🥀 12 | Kekesalan yang tidak berkesudahan

42 37 6
                                    


Bukankah disetiap perjuangan selalu ada yang harus dikorbankan?


🥀🥀🥀

Arunika pergi meninggalkan perpustakaan --lebih tepatnya menghindari Daniel. Dia tidak ingin terlanjur mencintai laki-laki itu, dia benar-benar tidak ingin siapapun terluka.

Arunika tidak pernah menyangka Daniel akan sejauh ini. Tidak pernah terlintas dipikirannya untuk bisa sedekat ini dengannya, tapi siapa yang tahu kalau Daniel memang tulus kepadanya.

Berjalan menjauh, saat ini yang Arunika inginkan adalah menjauh dari Daniel. Meski hasilnya akan tetap sama, Daniel akan tetap mengejarnya. Arunika juga tidak akan berhenti dan menatap ke belakang.

Tepat di belokan menuju kelasnya, Arunika bertabrakan dengan seseorang.

"Awwww!?" pekik orang itu. Melihat siapa orang yang menabrak dirinya, dan dia ... orang yang selama ini tidak disukai kehadirannya. "Lo--"

"Ehh, maaf," kata Arunika minta maaf. Dia benar-benar tidak sengaja.

"Lo kalo jalan liat-liat dong, mata lo ditaro di mana?" seru Rysa. Mengetahui yang menabraknya itu adalah Arunika, tentu membuat rasa kesalnya bertambah.

Rysa pikir Arunika itu adalah biang masalah baginya, maka dari itu Rysa tidak pernah suka kepadanya.

"Maaf aku nggak sengaja." Arunika meminta maaf untuk yang kedua kalinya, berharap Rysa memaafkannya dan tidak berbuat macam-macam kepadanya seperti yang sudah-sudah.

"Nggak sengaja ... nggak sengaja, Lo emang sengaja, kan, nabrak gue?" tuduh Rysa.

"Enggak." Arunika menggeleng cepat. "Aku beneran nggak sengaja," katanya sungguh-sungguh.

"Halahhh, alasan lo ...." Rysa mendorong tubuh Arunika sampai tersungkur ke lantai. Seakan itu tak puas membuatnya meredam kekesalan, Rysa menunduk mempertipis jaraknya dengan Arunika lalu tangannya terulur untuk menoyor kepala gadis itu seraya berkata, "makanya kalo punya mata dipake, jangan jadi pajangan doang."

"Rysa!"

Mendengar namanya disebut, Rysa pun mendongak dan menoleh ke sumber suara yang menyerukan namanya.

"Daniel," gumam Rysa lalu merubah kembali posisinya, berdiri.

Terlihat di sana Daniel bejalan menghampirinya, memasang muka garang seolah menghapiri orang yang sudah merusak barang kesayangannya. Tentu melihat Arunika diperlakukan seperti tadi membuat Daniel kesal, marah, juga kecewa Rysa menjadi tidak berperikemanusiaan.

"Lo apa-apaan, sih, Rys." Daniel menukikkan alisnya tajam, lalu berjongkok, meraih pundak Arunika dan membantu gadis itu berdiri.

"Dia yang mulai duluan, Dan. Dia tabrak aku," ungkap Rysa membela diri.

"Arunuka, kan, udah bilang nggak sengaja dan minta maaf sama kamu," kata Daniel membela Arunika, membuat Rysa semakin gondok karena disalahkan.

Di sini semuanya memang salah. Arunika yang tidak sengaja menabrak Rysa yang sedang dilanda kekesalan, ditabrak seperti tadi membuat Rysa semakin kesal. Maksudnya, kenapa kesialan selalu datang bertubi-tubi kepadanya?

"Tapi, dia yang mulai duluan." Rysa tetap membela diri, tidak ingin disalahkan dalam hal ini.

"Udah!" Daniel menjeda. "Udah marah-marahnya? Lo tuh kenapa, sih, jadi pemarah kaya gini." Daniel tidak tahan dengan sikap Rysa. Selama ini dia hanya diam, tapi melihat kelakuan Rysa yang semakin menjadi-jadi seperti ini, Daniel pun tidak bisa membiarkannya. Bagaiman pun juga Rysa adalah temannya?

Daily LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang