Enam Puluh : Terima Kasih dan Ikhlas

888 145 7
                                    

Hari yang cerah, tapi tidak secerah wajah Biru kali ini. Hari ini Geraha sedang pergi untuk lombanya, membuat Biru sedikit kesal. Kalian bisa mengatakan Biru lebay atau berlebihan terserah, tapi Biru beneran ingin tahu keadaan Geraha. Bahkan gadis itu tidak mengabarinya dari pagi. Padahal Biru cukup gadis itu mengatakan baik-baik saja sudah tenang dan senang.

"yalek ditekuk aja tuh muka kayak daun pisang dilontong," Ucap Zaki kala melihat wajah temannya yang sangat tidak enak dipandang.

Biru hanya membalas dengan tatapan tajam, setajam cowok itu ketika berhadapan dengan musuh-musuh atau lawannya.

"Gak usah tatap gua begitu, demen nanti repot." Ucapan Zaki membuat Daffi segera memukul kepala cowok itu.

Biru sedang dalam mode senggol ribut, bahaya. Daffi itu tau sekali tabiat Biru, ketika sedang benar-benar tidak dalam mood tidak bagus  dia bisa dengan gampangnya mencari sasaran untuk menjadi samsak saat itu juga. Siapapun itu, dari kalangan manapun kalau Biru sudah menargetkan ya udah abis.

"Mungkin Geraha lagi sibuk lomba. Lagian apa yang perlu lo khawatirin sih? Cewek lo itu sama kayak lo, sama-sama bucin." Daffi mengatakan kalimat-kalimat penenang.

"Betul, buktinya mau sama lo. Kalau dipikir kan gua jauh lebih keren," sahut Zaki sengaja menggoda Biru, membuat cowok itu menggeram kesal, menahan emosinya.

Daffi hanya berdecak kesal, Fikri dan Zaki itu selalu saja suka memancing emosi Biru. Udah tau teman mereka yang satu itu buruk dalam mengkontrol emosinya, eh malah mereka sengaja memancing. Kalau udah meledak emosinya, baru pada repot.

"anjing," umpat Biru.

"Khawatir lah Daf, kan disana pasti ketemu sama cowok yang gak kalah keren, apalagi ditambah pinter." Fikri ikut mengompori. Zaki yang mendengar itu menganggukan kepala tanda setuju, bahkan keduanya ber 'tos' ria.

Daffi segera memukul kepala Fikri dan Zaki, agak geram karena terus memancing emosi Biru. Daffi bisa lihat wajah Biru benar-benar sudah kurang bersahabat.

"Baskara mana sih? ke perpus kayak ke ujung kulon," ucap Daffi mengalihkan pembicaraan supaya Biru tidak begitu emosi.

Zaki dan Fikri mengedarkan padangan ke arah seisi kantin yang ramai. Biasalah jam makan siang.

"kayaknya akan ada yang patah hati jilid 2, dimana cinta segitiga kembali terjadi," Ucap Fikri kala melihat Baskara yang baru saja masuk ke kantin bersama dengan Arun disebelahnya. Keduanya nampak sesekali bercanda.

Fikri itu sudah paham kalau Daffi tertarik pada Arun, sementara Arun sendiri tertarik pada Baskara. Lalu Baskara? tidak ada yang pernah tau isi hati cowok itu. Walau kelimanya sudah lumayan dekat, Baskara belum seterbuka itu. Tapi, Fikri tau kalau cowok yang juga adik dari sahabat mereka itu tidak memiliki sifat bodoh seperti Biru.

Zaki tertawa lalu kemudian memukul kepala Fikri, bisa saja anak itu meledeknya.
"anjing lama-lama gua geger otak gara-gara kalian pukul terus kepalannya," ucap Fikri sambil mengusap kepalanya.

Daffi pun mengikuti arah pandangan Fikri, ia menangkap sosok seseorang yang akhir-akhir menarik perhatiannya tengah berjalan bahkan bercanda dengan temannya sendiri.

Jadi, ini yang Zaki rasakan kemarin? cukup menyakitkan. Apa dia harus mundur sebelum berjuang? Jelas sekali dikilat mata gadis itu begitu tertarik dengan sosok yang ada disebelahnya, apa ini artinya ia harus merelakan?

"Kalau lo berfikir untuk mundur sebelum berjuang, berarti lo bego." itu suara Zaki. sesama sadboy, harus saling memberi support kan?

"gak ada yang tau hati orang," tambah Zaki.

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang