8-Is She A Killer?

258 30 3
                                    

Eunji melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam kelas. Di edarkannya pandangan penuh was-was itu ke seluruh penjuru kelas. Semua murid nampak tetap sibuk dengan urusan masing-masing. Yang bermain tetap bermain, yang belajar tetap belajar, dan yang tidur tetap tidur. Jadi, Jimin sungguh-sungguh menepati janjinya? Syukurlah.

Kali ini dia sudah tak ragu lagi untuk melanjutkan langkahnya menuju bangku.

-

"Aku kan sudah bilang tidak. Telingamu tersumbat ikan paus atau bagaimana?"

"Kalau kita makan siang bersama, aku akan mentraktirmu makan ayam besok."

"Setuju. Ayo cepat."

"He? Semudah itu?"

"Ayo, Jim. Kenapa jalanmu lama sekali?"

Jadi begitulah ceritanya bagaimana tadinya Eunji yang sekeras batu bersikeras menolak ajakan Jimin, kini malah duduk dan makan siang dengan tenangnya bersama lelaki ini. Jimin mengulum senyum tatkala menyaksikan gadis di depannya ini mendadak terlihat imut dengan pipi yang makin gembil lantaran mengunyah makanannya.

"Apa? Kau lihat apa?" tanya Eunji kesal. Tentu saja ia menyadari bagaimana Jimin menatapnya erat dengan senyuman aneh yang terlihat menyebalkan dimata Eunji.

Jimin semakin melebarkan senyumannya. Pria itu menyumpit daging babi goreng di nampannya dan menaruhnya pada nampan Eunji. Kejadian itu berulang beberapa kali secara cepat.

"Hei, kenapa kau membuang makananmu padaku?" Nada bicara Eunji terdengar meninggi. Wah, ia kesal setengah mati.

Sementara Jimin hanya mengulas senyum menawan. "Kau terlihat manis saat makan. Jadi, makanlah yang banyak."

"Bagaimana kalau aku makin gendut?"

"Memangnya kau peduli dengan berat badanmu?"

"Tidak, sih."

Tentu saja. Eunji tahu, dia adalah gadis paling girang di dunia. Dia melakukan apa yang ia mau tanpa peduli kata orang. Bagaimanapun, Eunji adalah Eunji dan orang-orang tidak bisa menghakimi harus menjadi seperti apa ia. Karena tidak ada yang mutlak dari penilaian manusia. Toh semuanya sama saja di mata Tuhan. Yang membedakan hanya mana insan yang banyak dosa dan mana yang tidak.

"Kau sendiri? Kau tidak makan?" tanya Eunji yang menyadari bahwa sedari tadi Jimin belum menyentuh makanannya.

"Wah, apa kau perhatian padaku?" Jimin melayangkan tatapan genit dengan bibirnya yang tersenyum jahil pada gadis di depannya. Sukses membuat Eunji meletakkan sumpitnya dan menggebrak meja cukup kencang dengan tangannya yang mengepal.

"Mau mati?"

Jimin menelan salivanya gugup. "M-maaf. Aku hanya bercanda tadi." Hei, jangan salahkan dia. Memangnya siapa sih yang tidak akan ngeri melihat aura yang dipancarkan Eunji saat marah? Jimin yakin, kucing pun akan kabur seraya mengeong ketakutan.

Sebenarnya tidak ada sesuatu yang Eunji lakukan saat marah. Gadis itu terkadang hanya mengepalkan tangannya, atau menggebrak sesuatu yang itu pun tak terlalu kencang. Tapi, tatapan dingin nan tajam itulah yang membuat orang-orang merasa terintimidasi dan kicep seketika.

Belum lagi kalau Eunji sudah menghela nafas, seramnya jadi bertambah 1000 kali lipat. Anehnya, umpatan yang keluar dari mulut Eunji justru terdengar lebih wajar jika dibandingkan diamnya gadis itu.

Eunji kemudian mengalihkan pandangan datarnya pada makan siangnya lagi, meraih sumpit yang tadi ia pasrahkan ke atas meja dan kembali melahap Udon pada nampannya.

"Ji, kau tidak marah, kan?" tanya Jimin takut-takut. Yang benar saja, kenapa targetnya harus seseorang seperti Eunji, sih?

"Kalau kau tidak mentraktirku makan ayam besok, tentu aku sudah pergi sekarang," cetus Eunji santai.

Well, setidaknya gadis ini bisa disogok dengan ayam goreng.

"Oh iya, Ji. Apa kau mau jalan-jalan ke Coex Aquarium denganku sepulang sekolah nanti?"

"Tidak. Aku punya urusan. Lagi pula aku juga tidak mau jalan-jalan denganmu. Cukup saat kita di Sungai Han saja. Tidak usah lagi."

Jimin sudah menduganya. Lantas pria itu tersenyum tanpa bisa diartikan. "Kalau tidak mau, aku tidak jadi mentraktirmu makan ayam besok."

Eunji seketika menaruh sumpitnya lagi dan menatap Jimin lurus. "Ya sudah, terserah. Aku akan pergi sekarang kalau begitu."

Jimin sedikit tersentak melihat Eunji tiba-tiba beranjak berdiri seraya membawa nampan makan siang di tangannya. "Aku lebih baik tidak kau traktir ayam dari pada berakhir jalan-jalan denganmu," tandasnya.

Eunji mendengus sinis. "Kau pikir aku semau itu di traktir ayam olehmu? Tidak, dasar bedebah cilik sialan. Hanya karena aku minta maaf untuk tamparanku kemarin, bukan berarti aku sudah membuka hati untukmu. Jadi, jangan banyak berharap. Lebih baik kau buang jauh-jauh perasaanmu itu. Karena aku tidak akan pernah membalasnya."

Setelah berkata begitu, Eunji kemudian melenggang pergi tanpa memedulikan Jimin lagi. Sementara disini, Jimin menatap nampan makan siangnya dengan tatapan serius, berpikir keras.

Ternyata obsesi Eunji pada ayam tidak sebesar yang di bayangkan Jimin. Dan ternyata perasaan Eunji pada Jimin lebih tertutup dari yang ia pikirkan. Jimin kini bisa merasakan dengan jelas bagaimana hati Eunji mengunci diri rapat-rapat dari semua hal yang mampu membuat wanita biasa tersipu, termasuk Jimin. Dan itu membuat hatinya sedikit mencelos.

Jadi, apakah Eunji benar-benar gadis yang berbeda? Yang tidak akan luluh begitu saja hanya dengan berbekal rayuan manis? Yang tidak peduli tentang pangkat, harta, pun rupa?

{♡}

1 jam lagi suara paling merdu bagi para siswa akan berbunyi--bel pulang. Saat ini sedang tidak pelajaran di kelas Eunji karena guru yang harusnya mengajar malah menghilang. Biasanya jika jam kosong begini, Eunji akan senyap lantaran fokus membaca buku-buku pelajarannya.

Tapi, tidak.

Pikiran gadis itu malah tersangkut pada pria yang tak lama ini menjadi murid baru di sekolahnya. Tak biasa sekali seseorang pindah saat menjadi siswa senior, apa lagi di pertengahan semester.

Selain memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi alasan Jimin pindah, ketiadaan lelaki itu di jam istirahat tadi juga membuatnya kepikiran. Jimin itu selalu mengikutinya meskipun mereka beda kelas. Jadi, apa yang membuatnya menghilang tiba-tiba? Apa Jimin sungguh bolos? Tapi untuk apa? Kan Eunji disini?

Suara teriakan nyaring seorang siswi terdengar memenuhi beberapa koridor. Memancing hampir seluruh orang yang mendengarnya untuk mendatangi asal suara tersebut.

Namun tidak untuk Eunji. Disaat hampir seluruh warga kelasnya berbondong-bondong menghampiri sang pemilik suara, gadis itu tetap duduk tenang di tempatnya sambil membuka-buka buku, upaya agar dirinya tak lagi memikirkan Jimin. Ia tak perlu ikut campur masalah orang lain, pikirnya.

Hanya sampai ia mendengar namanya disebut-sebut oleh beberapa orang, Eunji akhirnya beranjak dari tempat dan ikut menghampiri.

"GADIS GILA! KAU SANGAT GILA, MIN EUNJI! AKU MEMBENCIMU! AKU HARAP KAU JUGA MATI SEPERTI MAKHLUK YANG KAU BUNUH!!"

Eunji terpaku di tempatnya. Sekujur tubuhnya terasa gemetaran ketika dilihatnya Kim Doyeon meringkuk ketakutan pada sudut toilet dengan darah berceceran, Yoojung yang menenangkannya, serta satu bangkai kucing yang tergeletak di dekat mereka.

Apa yang sebenarnya terjadi?[]

Target [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang