Delapan: Usaha Mengajak

1.5K 212 2
                                    

Geraha sudah memutuskan untuk berbicara dengan Biru perihal belajar bersama mereka pulang sekolah hari ini.

Suara bel pulang sekolah terdengar memasuki indera pendengaran Geraha dan semua temannya. Kelas pun dibubarkan dengan diakhiri dengan do'a.

"Pokoknya lo jangan pulang dulu , ya Va. Arun sama Bona juga." Geraha menatap ketiga temannya secara bergantian dengan tatapan memohon. Iva yang sudah mengerti pun hanya mengangguk. Sedangkan Arun dan Bona yang memang tidak tau, hanya menurut saja.

Geraha lalu melemparkan padangannya pada cowok bernama Biru yang duduk dibangku belakang. Cowok itu terlihat sibuk dengan ponselnya.

Geraha kemudian terdiam sesaat. Menyusun beberapa kata yang akan ia sampaikan kepada Biru dengan pas supaya tidak terjadi kesalahpahaman atau yang lebih parahnya Geraha mengatakan hal-hal ambigu yang membuat Biru bingung dan menganggapnya aneh.

Satu persatu teman sekelas mereka pun meninggalkan ruang kelas. Hanya tersisa segelintir orang yang masih bertahan termasuk mereka.

Geraha menarik nafasnya panjang, kemudian dengan yakin berjalan menghampiri Biru.

"Biru." Panggilan singkat keluar dari mulut Geraha. Kali ini ia menyebutkan tanpa embel-embal 'kak' lagi seperti perintah Biru padanya.

"Hm?" Biru mendongkak dan tanpa sengaja matanya bertemu dengan Geraha.

Geraha yang ditatap pun seketika bersusah payah menahan dirinya agar tidak berteriak saat itu juga. Bagaimanapun juga, Geraha adalah manusia biasa yang bisa gugup jika bertatapan dengan cowok yang ia suka dan cintai.

"G-Gua mau ngomong." Ucapan Geraha  membuat Biru menaikan sebelah alisnya dan menatapnya dengan bingung. Biru dapat melihat dengan jelas gadis dihadapannya ini terlihat sangat gugup.

"Ini lo udah ngomong. Lo gugup banget. Kenapa? Santai aja kali, gua pantang ribut atau bersikap kasar sama cewek." Ucapan Biru jujur membuat Geraha terenyuh. Cowok berandal yang jika sedang bertengkar seperti iblis macam Biru bisa mengatakan hal semanis itu. Dan Geraha semakin yakin, ia sudah semakin jatuh kepada Biru karena ucapannya barusan.

"Eh? G-gua mau ngajak lo belajar bareng." Geraha berhasil mengucapkan tujuannya. Gadis itu melihat ekspresi Biru yang jujur sulit diartikan. Cowok itu hanya menerjapkan mata beberapa kali dan terdiam beberapa saat.

"Lo disuruh kepala sekolah?" Tanya Biru yang spontan diangguki Geraha. Cowok itu berdecak seperti tidak suka kemudian menghela nafasnya.

"Tapi gua gak keberatan kok," ucap Geraha yang membuat Biru kembali menatapnya.

Bisa gila Geraha lama-lama jika terus saja ditatap Biru. Jantung gadis itu juga sudah bereaksi terus menerus. Seperti bersemangat berpacu.

"Gua gak mau." Geraha menatap cowok didepannya setelah berhasil menolak ajakannya.

Biru bangkit dan bersiap untuk meninggalkan Geraha. Sampai akhirnya, gadis itu menahan pergelangan Biru. Membuat Biru memberhentikan langkahnya.

"Tunggu!" Ujar Geraha.

"Kasih gua alasan. Kalau masuk akal, gua mundur ajak lo belajar. Kalau nggak masuk akal, gua bakal coba lagi ajak lo besok." Penawaran dari Geraha membuat Biru menoleh pada gadis itu.

"Alasanya? Karena gua gak suka belajar." Jawaban Biru membuat Geraha menggelengkan kepala.

"Alasan gak masuk akal, gua bakal coba lagi besok." Geraha kemudian melepaskan tangannya yang sedari tadi setia berada dipergelengan Biru.

Saat mendapatkan kesempatan untuk pergi, Biru pun dengan senang hati menggunakannya. Cowok itu pergi meninggalkan Geraha yang masih berada ditempatnya dan memandang kepergian Biru dengan hati yang penuh tekad untuk mengajar cowok itu belajar bersamanya.

---
Malam ini, suasana bascamp Pasukan Biru terlihat berbeda. Semua anggota pasukan sudah berkumpul dan bersiap. Biru memakai jaketnya, kemudian menatap satu persatu temannya.

"Dimana?" Tanya Biru pada Zaki. Zaki yang sudah mengerti maksud temannya itu segera menjawab tanpa basa basi.

"Jalan Merpati." Biru mengangguk.

Pilihan tempat yang bagus, pikir Biru. Jalan Merpati itu sangat sepi, kebanyakan hanya lahan kosong yang sempat bermasalah karena kasus korupsi.

"Jangan ada kesalahan. Kalau ada yang tumbang, tarik mundur. Gua didepan." Biru berucap dengan tegas. Semua pun mengangguk mengerti.

Biru kemudian berjalan memimpin didepan. Menaiki motor kesayangan hadiah dari Papahnya.

Malam ini Pasukan Biru akan terlibat perkelahian dengan salah satu gangster, Demise namanya. Gangster yang beberapa waktu lalu sempat menghajar beberapa dari anggota Pasukan Biru tanpa sepengatahuan Biru. Dan tepat hari ini, Biru dikabarkan hal itu dan dengan emosi yang memuncak langsung mengibarkan bendera permusuhan pada Demise. Jadi, begitulah penyebab malam ini Biru dengan pasukannya menuju Jalan Merpati untuk langsung menumpahkan segala emosi dan amarahnya pada Demise.

Biru paling tidak suka jika ada yang menyakiti teman-temannya. Dia tidak akan segan-segan balik membalasnya, bahkan bisa berkali-kali lipat. Bagi Biru sendiri teman-teman Pasukannya itu sudah layakmya saudara. Jadi, maklum saja dia bisa sangat marah seperti sekarang.

Tanpa terasa, mereka semua sudah sampai ditempat yang telah disepakati. Biru turun dari motornya. Didepannya sudah terlihat banyak anggota Demise dengan pakaian yang sama seperti Pasukan Biru, serba hitam. Khas anak gangster dan berandal.

Biru melangkahkan kakinya menghampiri pendiri dan ketua dari Demise. Ditatapnya dengan tajam orang itu.

"Biru... Biru. Walau ada banyak gangster yang tunduk sama lo, tapi gak berlaku untuk kita," ucapnya dengan meninggi. Biru mendecih, menatap remeh lawannya.

Rion Adebram. Ketua dari Demise itu terlihat kesal dengan tatapan remeh Biru.

"Lo. Salah. Cari. Gara-gara." Biru menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Banyak omong!" Ujar Rion kemudian segera melayangkan pukulan yang dengan cepat dihalau oleh Biru. Biru pun langsung memberikan pukulannya yang beruntung tepat sasaran pada wajah Rion.

Semua Pasukan Biru dan Damise yang melihat perkelahian Biru dengan Rion seketika paham bahwa sudah saatnya mereka saling menyerang. Hanya dalam hitungan detik, kedua kelompok besar itupun saling baku hantam.

Terdengar beberapa umpatan yang menjadi backsound ditengah-tengah perkelahian.

Biru masih fokus memukuli Rion. Tidak ingin memberi celah sedikit pun. Itu keahlian Biru. Cepat dan trampil. Dia benar-benar tidak memberikan kesempatan lawannya untuk mengambil nafas.

Rion menatap tajam Biru yang terlihat seperti kerasukan. Dia baru sadar bahwa Biru memang layak diberikan julukan Panglima disetiap pertarungan.

Rion berusaha bangkit dan ingin membalas, namun Biru lagi-lagi memukulnya hingga kembali terjatuh.

Darah berucucuran keluar dari hidung dan mulut Rion. Matanya mulai kabur. Namun Biru masih terus memukulinya tanpa ampun.

Biru yang sudah melihat Rion tidak memiliki banyak tenaga pun menghentikan pukulannya. Cowok itu mengatur nafasnya. Peluh memenuhi dahi dan tubuh Biru.

Biru menatap tajam Rion. Cowok itu terlihat ingin bangkit. Namun dengan cepat, Biru kembali menendangnya tepat dibagian perut. Hingga Rion berakhir tidak sadarkan diri.

"Cupu." 1 kata yang keluar dari bibir Biru sebelum akhirnya memerintahkan teman-temannya untuk pergi.

"Cabut!" Teriak Biru namun terdengar seperti memerintah.

Semua teman-temannya pun menurut dan menaiki kendaraan masing-masing kemudian pergi meninggalkan semua anggota Demise beserta sang ketua dengan Biru yang memimpin jalan mereka untuk kembali menuju bascamp.

Dan tanpa Biru sadari, ada pasang mata yang melihat kejadian tersebut bahkan mengabadikannya.

To be continue...

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang