Tiga Puluh Empat: Oh ini Cemburu

941 172 33
                                    

Hari ini sekolahnya ada acara khusus yang diadakan hampir setiap tahun.

Biru melangkahkan kakinya bersama Daffi yang berjalan dikanannya. Kedua cowok itu memang selalu memarkirkan motor mereka didekat warung sopo dengan alasan supaya mudah jika ingin membolos.

Sebenernya bisa saja mereka parkir di sekolah jika sudah memiliki SIM. Jika belum, ya palingan hanya bisa memarkirkan kendaraan dilahan kosong yang jaraknya sekitar 15 menit berjalan dari sekolah. Jadi, daripada mereka harus berjalan 15 menit, lebih baik di parkirkan di warung sopo yang hanya beberapa langkah dari sekolah.

Di loby sekolah sudah terdapat banner besar bertuliskan 'HUT ke-35 SMA Abadi 20.'

Ya, sekolahnya ulang tahun yang ke-35 hari ini. Membuat jam belajar dan mengajar di tiadakan lalu diganti dengan beberapa murid mengisi acara dengan menampilkan bakat masing-masing.

"Biru!" Teriak seseorang dari arah belakang yang membuat kedua cowok itu menoleh.

"Pagi Geraha," sapa Daffi pada seseorang yang berteriak memanggil nama sahabatnya. Ya, dia Geraha.

"Eh? Pagi kak Daffi," balas Geraha dengan ramah dan senyum yang menghiasi bibirnya.

"Mau balikin ini," ucap Geraha sambil menyerahkan sebuah jaket milih Biru yang kemarin cowok itu pinjamkan padanya.

Biru mengambil jaket milikmya itu. Kemudian menatap Geraha dengan intens. Membuat yang ditatapan pun salah tingkah dibuatnya.

"Astagfirullah masih pagi sudah bermain mata, maaf ya Geraha , Biru emang gitu." Daffi berusaha menutup mata Biru namun ditepis cowok itu. Sementara Geraha hanya tertawa mendengarnya.

"Ayo bar-..." Baru saja Biru ingin menawarkan gadis itu berjalan bareng ke kelas, tiba-tiba saja ucapan Geraha membuat Biru bahkan Daffi bingung.

"Saya duluan Kak Daffi, Biru." Geraha berucap dengan sopan lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua cowok itu yang memandang kepergian Geraha dengan bingung.

"Lo ngerasa Geraha aneh gak sih Ru? Kayak liat setan." Ucapan Daffi diangguki setuju Biru.

"Dia kayak... Menghindar." Daffi menjentikan jari tanda bahwa ucapan Biru tepat.

"Bener, keliatan banget. Tapi, ngapain dia menghindar?" Tanya Daffi yang dibalas Biru dengan mengangkat bahunya tak memgerti juga.

Saat kedua cowok itu ingin melanjutkan langkahnya, ada suara lagi yang membuat mereka tidak jadi melangkah.

"Selamat pagi Biru," ucap seseorang dari arah samping nya.

"Kayaknya ini setannya," gumam Daffi yang masih bisa didengar oleh Biru.

"Hari ini jalan yuk," ajak orang itu.

"Gak bisa." Biru menolak dengan tegas.

"Ayolah, ke cafe deket sini aja kok. Ada menu baru loh di Cafe GS." Orang itu tetap mencoba membujuk Biru.

"Heh Kayna si cetel. Dah dikata temen gua kagak mau, maksa aja ya lu. Mending lo ajak Fikri sana, dia udah ngejar-ngejar lo dari kelas 10. Gak usah menggapai yang gak bakal bisa digapai, fokus aja sama yang selalu ada buat lo."

"Cetel?"

"Cewek gatel. Dah lah erosi gua pagi-pagi." Daffi segera mengajak Biru untuk pergi meninggalkan Kayna yang masih dia diam memandang kepergian keduanya.

"Daffi brengsek, liat aja Biru akan tunduk sama gua." Kayna berucap dengan wajah antagonisnya.

--
Mata Biru tak pernah bisa lepas untuk tidak menatap Geraha yang saat ini tengah berada dipinggir lapangan dan disebrangnya. Semua murid saat ini dikumpulkan dilapangan untuk menonton pertunjukkan yang akan diberikan oleh beberapa teman mereka.

"Gua gak mau ber asumsi, tapi bodo amat gua bakal sampein ke lu." Daffi berucap pada Biru.

Saat ini mereka hanya bertiga. Ya Biru, Daffi dan Baskara. Sementara Fikri tidak masuk karena sakit, dan Zaki entah kemana. Bilangnya ke kantin tapi belum juga kembali.

"Kayainya Geraha jauhin lo karena Kayna." Ucapan Daffi membuat perhatian Biru kini beralih menjadi menatap Daffi.

"Kenapa gitu?" Tanya Biru.

"Kayna itu suka sama lo. Jadi, Kayna itu bisa aja ngancem Geraha untuk jauhin lo." Penjelasan Daffi membuat oerbatian Baskara juga diambil untuk menyimak.

"Kayna? Suka gua?" Tanya Biru.

"Aduh lo kalau bego jangan ditambah dongo. Orang awam juga tau Kayna suka sama lo," komentar Baskara karena geram.

Baskara juga tau bahwa gadis bernama Kayna itu sering mendekati Biru. Bahkan terlihat sangat jelas akhir-akhir ini. Sering sekali sengaja mondar mandir depan koridor kelas mereka hanya untuk melihat Biru. Cih, basi.

"Hahahah.. gua setuju sama Baskara. Lo kenapa bego dipaketin dongo sih. Nih ,ya gua kasih tau dari matanya tuh cewek keliatan kok kalo suka sama lo. Dia tuh obsesi sama lo. Dari awal gua udah bilang kan yang waktu kita ke cafe bareng dia, itu gua udah larang. Karena apa? Karena itu bisa jadi awal dari bencana yang akan datang nantinya." Penjelasan Daffi tidak dimengerti Biru.

"Maksudnya?"

"Ck! Telmi," sahut Baskara yang dibalas tatapan malas.

"Dari situ lo udah secara gak langsung bukain dia jalan untuk deketin lo." Biru hanya mengangguk-angguk an kepalanya.

"Coba sana ajak Geraha ngomong. Suruh jujur aja diapain sama Kayna." Usul Daffi.

"Jatohnya fitnah gak sih?" Tanya Biru. Ia tidak ingin asal ambil kesimpulan dari hal yang belum ada buktinya.

"Gua kan bakal bantuin cari tau buktinya. Tapi sekarang ngomong dulu aja." Daffi berucap yang diangguki setuju Baskara.

"Lo bantu gua cari info." Daffi berucap pada Baskara.

"Untungnya gua bantuin nih cunguk apa?" Tanya Baskara.

"Alah Pamrih lo," balas Daffi.

"Di dunia ini tidak ada yang gratis sobat," jawab Baskara dengan wajah songongnya.

"Gua beliin jasjus sebulan," balas Biru.

"Idih receh banget jasjus doang, yang mahalan dikit lah." Baskara memasang tampang sok nya.

"Ambil motor gua sana," balas Biru dengan cueknya.

Daffi tertawa melihat wajah terkejut Baskara.

"Gak motor lo juga babi. Yaudah gua bantuin dengan ikhlas." Baskara akhirnya mau membantu.

"Lo ngapain masih duduk?" Tanya Daffi pada Biru.

"Lah?" Biru memandang kedua temannya dengan bingung.

"Sana samperin Geraha anjing," sahut Baskara yang geram.

Biru kemudian bangun, saat ingin melangkah dan pergi menghampiri Geraha. Tiba-tiba tanpa disangka disebrang sana ada sosok cowok yang lebih dulu menghampiri Geraha, Zaki.

"Yah kalah start," ucap Daffi yang juga melihat itu.

"Lamban sih lo, kayak siput." Baskara berkomentar.

Biru bisa melihat Zaki mengatakan sesuatu tapi ia tidak tau apa itu, yang jelas Geraha langsung tersenyum dan tertawa.

"Kenapa? Kesel liatnya?" Tanya Daffi dengan senyum yang jahil.

"Itu namanya cemburu," sambung Baskara.

Biru hanya mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian memilih kembali duduk. Ia tidak mengerti ada apa dengan hatinya, tapi benar kata Daffi ia sedikit kesal. Ah bukan sedikit, tapi sangat kesal?

Jadi, ini cemburu? Batin Biru

To be continue....

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang