ROSÉ
Oruc Port, District Beta, Xylon
Aku menahan napas lalu merapat ke salah satu tumpukan peti kemas. Dari sela-sela tumpukan itu aku bisa melihat seseorang yang jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya. Aku kontan menutup mulut saat melihat sosok itu. Sosok pria dengan topeng noh, senjata lengkap, dan tentu saja seragam militer sepertiku.
"Sekarang buka topengmu!" teriak salah satu yang menyebut diri mereka polisi.
"Cihh! Meski aku harus mati sekarang aku tidak akan pernah melakukannya." desis orang itu.
"Buka sekarang juga! Kalau dalam hitungan ketiga kau masih tetap tidak mendengarkan maka aku akan menembakmu tepat di kepala!"
"Satu..."
"Dua..."
Jeda pada hitungan kedua menuju tiga membuatku kalang kabut. Apa yang harus kulakukan? Ketakutan ini membuatku kehilangan akal sehat. Yang terpikir di kepalaku hanyalah memberanikan diri untuk menolong rekanku apapun yang terjadi, entah itu Jayden atau Matt. Kakiku melangkah bersiap untuk keluar dari persembunyian dengan posisi anak panah yang siap untuk diluncurkan.
Namun tepat sebelum aku berlari menuju kawanan kepolisian itu, tiba-tiba seseorang dengan sigap menutup mulutku dari belakang dan mengunci lenganku dengan lengannya.
"Tiga!"
Dor! Dor! Dor!
Terdengar suara tembakan tiga kali secara beruntun. Refleks kututup kedua mataku yang langsung basah karena air mata. Dadaku terasa sesak dan jantungku rasanya hampir berhenti. Membayangkan Jayden atau Matt meregang nyawa membuat lututku lemas. Ditambah lagi saat ini seseorang dari kawanan mereka berhasil menangkapku. Aku pasrah. Kalau pun memang harus mati hari ini aku tidak akan menyesali apapun.
"Buka topengnya!" terdengar seruan salah satu petugas-yang mungkin menyuruh rekannya untuk membuka topeng Jayden atau Matt yang sudah tewas.
"Sial! Lagi-lagi ini bukan anggota aliansi Crux! Hanya simpatisan grup kriminal itu. Sama seperti yang sebelumnya." teriak petugas itu yang membuatku kontan membuka mata karena shock. Bukan kawanan Crux katanya? Apa yang dimaksudnya dengan simpatisan grup kriminal?!
"Lantas apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Mengapa jadi banyak orang yang berperilaku dan berpakaian sama seperti mereka di Distrik Beta?" lanjut salah satu petugas.
"Entahlah... tapi kurasa mereka tak ada hubungannya sama sekali dengan aliansi Crux. Kau bisa lihat kan kalau mereka tidak terlatih sama sekali? Terlalu mudah untuk menangkapnya, tidak seperti pelaku kriminal kelas kakap pada umumnya."
"Jadi kita apakan orang ini? Apa sebaiknya dibuang saja ke laut seperti yang sebelumnya? Benar-benar tidak berguna."
"Sebaiknya begitu. Mereka hanyalah sekumpulan orang yang mencoba untuk menolak ajaran kultus. Tipe-tipe pemberontak memang sudah seharusnya mati saja. Buang, dia. Ayo, pergi!" ujar petugas yang sempat mengancam lelaki bertopeng noh di awal sebelumnya.
Kudengar suara derap langkah mereka mulai menjauh, aku pun menggerak-gerakkan tubuhku untuk kesekian kalinya agar terlepas dari cengkraman seseorang di belakangku.
"Sssttt... jangan banyak bergerak dulu kalau tidak ingin mati. Ini aku...Jayden." bisiknya tepat di telingaku. Deru napas yang sempat kutahan akhirnya lepas bersamaan dengan perasaan lega. Suara itu sangat terdengar akrab di telinga. Suara yang membuatku yakin kalau dia memang benar-benar Jayden.
"Itu bukan Matt jadi jangan bertindak gegabah. Kau bahkan tidak bisa mengenali teman setim-mu." lanjut Jayden lagi. Meski telah mengetahui kebenarannya, air mata yang sempat kutahan malah mengalir deras memenuhi kedua pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Xylon
Fantasy"XYLON : Sebuah negara monarki dari Planet Arcas yang ada pada Manhwa fenomenal berjudul "The Tale of Xylon" yang ditulis oleh Lee Hyun Soo pada tahun 2010. Manhwa tersebut terkenal sebagai kisah terkutuk karena komikusnya yang hilang secara misteri...