Empat Puluh Delapan: Janji

955 160 14
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan ini sudah terhitung kurang lebih 4 jam Biru berada dirumah Geraha.

Tadi, Biru sempat menemani Gahari dan Ragenta bermain PlayStation. Ketiganya beberapa kali melakukan pertandingan game tersebut, dan berakhir Ragenta keluar sebagai seseorang yang kalah. Ya Biru sebetulnya sudah biasa bermain PlayStation bersama dengan teman-teman nya. Jadi, dia sudah terlatih.

Dan sekarang disinilah Biru, sedang berbincang bersama Geraha dibalkon kamarnya yang berhubungan dengan kamar milik Ragenta. Tadi, Biru memang bermain PlayStation dikamar Ragenta. Sampai akhirnya Geraha mengirimkan pesan pada Biru untuk bertemu dengan dia dibalkon karena Geraha ingin berbicara sesuatu.

Untungnya, Gahari mengizinkan jadi Biru bisa menghampiri gadis itu yang sudah menunggu dirinya.

"Seru banget kayaknya main," ucap Geraha seperti tersirat nada sindiran disana.

"Kenapa? Cemburu?" Tanya Biru membuat Geraha tertawa dan memukul bahu cowok itu pelan.

"Dih gak banget," sahut Geraha, gengsi. Padahal jujur ia emang sedikit kesal karena Biru terlihat mengabaikannya dan malah asik bermain dengan saudara-saudara nya. 

Tapi, Geraha tau itu pasti kerjaan sang kakak yang tak ingin Biru banyak menghabiskan waktu dengannya. Sikap protektif sang Kakak masih ada.

"Gengsi. Masa udah pacaran, masih gengsi," ucap Biru dengan santainya. Namun tidak dengan Geraha. Gadis itu buru-buru membekap mulut Biru, takut kakaknya dengar.

Biru hanya tertawa melihat fakta bahwa Geraha belum tau jika sang Kakak sudah mengetahui hubungan mereka.

Biru lalu melepas tangan Geraha yang membekap mulutnya, ditatapnya gadis itu dengan sedikit tersenyum. Membuat Geraha bersusah payah menahan debataran jantung nya. Lebay sekali jantungnya, baru juga disenyumin.

"Kenapa?" Tanya Biru.

"Kalo kakak gua tau, gimana?" Tanya Geraha dengan pelan.

"Kakak lo udah tau." Perkataan Biru sukses membuat mata Geraha membulat sempurna.

"Kok bisa? Kamu jujur? Kok jujur sih? Terus reaksi dia apa? Sumpah pasti kamu ditatar abis-abis an kan? Lagian sih jujur, tapi ya kalo gak jujur bakal ketahuan juga sih," ucap Geraha dalam satu tarikan nafas.

Tanpa gadis itu sadari, ia telah mengubah kosa kata nya saat berbicara dengan Biru menjadi halus, menggunakan aku-kamu. Biru tersenyum mendengar nya, ia suka dengan itu.

"Kok kamu malah senyum-senyum? Ih gak waras , bukannya jelasin." Geraha berucap sebal, dia melipat kedua tangannya didada.

"Barusan sadar gak ngomong apa?" Pertanyaan Biru membuat Geraha terdiam dan berfikir sejenak.

"Hah maksudnya?"

Biru terkekeh melihat reaksi lucu Geraha. Tuhan, jika boleh egois ia ingin Geraha menjadi jodohnya. Kalau bukan, alangkah lebih baik diperiksa lagi.

"Kamu ubah kosa kata lo-gue menjadi aku-kamu. Lucu, aku suka." Wajah Geraha sukses memerah, ia malu. Ia kelepasan berucap seperti itu. Ya walau dalam lubuk hatinya, ingin sekali konsisten berbicara dengan kosa kata aku-kamu bersama Biru. Itupun jika cowok itu berkenan.

Biru yang paham dengan sikap Geraha yang tiba-tiba saja terdiam segera membelai pucuk gadis itu.

"Kalau mau ubah pake aku-kamu, ayo aja. Lebih baik kan? Biar semakin terasa," ucap Biru.

"Semakin terasa apaan?" Tanya Geraha bingung.

"Hawa pacarannya," balasan Bifu membuat Geraha tertawa.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang