"Kecil, kau lapar?"
Chanyeol melirik ke belakang, menatap Baekhyun yang sedari tadi menunduk menatap lantai. Sejak Chanyeol mengatakan wajahnya manis, anak ini merona malu dan tidak ingin menatap wajahnya. Agak malu memang, karena belum pernah orang lain mengatakan ia manis. Biasanya di sekolah banyak yang mengatainya, bahkan tak jarang membully.
Alasannya sederhana, karena hubungannya yang terlalu dekat dengan Luhan. Ditambah Luhan itu anak orang kaya. Ingat ketika Baekhyun dibebaskan membayar uang sekolah karena Luhan? Alasan kenapa banyak yang membencinya berlandaskan kata jijik, padahal sebenarnya mereka iri. Luhan itu bisa dibilang jarang berteman di sekolah, Kyungsoo dan Baekhyun adalah teman pertamanya.
"Kecil?"
"Ahh ya?"
Baekhyun mengalihkan tatapannya dari lantai ke arah Chanyeol. Matanya berkedip cepat seolah-olah nyawanya belum sampai di bumi. Chanyeol menggelengkan kepalanya kecil, secara tidak sadar tangannya ia bawa menuju tangan lentik yang terasa dingin. Pantas saja anak ini terlihat lemas. Baekhyun kedinginan. Chanyeol menggeram dalam hati, merasa jika wajah lemas anak ini adalah kesalahannya.
"Dingin?"
"Iya, Hyungnim. Aku tidak terbiasa di sini," ujar Baekhyun menunduk, pipinya memanas saat tangan Chanyeol mengisi ruas kosong yang ada di tangannya, rasanya hangat.
"Aku akan membawamu makan malam. Hm, aku tahu kau sudah makan banyak tadi, tapi melihat tubuhmu yang kecil, aku jadi tidak tega."
Chanyeol dengan santai berjalan tegap, dengan tangan kanannya masih mengisi ruas tangan kiri Baekhyun. Tangan besarnya seolah-olah tengah menemukan pasangan yang tepat untuk mengiringi langkahnya. Baekhyun menunduk dan lebih memilih menikmati rasa hangat dan nyaman yang ada di tangannya saat ini.
"Karena kau kedinginan, kita akan pergi ke restoran, kurasa itu bisa membuatmu hangat."
Chanyeol membukakan pintu mobil untuk si kecil yang sedari tadi menunduk. Ia mengulas senyum yang sangat tipis. Bahkan Baekhyun tidak menyadari tingkahnya berhasil menggores senyum tipis di wajah Chanyeol. Sudah lama ia tidak tersenyum. Saat kecil, ia dihadapkan pada pilihan: dibunuh atau membunuh.
"Kecil, kau masih ingat cara memasang sabuk pengaman?"
"Ya, Hyungnim, seperti ini, bukan?"
Baekhyun mencoba meniru cara Chanyeol yang memasang sabuk pengaman beberapa jam yang lalu. Ia menekan berkali-kali. Sayangnya, sabuk itu tidak terpasang. Baekhyun mendengus takut. Mungkin karena ia lemah, sabuk ini tidak mau terpasang.
Chanyeol yang sedari tadi menatap tingkah Baekhyun dari luar mobil langsung berjongkok, mengabaikan setelan mahal yang ia kenakan. Ia memasang sabuk pengaman dengan lembut lalu mengacak rambut Baekhyun tanpa sadar. Tangannya diserang perasaan nyaman yang mengalir ke dalam tubuh. Rambut ini halus dan lembut. Terasa seperti rambut Ayahnya dulu, sosok yang sangat ia cintai.
"Jika kau tidak bisa, kau bisa memintanya padaku."
Baekhyun mengangguk kaku dengan wajah yang sudah memerah malu. Kenapa sifat dingin dan tidak terduga dari sosok di hadapannya ini selalu berhasil membuatnya salah tingkah? Chanyeol menutup pintu mobil lalu berjalan ke sisi lain, ia masuk dengan cepat, memasang sabuk pengaman, lalu menjalankan kendaraan roda empatnya ke area restoran yang sangat ia kenal.
Perjalanan Chanyeol dan Baekhyun hanya ditemani keheningan. Chanyeol memilih fokus ke jalan, dan Baekhyun tidak bisa menatap Chanyeol karena ia malu. Sampai ponsel kesayangan Chanyeol berdering keras, menandakan ada seseorang yang menghubunginya.
"Kecil, angkat panggilan itu."
"Iya, Hyungnim_"
Baekhyun berusaha mencari ponsel Chanyeol ke segala arah. Sayangnya, benda persegi itu bahkan tidak menampakkan wujudnya. Chanyeol melirik kecil ke arah Baekhyun lalu menatap ke arah saku celananya. Sial, kenapa ia sebodoh ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Wants A Baby
FanfictionChanyeol, pemimpin mafia paling ditakuti di Korea Selatan, memimpin jaringan kriminal internasional yang dikendalikan oleh tiga pria dominan di setiap negara. Anggotanya dipilih dengan sangat ketat melalui ujian yang melewati batas kewarasan. Denga...