Lima : Hm

1.7K 232 2
                                    

Biru menatap seseorang yang tengah berdiri didepan kelasnya yang terus berbicara mengenai materi pertama mata pelajaran matematika disemester awal.

Berulang kali dirinya menguap dengan sendirinya, matanya seakan mengajaknya untuk menjelajahi alam mimpi saat itu juga. Dengan sisa kekuatannya, Biru mencoba menegakan tubuhnya untuk menghindari rasa kantuk yang menyerangnya. Sampai akhirnya suara bel istirahat pertama seketika membuat matanya yang tadi sayup terbuka dengan begitu bersemangat. Seperti ada magic pada suara bel istirahat tersebut.

Biru bangkit, ingin pergi menghampiri teman-temannya sampai ada suara seseorang yang memberhentikannya.

"Kak Biru!" Panggilan itu terdengar menyapa telinga Biru.

Biru yang sudah hampir sampai diambang pintu pun berbalik. Dihadapannya terlihat seorang gadis dengan sweater putih yang melekat ditubuhnya.

"Hm?" Balas Biru dengan wajah yang sama sekali sulit diartikan.

Gadis tersebut yang awalnya biasa saja berubah menjadi gugup. Detak jantungnya berirama tak beraturan. Hal normal yang sering terjadi ketika berhadapan dengan seseorang yang kalian suka. Sampai akhirnya ia menarik napas panjang dan menenangkan dirinya sejenak baru mengatakan maksudnya memanggil cowok bernama Biru itu.

"Ini kartu pengambilan buku. Tadi pagi, cuma kakak yang nggak ambil. Jadi, kartunya dititipin sama saya." Penjelasan gadis itu membuat Biru terdiam.

"Biru aja." Ingat Biru. Membuat gadis dihadapannya menerjap beberapa kali karena bingung.

"Eh? Iya Biru." Koreksinya. Takut kena amarah cowok yang pagi tadi baru saja mendapatkan masalah.

"Gak butuh." Jawaban Biru membuat gadis itu terkejut.

"Gua udah punya. Bukunya masih sama kayak tahun lalu." Jelas Biru membuat gadis itu terdiam. Ia baru ingat kalau Biru tidak naik kelas. Dan ya jelas saja ia sudah memiliki semua buku pelajaran tersebut. Karena memang masih sama.

"Tapi, makasih ya Geraha," ucap Biru lagi yang membuat Geraha terpaku.

Biru baru saja menyebutkan namanya. Geraha benar-benar sudah dibuat gila oleh cowok bernama Biru ini. Sudah 2 kali rasanya ia dibuat tidak berdaya.

"Gua duluan." Biru pamit karena ingin segera mengisi perutnya. Geraha pun mengangguk. Sepeninggal Biru, ia dengan cepat kembali ke tempat duduknya.

Matanya masih menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Jantungnya berdegup tak beraturan.

Iva yang memang masih berada ditempatnya dibuat bingung akan sikap Geraha yang tiba-tiba saja berubah menjadi aneh.

"Lo kenapa sih?" Iva bertanya dengan bingung. Takut-takut jika Geraha kemasukan makhluk halus.

"Gua gak tau apa yang udah gua lakukan dikehidupan gua sebelumnya, tapi rasanya gua beruntung banget." Penjelasan Geraha sama sekali tidak dimengerti oleh Iva.

"Apaansi? Lo kenapa dah?" Iva kembali bertanya. Dan rasanya ia semakin yakin ada yang salah dengan Geraha.

"Gua traktir lo!" Ucap Geraha.

"Paansi Ger? Salah makan ya lo?" Jawab Iva.

"Traktir air mineral," balas Geraha lagi. Membuat Iva memandang gadis disampingnya dengan tatapan datar seakan 'yang bener aja lo'.

"Mending gak usah traktir gue," balas Iva.

"Nggak bersyukur lo. Dah pokoknya gua traktir air mineral," ucap Geraha seperti tidak menerima penolakan. Dan Iva hanya bisa pasrah saja.

--
"Mau lo apain tuh anak yang di UKS?" Tanya Daffi ditengah-tengah makan siang. Saat ini mereka sedang duduk disalah satu meja kantin.

"Gua ada info tentang dia." Fikri membuka suara, membuat yang lain memperhatikan cowok itu.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang