Vote, follow, dan komen okey ;)
🥀🥀🥀
Karena orang lain tidak akan pernah mengerti apa yang sebenarnya kita rasakan.
-Rysa Pristeria-
🥀🥀🥀
Suasana sekolah begitu senyap. Bel masuk sudah berbunyi beberapa waktu yang lalu. Semua murid berada di kelasnya masing-masing, mengikuti pelajaran mereka dengan baik.
Pak Bambang menyusuri koridor dengan membawa senjatanya untuk menakut-nakuti anak muridnya yang bermasalah, penggaris panjang yang sangat melegenda serta gunting yang selalu dia bawa ke mana-mana.
Pak Bambang memasuki kelas satu per satu, memeriksa para muridnya yang tidak mematuhi aturan sekolah seperti; memakai sepatu selain warna hitam, mewarnai rambut, rambut gondrong (khusus anak laki-laki), dan memakai rok di atas lutut (khusus anak perempuan).
"Marsya, sudah beberapa kali saya bilang jangan pakai rok mini kaya gitu. Kamu pikir mau ngejablay, hah?" tegur Pak Bambang.
"Iya, Pak."
"Iya apa? mau ngejablay?"
"Iya, saya ganti roknya, Pak."
"Rudi, potong rambut kamu atau saya botakin di sini?" Pak Bambang beralih ke satu cowok yang rambutnya gonrong sampai menutupi sebelah matanya.
"Bagus, nama aja Bagus tapi penampilan nggak bagus. Rapihin baju kamu, masukin ke dalam, urak-urakan kaya gitu. Mau sekolah apa mau jualan martabak?"
"Rysa, bapak sudah bilang ganti warna rambut kamu yang ijo itu. Itu rambut apa rumput, sih?
"Ini warna biru Pak, bukan ijo."
"Kok nyolot, mau saya botakin juga?" tantang Pak Bambang, menyodorkan gunting yang sedari tadi bertengger di tangan kanannya.
"Iya engga, Pak. Maaf."
"Besok bapak lihat rambut kamu harus udah item lagi!"
"Iya, Pak."
Pak Bambang keluar dari kelas itu lalu beralih ke kelas lain. Melakukan hal yang sama, memeriksa setiap murid-muridnya. Pak Bambang itu bukan guru kiler, dia hanya pandai mengancam jadinya dijadikan guru BK. Awalnya beliau itu guru sosiologi namun, karena ada guru sosiologi yang baru posisinya digantikan.
Semua murid kembali ke kegiatannya masing-masing. Kebetulan hari ini tidak ada guru yang masuk.
Rysa, Dania dan Marsya berkumpul di kursi belakang. Seperti biasa ketiga orang itu mengobrol dan memikirkan rencana apa yang akan mereka lakukan nantinya.
"Rys, kayanya lo harus kasih pelajaran si cewek cupu itu deh." Marsya mengompori Rysa lagi supaya dia mengganggu Arunika.
"Bener tuh, bisa-bisanya dia jalan sama Daniel di belakang lo," tambah Dania semakin membara.
Rysa mengangguk-ngangguk. Kedua temannya itu ada benarnya juga, dia harus kasih pelajaran Arunika. Kebetulan dia juga sedang kesal, butuh pelampiasan untuk meredakan kekesalannya.
"Gue mau ke toilet dulu deh," ucap Rasa. Perutnya mendadak dapat panggilan alam.
"Perlu kita temenin?" tawar Marsya.
"Nggak usah, gue bisa sendiri."
Tanpa menunggu jawaban lagi, Rysa berlalu pergi. Ke luar menuju toilet.
--***--
Sebagus apapun sekolahnya, sedisiplin apapun sekolahnya tetap saja pasti ada segelintir orang yang suka membolos. Termasuk SMA Nirwana ini, Gerald salah satunya.
Meskipun Gerald berteman dengan Daniel yang notabene anak rajin plus kesayangan sekolahnya, tidak membuat Gerald berhenti menjadi anak yang bermasalah.
Cowok itu berkumpul di kantin belakang sekolah dengan teman-teman bermasalah yang lainnya.
Cekikikan tidak jelas sambil memakan kacang dan kuaci bersama-sama. Entah apa yang seru, Gerald hanya kurang kerjaan.
Brakkk!
Pak Bambang menggebrak meja sangat keras. Seperti yang sudah ia duga, pasti ada saja murid yang membolos pelajaran.
"Masuk ke kelas sekarang, atau saya bakar kalian semua?!" ancam Pak Bambang, emosinya membara. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran murid-muridnya yang hanya bisa bermain-main tanpa memikirkan masa depan mereka.
Semua yang ada di kantin itu terlonjak kaget, segera pergi dari sana sebelum Pak Bambang melayangkan penggaris legendarisnya.
"Gerald," panggil Pak Bambang.
Gerald menoleh, menatap Pak Bambang malas seolah tidak peduli dengan ancaman beliau.
"Masuk kelas," titahnya.
Memalingkan wajahnya. Gerald mengambil satu biji kuaci terakhir, membuka kulit kuaci itu dan memakan bijinya. Setelah itu dia beranjak dari duduknya, berjalan keluar melewati Pak Bambang yang masih berdiri di tempatnya.
Pak Bambang menghela napas berat, geleng-geleng kepala tak habis pikir. Sikap tidak peduli Gerald benar-benar kronis.
--***--
Rysa masuk ke dalam toilet wanita. Sepi, tidak ada siapa-siapa di sini. Letak toilet pun berada jauh dari lokasi kelas jadi wajar kalau toiletnya sepi.
Dari arah lain Gerald keluar dari kantin Mbak Isri. Melihat Rysa yang masuk ke dalam toilet sendirian. Tumben antek-anteknya tidak mengekor?
Gerald berniat menghampiri Rysa. Cowok itu menunggu Rysa di depan pintu toilet, bersandar di tembok sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Beberapa menit berlalu, Rysa keluar dari toilet. Gerald meraih tangan Rysa sontak Rysa pun berhenti dan berbalik melihat sang pelaku yang menarik tangannya.
"Apaan sih." Rysa menarik tangannya, melepaskan genggaman Gerald yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Santai dong, gue cuma mau ngajak ngobrol doang, kok." Gerald mengangkat kedua tangannya.
"Nggak minat." Rysa kembali berjalan, tidak berniat mengobrol dengan Gerald.
Gerald menatap kepergian Rysa yang berjalan menjauh sampai akhirnya hilang di balik tembok.
Gadis itu masih tetap tidak berubah semenjak lima tahun yang lalu. Sikap sarkastik dan temoramennya semakin menjadi. Apalagi setelah Rysa berteman dengan Marsya dan Dania, dia menjadi lebih jahat sampai sering membully seseorang.
Perubahan sikapnya yang terlalu drastis.
Gerald tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi teman masa kecilnya itu. Berbagai cara dia lakukan untuk mengembalikan Rysa seperti Rysa yang dia kenal dulu, tetapi sekarang untuk mendekati Rysa pun Gerald perlu waktu yang cukup lama.
"Kenapa lo jadi kaya gini sih, Rys?"
🥀🥀🥀
Follow ig: Syenamars
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Life
Teen FictionApa yang terlihat memang tak selalu menunjukan yang sebenarnya. ___ Start 6 Januari 2021 Finish 26 February 2021