Tiga Puluh Dua: Kenapa?

927 147 15
                                    

Hari ini Geraha datang sedikit telat dari biasanya, jam masuk akan berbunyi 5 menit lagi dan gadis itu baru saja menginjakkan kaki disekolahnya.

Geraha berjalan dengan riang, sesekali bernyanyi didalam hati. Ia sedang menyukai lagu dari Gangga - Blue jeans. Lirik yang ringan dan nada yang indah. Geraha suka.

"Tumben." Suara bariton seseorang tiba-tiba terdengar dari arah sampingnya bersamaan dengan munculnya tubuh cowok yang lebih tinggi dari nya.

Geraha menoleh dan mendapati Biru tengah berjalan berdampingan dengannya.

"Tumben kenapa?" Tanya Geraha bingung.

"Tumben dateng telat." Geraha tersenyum. Tersadar akan satu hal, gadis itu lalu menyuruh Biru berhenti mengikutinya.

"Kenapa?" Pertanyaan Biru tak langsung dijawab Geraha, gadis itu pun mengeluarkan sebuah jaket yang kemarin sempat dipinjamkan Biru untuknya.

"Makasih," ucap Geraha pada Biru sambil menyerahkan jaket tersebut.

"Hm." Biru membalas singkat dan mengambil kembali jaket miliknya.

Keduanya lalu melanjutkan jalan berdampingan menuju kelas. Saat dikoridor, mereka berdua melihat Kayna yang juga berjalan dari arah berlawanan dan memasang senyum yang Geraha tebak untuk Biru.

Dan benar saja, saat mereka sudah berhadapan, Kayna langsung mengambil tempat disebelah Biru dan ikut berjalan dengan mereka.

"Kalian berangkat bareng?" Pertanyaan Kayna digelengi Geraha.

"Enggak kok Kak, ketemu didepan." Penjelasan Geraha diangguki Kayna. Sementara Biru hanya diam, malas menjawab pertanyaan Kayna yang menurutnya tidak ada urusan juga dengan gadis itu jika Biru bersama Geraha atau tidak.

"Biru nanti jalan yuk! Gua teraktir deh, itung-itung ucapan terima kasih kemarin udah anterin. Kemarin kita gak sempet makan dulu karena nyokap gue udah nyariin." Ucapan Kayna tidak dijawab oleh Biru.

"Gua gak bisa." Jawaban Biru membuat Kayna mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa?"

"Gua harus belajar sama Geraha." Geraha yang namanya disebut pun menoleh ke arah cowok itu. Biru tidak sedikitpun menolehkan pandangan, tatapannya lurus ke depan.

"Gua tungguin," kekeuh Kayna.

"Gua lama, mau jalan sama Geraha." Bohong Biru, membuat Geraha membulatkan matanya sempurna. Ia lalu menatap tajam Biru. Sementara Kayna memandangnya tak suka..

"Eh?" Geraha berucap bingung.

"Jalan???" Tanya Kayna dengan sengit.

"Hm."

"Biru apaansi? Enggak kak, gak jalan kok belajar doang disekolah. Gua duluan , saya duluan Kak." Geraha dengan segera pergi lebih cepat menuju kelas setelah menatap Kayna dan Biru.

Ia tidak mengerti apa maksud Biru. Geraha hanya tidak ingin mendapatkan masalah dengan kakak kelasnya, Kayna. Dari tingkah Kayna sudah jelas sekali kalo dia menyukai Biru. Geraha pun sadar jika dia jauh berbeda dengan Kayna. Benar kata teman-teman nya, Kayna lebih cocok dengan Biru. Dan Geraha lebih baik sadar diri dan posisi.

--
Jam olahraga dikelas mereka pun tiba, semua murid berhamburan keluar untuk berganti pakaian. Namun, Geraha masih diam ditempat nya. Ia sebetulnya malas sekali, tapi mau bagaimana lagi.

"Yaelah lemes banget lo kayak ubur-ubur." Itu Iva yang berkomentar kala Geraha bangkit dari duduknya.

"Lo kenapa sih hari ini? Kayak yang gak ada semangat hidup." Bona menyahut.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang