Lima Puluh Satu: Pemicu 2

862 137 13
                                    

Biru melangkahkan kakinya keluar dari ruang BK. Keputusan beberapa guru dan kepala sekolah sudah valid. Beberapa anak yang dirasa penanggung jawab atas tawuran kali ini dihukum untuk skorsing selama 3 hari, sisanya diminta untuk membersihkan beberapa bagian sekolah selama 3 hari namun tetap masuk sekolah, jadi pembagiannya dengan dibuat beberapa kelompok kebersihan.

Biru mendapat hukuman skorsing karena ia menjadi penanggung jawab tawuran untuk tahun angkatannya. Ia sudah biasa, baginya malah menyenangkan ketika mendapatkan hukuman skorsing, ia bisa bersantai dirumah tanpa melakukan apapun.

"Kabarin Geraha soal skorsing." Zaki menepuk bahu Biru dan diangguki cowok itu.

Ah, Biru hampir lupa lagi kalau sudah punya kekasih dan wajib mengabari nya tentang apapun keadaan dia.

"Jangan sampai kayak tadi pas mau berangka , lo harus cerita apapun." Daffi menambahkan. Mereka semua memang sudah tau soal Geraha yang tiba-tiba menghampiri nya dan menanyakan soal tawuran dan perihal Biru yang berusaha tidak bercerita.

Biru akan belajar terbuka kedepannya, ia tidak ingin menyembunyikan apapun. Dalam hubungan, kepercayaan dan kejujuran itu yang utama, kan? Ia tau kok hal-hal seperti itu.

Ke-empat nya kemudian bersiap ingin kembali menuju kelas masing-masing sampai akhirnya ada seseorang yang menghampiri mereka dan membuat keempat cowok itu mengurungkan niatnya untuk segera pergi.

"Apa lagi ini." Itu suara jengah Daffi, Biru bisa tau bahwa temannya yang satu itu tidak suka dengan keberadaan seseorang yang baru saja datang.

"Gua mau ngomong sama Biru dong, berdua." Itu permintaan nya.

Ketiga teman Biru kemudian melemparkan pandangan kepadanya, seakan meminta ketegasan Biru apakah bersedia berbicara atau tidak.

Biru lalu mengangguk, hanya berbicara jadi tidak ada yang salah.

Ketiga teman Biru lalu meninggalkan Biru dengan seseorang yang memang terlihat jelas mengejar-ngejar temannya itu, siapa lagi kalau bukan Kayna.

Biru lalu duduk disebuah bangku depan ruang BK dengan gadis itu yang mengambil tempat disebelahnya. Biru menatap lurus kedepan tepat ke arah lapangan, sementara Kayna memilih melemparkan pandangan kepadanya.

"Mau ngomong apa? 15 menit, langsung inti." Biru yang memang tidak suka hal bertele-tele segera memberikan perintah kepada Kayna untuk segera mengatakan inti dari niatnya mengajak cowok itu berbicara.

Kayna terdengar mengehela nafasnya kasar,
"Gua mau lo dengerin gua dulu, terserah mau percaya atau enggak tapi lo bisa tanyakan kebenaran nya sama kepala sekolah."

"Intinya!" Biru mengingatkan gadis itu untuk tidak membuang-buang waktu.

"Gua tau lo jadian sama Geraha. Tapi, asal lo tau dia itu gak tulus mencintai lo. Dia bahkan ngajarin lo karena terpaksa dan demi imbalan beasiswa keluar negeri. Lo bisa liat sikap dia yang berusaha atur lo, karena dia mau semua rencana dia berjalan lancar. Lo menjadi pribadi yang lebih baik, lo naikin nilai lo lalu lo naik kelas dan dia dapet imbalan dari perjanjian itu."

"Gua tau lo suka sama gua, tapi gua gak nyangka lo akan buat skenario kayak gini." Biru masih menyangkal, ia tidak percaya. Geraha itu mencintai nya juga, sama sepertinya.

"Ck! Lo bisa tanya sama kepala sekolah soal perjanjian itu. Dan soal dia nerima lo, itu akan lebih leluasa dalam menjalankan niat awalnya dia yang emang gak tulus sama lo. Dengan lo luluh sama dia, dia jadi lebih mudah kan?" Kayna menaikan sebelah alisnya, ia merasa menang melihat perubahan wajah Biru yang sepertinya mulai percaya tentang beberapa hal yang sengaja ia buat-buat demi membuat Geraha terlihat buruk didepan Biru.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang