♘10♘

14.5K 1.6K 182
                                    

Lima helikopter mendarat dengan sempurna di atas permukaan tanah, lengkap dengan jejeran mobil di area garasi. Terlihat dua puluh enam pria membawa koper dan kantong belanjaan. Tawa, senyuman, bahkan teriakan mengalun dari bibir mereka, seolah tak ada hari tanpa berbicara.

"Hoi, aku membawa bahan seblak!" ujar HyunJin sembari mengangkat kantong putih yang dibawanya. Di dalamnya terdapat hampir lima puluh porsi bahan untuk membuat seblak. Alasannya sederhana pekerjaan sampingannya sebagai pedagang seblak di Indonesia, negara tempat ia ditugaskan oleh Chanyeol.

Meskipun Chanyeol telah melarangnya untuk bekerja dan fokus pada tugasnya memata-matai perusahaan di sana, HyunJin tidak suka berdiam diri dan menikmati kekayaan. Sebagai gantinya, ia memilih menjual makanan ini, setidaknya bisa menjahili seorang anak SMA yang sangat tergila-gila dengan seblak buatannya.

"Siapkan untukku, HyunJin!"

"Tentu saja, HanBin Hyung. Aku sudah menyiapkan porsi double untukmu. Aku tahu kau hanya makan burger di Australia sana."

HanBin mengangguk kecil sembari menguap, tangan kanannya membawa gitar sebagai saksi bisu akan perjalanannya sebagai musisi jalanan bersama Bobby. Uang hasil dari pekerjaan mereka akan disumbangkan pada anak-anak yang membutuhkan, dan tak jarang mereka juga melapor pada Chanyeol. Tentu saja, Chanyeol dengan senang hati membantu, meskipun sebagai seorang pembunuh berdarah dingin, ia tidak mengabaikan hal sekecil apapun.

"Kau membawa es dawet untukku, bukan? Aku sudah memesannya padamu, Yuta!"

"Aku sudah membawa es dawet untukmu, Hyung. Lihatlah, aku membawanya di tong besar ini. Kita bisa berpesta!"

Yuta menunjuk ke arah tong plastik besar di sisi helikopter, Kris mengacungkan jempolnya memberi tanda bahwa ia bangga dengan kinerja Yuta. Lagipula, ia juga membawa bakpao dalam jumlah yang cukup banyak.

"Aku juga membawa nasi padang!"

"Berikan aku rendang, Eunwoo. Kau selalu saja mengambilnya dariku."

Eunwoo menggaruk tengkuknya canggung lalu tertawa, ia tahu betapa RM mengidamkan masakannya. Hanya saja, baru kali ini pria tampan itu jujur padanya.

"Tentu, Hyung. Aku juga membawa pendamping lain selain rendang. Kujamin kau akan merasakan kenikmatannya!"

RM mengangguk lalu membantu EunWoo membawa dua kantong rendang. Lagipula, ia tidak membawa apa-apa. Sudah cukup ia membawa kaset dewasa. Toh, rasa nafsunya akan wanita sudah menghilang.

"Ck, jangan ambil gitarku!"

Bright berteriak saat Rowoon dengan santai mengambil gitar yang bertuliskan nama seseorang yang sangat penting baginya. Sayang sekali, pria tinggi itu malah berlalu sembari tertawa saat Bright mengejarnya.

"Aku juga ingin ikut bermain!"

Jisung berlari mengejar Rowoon dan Bright yang sudah masuk ke markas, mengabaikan tatapan tidak suka dari Suga yang lelah dengan keributan yang ada. Suga memeluk bantal putihnya dengan erat, V menarik nafasnya perlahan lalu mendorong bahu Suga agar jalan dengan lebih stabil.

"Astaga, Jisung, jangan berlarian!"

Chen berteriak saat Jisung tersungkur. Anak itu selalu saja membuat kepalanya sakit. Tidak bisakah ia diam sedikit saja? Seandainya Chen bisa mematahkan kakinya, mungkin seluruh masalah akan selesai. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin melukai anggota yang lain. Kode etik tidak tertulis itu sudah diterapkan saat ia masuk ke dalam mansion megah ini.

"Bagaimana pekerjaanmu, Soobin? Apakah kau betah menjadi Guru Olahraga?"

Mingyu menatap Soobin dengan tatapan penasaran. Ia tahu anak ini tidak suka dengan pekerjaannya karena Soobin agak sedikit lemot dan tidak suka bergerak. Menurutnya, bergerak itu melelahkan. Saat bekerja sebagai Phoenix, ia hanya akan melemparkan bom pada musuhnya. Setidaknya gerakan melempar tidak terlalu memakan tenaga.

Mafia Wants A Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang