"KYUNGSOO!!"
"KYUNGSOO!"
"KYUNGSOO!"
Teriakan menggema di bangunan tua, jauh dari gereja yang baru saja mengalami insiden. Langkah kaki kecil berusaha mengejar sosok di depannya, sementara tangannya meronta-ronta saat dirangkul dengan keras. Dia beberapa kali menoleh berharap ada yang mendengar teriakannya.
"Yak, lepaskan aku!"
"KYUNGSOO!! Tolong, lepaskan aku, kau menyakitiku!"
Sosok itu tersenyum sinis, melepaskan cengkeramannya dengan santai, lalu berbalik untuk melihat korban yang berhasil dia tangkap. Bibirnya bergeming melihat air mata korban yang mengalir, ia mencoba untuk mengelus rambutnya sebelum tiba-tiba merasakan rasa sakit di bagian lengan.
"Lepaskan dia, kau bajingan."
"Hahaha, tak disangka kau bisa membaca gerakanku, burung hantu Phoenix."
Baekhyun terdiam saat tangannya ditarik oleh seseorang yang baru saja tertembak di lengannya. Dia melihat sosok berpakaian hitam di depannya membuka penutup wajahnya, membuat Baekhyun mundur beberapa langkah, menyadari situasi di sekelilingnya semakin rumit.
"Kau selalu campur tangan, Kyungsoo! Lepaskan Baekhyun sekarang juga! Kau burung hantu terkutuk!" seru seseorang yang dikenalnya.
Kyungsoo tersenyum sinis, bersandar santai pada tiang penyangga bangunan yang kosong. Bibirnya yang biasanya menampilkan senyum pada Baekhyun, sekarang berubah menjadi senyum menyeramkan, seolah-olah dia bisa meremukkan segalanya dengan tangannya.
"Budak tak tahu malu seperti kau tidak pantas membawa calon ratu Phoenix," ujar Kyungsoo sambil memainkan pistol kesayangannya.
"Ratu? Haha, kau bahkan tidak akan melihat raja itu kembali duduk di singgasananya. Kakakku sudah melakukan tugasnya dengan baik. Park Chanyeol seharusnya menghindari, tapi sayangnya racun penghenti syarafnya membuatnya terdiam," kata seseorang dengan nada tawa sinis.
Kyungsoo mengepalkan tangannya, marah karena seorang pria membawa minuman untuk calon pengantin bebas masuk ke dalam. Luhan menjilati darah di telapak tangannya, diiringi dengan jilatan sensual di setiap jarinya.
"Hama akan selalu menjadi hama," ujar Luhan.
Dengan pisau yang ia simpan di saku, Luhan berlari ke arah Kyungsoo, mencoba menusuk perutnya sekuat tenaga. Tawa riang terdengar saat pisau itu menusuk beberapa kali, sementara Baekhyun terduduk di sudut ruangan, berusaha mengabaikan tawa sinis Luhan.
"Kau mati, Kyungsoo! Tidak ada yang akan berada di pihakmu. Park Chanyeol sudah mati oleh keluarga Xi," kata Luhan dengan nada penuh kemenangan.
Kyungsoo terdiam, lalu dengan santai mengambil pensil dari saku sweater-nya dan menusuk bahu Luhan. Luhan berhenti bergerak, teriakan kesakitan memenuhi ruangan, dan Kyungsoo tertawa dengan penuh kepuasan.
"Bodoh, bodoh, kau sangat bodoh. Apakah kau pikir aku akan mengejar mu tanpa persiapan?"
Kyungsoo membuka pakaian yang sebelumnya menutupi tubuhnya, memperlihatkan bantal yang diposisikan secara strategis untuk melindungi perutnya. Dia juga melilitkan perban dalam jumlah besar di sekitar area tersebut.
"Ah, sial, aku kecolongan."
Dia mengusap tetesan darah dari perban yang sudah menjadi merah, melirik Luhan yang terduduk di sana. Kyungsoo menghampirinya dan mencoba mencabut pensil yang masih tertancap di bahunya. Dengan tendangan keras, Kyungsoo melemparkan Luhan beberapa langkah ke belakang.
"Baekhyun, apakah kau baik-baik saja?"
Baekhyun tersentak mendengar suara Kyungsoo, berusaha menjauh sebelum suaranya menghentikannya. Kyungsoo melemparkan sweater rajutnya pada Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Wants A Baby
FanfictionChanyeol, pemimpin mafia paling ditakuti di Korea Selatan, memimpin jaringan kriminal internasional yang dikendalikan oleh tiga pria dominan di setiap negara. Anggotanya dipilih dengan sangat ketat melalui ujian yang melewati batas kewarasan. Denga...