Dua Puluh satu : Awal masalah baru

1.1K 161 40
                                    

Biru menatap tubuh sahabatnya dengan perasaan kesal. Sungguh, kondisi Daffi benar-benar sangat kacau.

Ia harus membalaskan dendam kepada seseoranh yang sudah membuat Daffi seperti ini.

"Gua tau lo mau balas dendam." Fikri menghampiri Biru yang sedang memperhatikan Daffi yang tertidur usai makan siang.

"Apapun  rencana lo. Cuma satu pesan gua yang juga menyuarakan apa yang Daffi titipin ke gua. Jangan sampai lepas kendali." Fikri mengingatkan.

Lepas kendali? Biru memang selalu tak sadar diri jika sudah dalam mode ibslinya saat bertengkar. Rasanya, ia terus berambisi  memukuli lawannya tanpa kenal ampun hingga lawannya tak bergerak lagi. Ia tau , ini sangat kejam dan tidak manusiawi. Tapi, baginya itu setimpal.

"Denger gak lo?" Tanya Fikri saat tidak mendapatkan jawaban dari Biru.

Biru melipat kedua tangannya, lalu mengalihkan tatapannya pada Fikri yang sedang menunggu jawaban darinya.

"Gak janji." Jawaban Biru membuat Fikri berdecak.

"Gua serius. Lo jangan sampai lepas kendali."

"Iya bawel lo kayak Bu Beta." Biru membalas dengan geram. Bu Beta adalah guru Bahasa Indonesia mereka. Sosok wanita berumur 46 tahun yang sangat cerewet menurut Biru.

"Bangsat?" Balas Fikri tak terima.

Tak berapa lama, Zaki datang dengan 2 kantung kresek cukup besar ditangannya. Wajahnya sangat ceria, bak anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah coklat dan permen.

"Senyam-senyum, cengar-cengir, serem bego!" komentar Fikri saat melihat wajah Zaki .

"Serba salah gua, kayak Kunto Aji. Diem dikata jelek, marah dikata buto ijo, ini sekarang senyum dikata serem dan bego. Mau lu apa njing?" Zaki bertanya dengan kesal.

"Mau gua? Pergi anjir sono!" Sahut Fikri.

"Udah untung lo punya temen kayak gua, bawain makanan. Kurang apa gua? Ya gak Ru?" Tanya Zaki pada Biru yang sedang memperhatikan infus milik Daffi.

"Kurang ibadah." Jawaban Biru membuat Fikri tertawa terbahak, sedangkan Zaki terdiam. Itu benar adanya.

Ada saat dimana mereka sedang melaksanakan sholat jum'at dan Zaki memilih tertidur, sampai sholat usai dan Biru serta teman-temannya yang lain tidak berniat membangunkannya. Sampai ia dibangunkan oleh penjaga masjid.

"Kayak lo ibadah aja," sahut Zaki.

"Ya gua emang ibadah lapor sama lo?" Balas Biru.

"Udah anjing lo berdua sama aja, ibadah cuma pas lagi susah. Lagi seneng mana ada ibadah? Alasannya nanti-nanti sampe ganti hari. Gitu-gitu terus." Fikri menengahi.

"Lu juga, bangsat." Biru menimpali.

"Lah? Emang. Tadi gua kan gak ngaku kalau rajin." Fikri menaikan kedua bahunya.

"Berisik! Udah sini lu pada makan, udah bela-belain gua nyeruduk antrian gado-gado Pak Marfu sampai dikata-katain ibu-ibu."

Zaki meletakan makanan yang ia beli dimeja ruangan inap milik Daffi. Ruangannya cukup luas, maklum hanya berisi Daffi saja. Zaki mengambil tempat dengan duduk dilantai.

Biru dan Fikri pun menghampiri cowok itu dan mengambil posisi yang sama.

"Kok pake toge?" Protes Fikri.

"Bacot! Udah makan aja! Tadi pas gua pesen gak pake toge, banyak ibu-ibu protes berujung gua diberi edukasi mendadak soal toge membuat kesuburan, bangsat! sampe gua ngantuk!" Penjelasan Zaki membuat Biru menggelengkan kepala pusing melihat kelakuan teman-temannya.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang