🥀 30 |Ending

20 7 5
                                    


Saat Rysa memilih untuk pergi dan berdiam diri di bawah pohon, tempat favoritnya dahulu yang kini tempat itu sudah tidak terawat, Rysa bergelut dengan hati dan pikirannya.

Kau tau rasanya saat dunia sedang tidak berpihak padamu? saat itu rasanya ingin menghilang saja dari dunia ini. Toh, sudah tidak ada lagi yang peduli. Setidaknya itu yang sekarang Rysa rasakan.

Bagaimana saat Daniel menuduhnya, membentaknya, bahkan saat papanya sendiri juga ikut menyalahkan dirinya, Rysa benar-benar kehilangan harapannya. Agaknya semangat hidupnya pun sudah tidak ada gairahnya.

Maka dari itu, gadis itu berakhir di sini, bersama hujan yang mengguyur bumi seolah mengerti dan menemani dirinya yang tengah bersedih.

Sebuah tangan ia rasakan menyentuh kepalanya. Hangat. Bahkan Rysa sudah tidak lagi merasakan hujan menghantamnya.

"Mama tau anak mama pasti kuat." Suara itu terdengar seakan tengah menyemangatinya.

"Mama." Rysa bergumam lalu membuka matanya.

Tidak ada siapa-siapa. Gadis itu bangkit mencari sosok yang baru saja berbicara padanya namun tak kunjung ia temukan. Tidak ada siapapun di sini selain dirinya, bahkan hujan pun masih mengguyur.

Rysa hanya berimajinasi. Berharap sekarang ada sang mama di sampingnya membuat gadis itu delusi. Rysa pikir dia sudah benar-benar bersama mamanya.

Mamanya sudah tiada, dan dia masih hidup. Benar, Rysa tidak boleh melupakan kenyataan kalau hidupnya belum selesai di uji.

Sebentar pikirannya tiba-tiba terpikirkan kepada seseorang yang selalu ia tindas dan sangat Rysa benci selama ini. Arunika.

Bayangan perempuan itu tiba-tiba muncul. Kalau diingat-ingat lagi, Rysa jadi berpikir apa perasaan gadis itu sama hancurnya seperti dia sekarang? ketika ditindas, dibuli, tidak dianggap ada, dan selalu dikucilkan. Yahh, Rysa rasa setelah insiden kemarin malam dia akan dijauhi teman-temannya?

Meski dia anak dari pemilik yayasan, tapi tidak menutup kemungkinan kalau mereka --semua orang-- memandang dirinya buruk, atau bahkan jikalau mereka bersikap baik hanya karena Rysa istimewa. Bayangkan kalau Rysa bukan anak dari pemilik yayasan? mungkin kehidupan di sekolahnya bertransformasi menjadi neraka.

Rysa juga berpikir, kenapa Arunika tidak pernah melawan? tapi disaat Rysa mengganggu anak lain justru gadis itu melawan, dan membela korban itu. Wanita aneh, pikir Rysa.

Tapi sekarang Rysa menyadari mengapa gadis itu tidak pernah melawan dan selalu menyigapi masalahnya dengan tenang.

Karena melawan akan sangat percuma.

Rysa sudah menyangkal kalau bukan dia yang mencelakakan Arunika, tapi semua orang tidak ada yang mempercayainya bahkan papanya sekalipun.

Rysa kembali berbaring lalu meringkuk karena dingin mulai menyerang. Dia tidak peduli kalau akan mati kedinginan di bawah hujan seperti sekarang, setidaknya itu lebih baik daripada harus hidup di tengah-tengah orang yang bahkan tidak percaya padanya.

Beberapa lama kemudian matanya mulai terpejam, dan sekarang jari-jari tangannya pun mulai mengeriput akibat kedinginan.

Antara sadar dan tidak, Rysa merasakan tubuhnya melayang di udara. Apa sekarang dia sudah mati? secepat ini? atau Rysa hanya bermimpi?

Saat itu pun Rysa benar-benar kehilangan kesadarannya.

Kepalanya pening, mungkin akibat hujan?

Rysa membuka matanya perlahan, dan mendapati dirinya sudah berada di dalam ruangan.

--***--

Beberapa minggu telah berlalu, semuanya kembali seperti semula bahkan sekarang Rysa sudah menemukan jawaban atas kekosongannya selama ini.

Daily LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang