♘ 28 ♘

4K 259 31
                                    

ooOooOooOooOooOooOoo

"Diamlah Kai, kau sudah menangis selama satu jam! Kepalaku sakit melihat tingkahmu."

Kyungsoo menghela nafasnya, mencoba menahan rasa kesal sedari tadi, ingin sekali ia menyumpal mulut pria dihadapannya itu, ditambah kepalanya semakin berdenyut sakit melihat tingkah Kai. Ia menangis selama satu jam, bahkan mengenggam tangannya hampir sepanjang hari.

"Kai_"

"Bagaimana jika saat itu kau mati! Dengan siapa aku akan menikah nanti Kyungsoo, kau tidak akan mengerti bagaimana perasaanku!"

Kyungsoo terdiam, jadi sedari tadi pria ini menangisi hal klise seperti itu? Apa katanya tadi menikah? Dengan status Kai sebagai seorang idol, akan sangat tidak mungkin jika dirinya menikah dengan seonggok sampah seperti dirinya. Kyungsoo cukup sadar diri, kastanya dengan Kai itu berbeda jauh.

Ia memang saudara Chanyeol, darah keturunan Park mengalir didalam tubuhnya, tapi tetap saja, Kyungsoo yang sekarang hanya terlihat seperti debu, tidak berguna. Lihatlah saat ini? Ia malah terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Kai, lihat aku," ujar Kyungsoo sembari menarik dagu pria itu, berharap atensi suaranya mampu membuat rasa gelisah yang sedari tadi memupuk dipikiran Kai menghilang.

"Hei, jangan menangis, kau tau jika aku tidak suka melihat air mata, terlebih jika itu air matamu Kai, aku tidak apa, hanya sedikit jahitan, lihat aku masih hidup."

Kyungsoo mencoba mencairkan suasana, ia tersenyum lembut, baru kali ini ia membuat wajah seperti itu. Senyuman tulus, syarat kerinduan.

"Kau juga terluka Kai berhentilah bersikap seperti ini, kau tidak seperti biasanya!"

"Aku hanya kasihan padamu, seharusnya aku yang terluka Kyung, seandainya saat itu kau bersamaku, mungkin luka di bagian kepalamu tidak ada."

Jujur Kyungsoo ingin muntah saat ini, biasanya mereka hanya terlibat adu mulut dan menyalahkan. Tapi sekarang saling melontarkan kata-kata manis. Kyungsoo tidak terbiasa dengan ini, ia mungkin lebih memilih ucapan ketus Kai daripada melihat aura manis yang menguar dari tubuh pria itu.

"Kau membuatku sakit perut," ujar Kyungsoo sembari meletakkan telapak tangannya didepan mulut, seolah-olah ia hendak muntah saat ini.

"Kau ingin muntah? Aku akan mencarikan kantong plastik, tunggu sebentar Kyung."

Kai bangun dari posisi duduknya, mencari ke sudut ruangan, berharap ada plastik di dalam lemari. Kyungsoo hanya bisa menatap datar, melihat bagaimana punggung pria yang tengah memakai kaos putih itu memiliki bercak darah. Jadi sedari tadi bahu dan punggungnya terluka? Dan pria bodoh itu malah lebih mengkhawatirkan dirinya? Kyungsoo bersemu tipis, kenapa sikap kecil Kai ini begitu mempesona?

"Kai sudahlah, rasa mualku sudah hilang. Kai kurasa punggungmu juga terluka, boleh aku melihatnya?"

"Maksudmu? Aku membuka bajuku?"

"Tentu saja bodoh, bagaimana caranya aku melihat lukamu jika tertutup baju."

Kai tersenyum canggung, lalu mengangguk, ia sedikit kesusahan, karena luka pada bagian bahu, cukup membuatnya kesulitan. Kyungsoo yang menyadari hal itu, melambaikan tangannya bermaksud memberi kode agar Kai duduk disampingnya.

"Biarkan aku membantumu."

Kai mengangguk, membiarkan Kyungsoo merobek bajunya, yah tidak sesuai harapan sebenarnya. Kyungsoo terdiam, bahu bagian kanan diperban, dan ada luka memanjang di bagian punggung dan beberapa lebam. Jujur Kyungsoo sedikit takut, bagaimana pria ini terlihat biasa saja dengan luka sebanyak ini?

Mafia Wants A Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang