Dua Belas : Bu guru

1.2K 214 11
                                    

Sekolah sudah dibubarkan dari 15 menit yang lalu. Semua siswa kelas 10 IPS 4 sudah berhamburan keluar untuk segera pulang. Menyisakan beberapa orang yang masih harus menjalani tugas piket atau sekedar berbincang sebentar.

Geraha mulai menggendong tasnya. Iva, Bona dan Arun sudah lebih dulu pulang. Karena hari ini adalah hari perdana belajar bersama Biru, maka sedari tadi Geraha terus saja melihat ke arah cowok itu. Takut-takut jika kabur.

Biru sedang memainkan ponselnya. Geraha lalu berjalan mendekati cowok itu.

"Ayo!" Ajak Geraha. Biru yang mendengar ucapan gadis itu hanya menatapnya dengan datar dan malas. Sejujurnya ia enggan belajar bersama gadis itu. Bukan karena Geraha yang mengajarin, namun karena memang Biru tidak suka belajar.

"Gak disini aja?" Tanya Biru dengan bingung.

"Dikantin aja. Nanti kan pintu akses ke lantai atas ditutup. Lo mau dikunciin terus nginep disini?" Ujar Geraha.

"Gak masalah harus nginep juga," balae Biru dengan santai.

"Gua yang masalah! Udah ah ayo!" Ucap Geraha dengan kesal. Entah mengapa akhir-akhir ini jika berada didekat Biru ia kesal, padahal ia memiliki perasaan lebih pada cowok itu. Bukankah seharusnya ia senang dan bersikap manis?

Biru lalu berdiri dari duduknya dan mengikuti Geraha yang berjalan menuju kantin. Beberapa orang yang melihat mereka menatap dengan bingung, penuh tanda tanya. Ada yang penasaran juga.

Pasalnya Biru adalah idola disekolah mereka, cowok dingin, cuek dan jika sudah berkelahi macam dirasuki itu jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun sebelumnya. Namun, hari ini ia malah terlihat bersama Geraha.

"Disini aja," ucap Geraha sambil duduk disalah satu tempat dikantin. Biru pun menurut dan mengambil tempat dihadapan Geraha.

"Hari ini kita belajar matematika. Materi bagian mana yang belum lo kuasai?" Tanya Geraha sambil mengluarkan bukunya.

"Semuanya." Biru menjawab singkat.

"Oke, kita mulai dari awal dan dasar." Geraha kemudian dengan perlahan menjelaskan materi kepada Biru. Seperti halnya seorang guru, ia dengan telaten memberikan beberapa rumus-rumus sederhana pada cowok itu.

Biru?
Dia sedari tadi hanya memandang malas ke arah Geraha dan bukunya. Beberapa kali menguap dan rasanya ingin sekali kabur dari sana.

"Ngerti?" Tanya Geraha usai menjelaskan.

"Hm." Biru membalas dengan malas.

Geraha menatap cowok itu tajam. Ia tau Biru tidak memahami apa yang dijelaskannya barusan. Pasalnya terlihat dari wajah cowok itu yang memang tidak niat dan ogah-ogah an.

Pletak

Geraha memukul kepala Biru dengan pulpen ditangannya. Biru yang diperlakukan seperti itu pun meringis kesakitan. Jika Geraha bukan seorang gadis, sudah ia tarik menuju lapangan dan baku hantam dengannya.

"Paansih?" Ucap Biru dengan kesal.

"Lo tuh harus tanamkan dikepala lo, kalau lo mau belajar dan mau bisa. Ini tuh bukan untuk gua atau orang lain. Tapi, buat lo. Kalau lo ogah-ogahan, kapan bisanya?" Geraha mengomel.

"Bacot banget kayak ibu-ibu," balas Biru dengan acuh.

Geraha yang mendengar hal itu kembali melayangkan pukulan pada kepala Biru dengan pulpennya.

"Sakit!" Ujar Biru.

"Paham gak?" Tanya Geraha dengan tegas.

"Iya-iya!" Balas Biru.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang