Tujuh Belas : Zaki

1.1K 191 71
                                    

Biru melangkahkan kakinya memasuki area sekolah. Beberapa siswa sudah banyak yang pulang ke rumahnya masing-masing. Tapi tak jarang juga ada yang menyempatkan menyapanya saat mereka berpapasan yang hanya dibalas Biru dengan menaikan kedua alisnya. Begitulah dia.

Biru menuju ke arah kantin, tempat dimana ia dan seseorang yang sedang dicarinya menghabiskan waktu untuk belajar bersama, Geraha. Namun disana tidak terlihat sosoknya.

Biru berdecak, ia lalu memutuskan untuk menuju kelasnya, berharap gadis itu masih ada. Entah mengapa Biru merasa sangat bersalah karena telah membuat gadis itu menunggunya.

Biru berjalan dengan cepat hampir berlari, setibanya disana ia menemukan sosok yang ia cari sedari tadi. Geraha memandang bingung ke arah Biru yang mengenakan pakaian bebasnya, bukan seragam. Mereka berdua saling bertatapan sampai akhirnya Biru berjalan mendekati Geraha yang sedang membersihkan jendela kelas.

"Ayo belajar." Itu suara Biru yang benar-benar membuat Geraha bingung sekaligus gugup. Ya, segitu besarnya dampak Biru dalam dirinya.

"H-hah?" Geraha memandangnya dengan benar-benar bingung.

Beberapa teman sekelas mereka yang juga kebetulan sedang bertugas piket pun memandang ke arah Biru serta Geraha dengan penuh pertanyaan dibenak mereka. Ada beberapa juga yang langsung menyimpulkan kalau keduanya sedang dalam masa pendekatan.

"Ayo belajar." Biru mengulang kembali kalimatnya.

"Tiba-tiba banget?" Geraha  bertanya.

"Baru pulang dari rumah sakit." Geraha yang mendengar kata 'rumah sakit' seketika pun panik, ia takut Biru mengalami sesuatu yang buruk.

Gadis itu lalu memperhatikan tubuh Biru dari atas sampai bawah, lalu tanpa sadar ia memutar tubuh Biru. Benar-benar mencari apa yang terjaei padanya. Sampai akhirnya ia melihat sebuah perban dipergelangan tangan Biru.

"Ini kenapa?" Tanya Geraha.

"Luka." Biru membalas dengan santainya.

"Iya tau ini luka, anak TK juga tau Biru. Tapi, penyebabnya apa?" Geraha mengulang kembali pertanyaannya dengan sedikit penjelasan.

"Oh, goresan pisau." Biru menjawab dengan enteng. Sebelum Geraha kembali melemparkan pertanyaan padanya, cowok itu lebih dulu menambahkan informasi yang ia tau akan ditanyakan Geraha padanya.

"Perkelahian." Geraha menghela nafasnya lelah lalu mengangguk paham.

"Kenapa tanya? Khawatir?" Biru membalas menyerang Geraha dengan pertanyaannya yang seketika membuat jantung Geraha berdetak lebih cepat, ia memang bodoh karena kelepasan menanyakan keadaan Biru yang secara tidak langsung menandakan bahwa ia khawatir pada cowok itu.

"Ya iyalah, kan gua temen lo." Geraha menjawab dengan senyum dibibirnya.

Ah ingat, teman. Batin Biru.

Biru lalu menggelengkan kepalanya, ada apa dengannya ,hey?!

"Yaudah ayo belajar. Dikantin aja," ujar Geraha.

Keduanya lalu berjalan menuju kantin. Sesampainya disana, mereka memilih tempat yang sedikit privasi, alias tidak terlalu bising. Agar fokus kata Geraha.

"Gua beli minum dulu," pamit Biru yang diangguki Geraha.

Geraha lalu mengeluarkan beberapa materi yang berhasil ia catat sedemikian apik untuk diberikan pada Biru. Catatan yang sangat mudah dipahami dengan berbagai jenis contoh soal.

15 menit kemudian Biru kembali dengan 2 minuman ditangannya, salah satunya ia berikan kepada Geraha. Yang disondorkan sebuah gelas plastik berisi jus strawberry itu menatap bingung ke arah si pemberi.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang