ROSÉ
Foothills of Alpha Mount, Distrik Alpha, Xylon
Jayden menghela napas sesaat sebelum akhirnya mengangguk, "Semuanya tanpa terkecuali. Termasuk aku." ujarnya yang membuat sekujur tubuhku merinding.
"Perlu kau ketahui bahwa tempat ini... adalah tempat paling mengerikan yang pernah ada di seluruh dimensi alam semesta." lanjutnya sebelum kembali menyalakan earphone di telingaku dan di telinganya.
Ia pun melirik arloji di tangan kirinya, "Sudah waktunya. Pergilah ke titik tugasmu. Perburuan akan segera dimulai." ujar Jayden sebelum meninggalkanku seorang diri dengan sejuta pertanyaan yang menghantui.
Aku sempat termenung beberapa saat sebelum Crux menarikku menjauh dari keramaian menuju titik utara yang telah kami sepakati bersama. Bersembunyi di balik rimbunnya semak.
"Hei, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau terlihat tidak fokus?" tegur Crux. Ia mendelik ke arahku.
"Eh? Huh? A-aku tidak apa-apa." kataku cepat.
"Kau yakin? Aku sudah bilang kan kalau ini adalah perburuan besar. Jangan sampai kau tidak fokus kalau tidak ingin mati sia-sia."
"Iya, aku yakin. Maaf, aku hanya sedikit gugup karena ini pertama kalinya bagiku."
"Aku mengerti perasaanmu tapi kau harus tetap dalam keadaan stand by dan jangan sampai lengah sedikitpun. Kau cukup mengikuti dan menerapkan semua hal yang sudah kau dapat saat training. Kau pasti bisa melakukannya." ujar Crux memberi semangat sembari menepuk pundakku pelan.
Aku tersenyum kecut sebelum akhirnya kami memutuskan untuk berhenti berbicara dan fokus pada proses ritual yang akan segera dimulai. Crux mengangkat sedikit jubahnya kemudian mengeluarkan dua pistol sambil terus mengawasi keadaan.
"Ngomong-ngomong aku belum melihat adanya demon sejak tadi. Apa mereka juga berbaur diantara Xylonity?" tanyaku penasaran.
"Tidak. Ini belum saatnya. Bersabarlah. Sebentar lagi kau akan melihat bagian terbaiknya. Saat fase bulan merah berada tepat di kepala." jawab Crux sambil tersenyum sarkas. Raut wajahnya menunjukkan kalau ia sedang tidak sabar menanti apa yang akan segera terjadi.
Satu per satu Xylonity pun mulai mengambil tempat tepat di bawah kaki Gunung Alpha diiringi oleh bunyi terompet sebanyak tiga kali. Seluruhnya berbaris rapi menghadap ke arah gunung. Tatapan mereka mendadak kosong tidak seperti sebelumnya. Saat itulah di hadapan mereka muncul beberapa pengawal kerajaan dengan jubah putih biasa seperti yang kami kenakan serta beberapa petinggi kerajaan dengan mengenakan jubah putih bercampur silver. Masing-masing dengan tudung jubah yang terpasang menutupi setengah wajah. Dan yang terakhir muncul sesosok laki-laki paruh baya dengan mengenakan jubah berwarna putih bercampur emas. Jubah yang berbeda dan lebih mewah dari yang lainnya. Di lehernya tergantung sebuah liontin berbandul salib berwarna merah yang terbentuk dari dua buah pedang.
Para Xylonity menyambut kedatangan laki-laki itu dengan sorak sorai tepat saat sosok itu merentangkan tangannya lebar-lebar sambil menengadahkan kepalanya ke langit yang gelap.
"Terpujilah Yang Mulia! Terpujilah Yang Mulia!" seru mereka berkali-kali.
Untuk pertama kalinya sejak tiba di Xylon aku merasakan aura negatif yang begitu kuat hingga merasakan tungkaiku melemah.
"Siapa orang itu? Apakah dia Raja Julio?" bisikku pada Crux.
"Bukan. Dia tidak akan repot-repot hadir ke tempat ini. Itu Dexter, panglima perang tertinggi di Xylon."
Pria bernama Dexter itu pun berjalan pelan mendekat ke Xylonity. Kedua tangannya yang semula terbuka lebar kini berbalik lalu menurunkannya yang membuat Xylonity serempak berlutut dan menunduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Xylon
Fantasi"XYLON : Sebuah negara monarki dari Planet Arcas yang ada pada Manhwa fenomenal berjudul "The Tale of Xylon" yang ditulis oleh Lee Hyun Soo pada tahun 2010. Manhwa tersebut terkenal sebagai kisah terkutuk karena komikusnya yang hilang secara misteri...