Vote, follow, dan komen ya!
🥀🥀🥀
Suatu penyesalan yang paling menyakitkan ialah .... hanya mementingkan diri sendiri daripada orang-orang di sekitar kita.
Saat itu, seharusnya aku lebih memahaminya.-Geraldi-
Ketiga orang yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu --Rysa, Gerald, dan Daniel-- pertemanan mereka masih baik-baik saja.
Duduk melingkar sambil saling menatap, kegiatan yang selalu mereka lakukan di kala permainan siapa cepat dia dapat berlanjut.
Rysa menatap kedua temannya itu dengan tajam tidak jauh berbeda dengan yang ditatap, sama-sama menyalakan mode mata elang. Di depan mereka sudah tersedia kelereng yang jumlahnya lumayan banyak, di antara banyaknya kelereng ada dua bola bekel ukuran sedang yang harus mereka ambil dengan cepat, dan yang dapat akan bebas sedangkan yang kalah akan mendapat hukuman.
"Satu." Rysa mulai menghitung.
"Dua--"
"Tiga." Daniel menyela cepat saat Gerald berhitung kedua.
Mendengar kata 'tiga' disebutkan, cepat-cepat tangan mereka menyambar bola bekel yang dikelilingi kelereng itu. Tidak mau kalah dan tidak ingin dapat hukuman, mereka pun berebut bola bekel itu bagaikan ayam-ayam di pagi hari yang berebut makanan.
"Dapat ...." Daniel bersorak, bangga dirinya dapat bola bekel yang berwarna merah. Sedangkan bola bekel yang berwarna kuning didapatkan oleh Gerald ... itu artinya Rysa kalah dan harus dapat hukuman.
"Curang, Lo," sewot Rysa tidak terima. Daniel curang menghitung terlalu cepat sampai Rysa kelang-kabutan hanya demi mendapatkan bola bekel.
"Lo yang lemot," tukas Daniel tak mau kalah.
"Lo ngitungnya nggak bener."
"Makanya jangan ngelamun."
Gue ngelamun karena liatin lo, Daniel. Rysa berucap dalam hati.
Masih rahasia kalau sebenarnya Rysa menyukai Daniel, bahkan Daniel pun belum mengetahuinya. Meskipun Daniel itu menyebalkan, tidak mau kalah, selalu mengajaknya berdebat itu tidak mengurangi rasa suka Rysa kepada laki-laki itu.
Sudah sedari kecil Rysa menyimpan perasaan lebih kepada cowok itu. Rysa berniat menyatakan perasaannya saat mereka sudah mulai dewasa dan pantas untuk dikatakan jatuh cinta.
Di sisi lain Gerald hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kedua sahabatnya itu yang selalu saja beradu mulut.
"Udah dong, debat mulu dari kecil, perasaan," sela Gerald menengahi Rysa dan Daniel. Kedua manusia yang tadinya sibuk beradu mulut pun berhenti saat Gerald menyudahi. Namun, mata keduanya masih saling menyensor satu sama lain. Mengibarkan bendera perang yang tak kasatmata.
"Dahh, ahhh, gue mau pulang dulu." Daniel bangkit dari duduknya.
"Mau ke mana?" tanya Rysa, dia sangat penasaran. Apapun yang akan Daniel lakukan Rysa selalu ingin tahu.
"Kepoo." Daniel menjulurkan lidahnya meledek, tidak peduli dengan pertanyaan klise gadis itu.
"Yaudah minggat, Lo sana," usir Rysa akhirnya merasa gondok dengan cowok itu. Namun, dalam hatinya dia merasa tersinggung karena diabaikan.
Setelah Daniel pergi kini di sana hanya ada Gerald dan Rysa.
Rysa menggeser tubuhnya, mempertipis jaraknya dengan Gerald bahkan mendekatkan wajahnya di depan wajah Gerald. Gerald tertegun, sedikit terkejut bahkan kini detak jantungnya berpacu lebih cepat. Rysa terlalu dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Life
Teen FictionApa yang terlihat memang tak selalu menunjukan yang sebenarnya. ___ Start 6 Januari 2021 Finish 26 February 2021