. Aku ingin pulang sekarang juga. Aku ingin pulang," pinta Eunji rewel tanpa menghilangkan isak tangisnya.
"Iya iya, baiklah. Aku akan menyuruh Paman Shin untuk mengantarmu ke rumah, ya? Sebentar,"
"Kau juga ikut, Jim," tambah Eunji tegas, masih dengan air mata yang tak berhenti mengucur deras.
"Iya, aku akan menemanimu. Tenanglah, ya?" Jimin tersenyum lembut sembari mengusap-usap punggung Eunji sejemang sebelum pergi untuk memanggil supirnya.
{♡}
Yoongi menghembuskan nafas frustasi seraya memijit pelipisnya, berharap pening di kepalanya mampu sedikit berkurang. Sementara sang istri masih setia mengusap-usap punggungnya lembut guna memberikan sedikit rasa tenang. Namun tetap saja, meskipun Yoongi tak bersuara, air matanya yang sedari tadi terus gencar berlomba-lomba menuruni pipi itu menegaskan bahwa pria ini sedang dirundung kesedihan yang amat.
"Yoon, itu Eunji," ujar Aerin yang seketika membuat kepala Yoongi terangkat.
Dan benar saja, Eunji kini sudah tiba dengan wajah memerah karena banyak menangis, dan tak lupa sosok Jimin di belakangnya.
Yoongi bangkit seketika. "Eunjㅡ"
"Dimana Ibu?" tanya Eunji gusar tanpa memedulikan keadaan lagi. Gadis itu nampak sangat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Target [Park Jimin]
FanfictionEunji tidak pernah tertarik untuk membuat kisah cinta semasa sekolah seperti gadis lain. Apalagi jika itu dengan Park Jimin, murid baru yang diam-diam menjadikan Eunji target balas dendam seseorang. "Apa sih maumu? Kenapa terus menggangguku?" "Mauku...