Chapter 23

1.2K 200 27
                                    

Rose menghampiri Wendy yang menonton TV sendirian selagi yang lain sibuk di sisi lain rumah. Ia menyadari kalau Wendy seperti sengaja mengabaikan ponselnya yang terus bergetar sedari tadi. "Kau tidak akan mengangkat teleponnya?"

Wendy menatap ponselnya kemudian kembali menatap ke arah TV. "Bukan telepon, itu pesan." Jawabnya seperti enggan bercerita lebih banyak. "Dari siapa? Lucas?"

"Sebagian. Tapi mayoritas bukan darinya." Jawab Wendy lagi masih tidak menceritakan apa-apa. "Apa kau mau ramen? Aku akan buat karena sepertinya Winter dan Doyoung sedang memasak di dapur." Tawar Rose. "Mau!"

...

Setelah Rose pergi, Wendy meraih ponselnya yang tadi ia simpan di atas meja kemudian menatap geram ke arah layar ponselnya tersebut.

"Ada yang salah dengan otaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang salah dengan otaknya." Gumamnya bingung dengan sifat yang Naeun munculkan terkadang. Ia mendapati Naeun seperti orang yang- ah tidak, tidak seharusnya ia mengatas namakan sebuah penyakit mental kepada seseorang yang bahkan entah punya penyakit mental atau tidak.

Wendy hanya bingung, sudah hampir 3 hari Naeun menerornya dengan pesan spam. Yang kemarin Jaehyun kira adalah Lucas? Itu tentu bukan Lucas. Ada pesan satu atau dua darinya, tapi yang membuat ponselnya terus bergetar sampai mau meledak rasanya, itu pesan dari Naeun.

"Apa-apaan ini?" Winter merebut ponsel Wendy dari belakang dan Wendy bahkan sudah tidak berusaha menutupinya lagi. "APA DIA GILA!? BAGAIMANA BISA DIA MEMINTA MAAF TAPI AKAN MENGIRIMKAN SEX TAPE ANTARA DIRINYA DENGAN SUAMIMU DI WAKTU YANG BERSAMAAN!?" Teriak Winter tak habis pikir.

"Siapa!?" Doyoung dan Rose muncul dari dapur sambil membawa semangkuk besar ramen yang sudah matang ke ruang TV. Wendy hanya diam dan membiarkan ponselnya dipindah tangan berulang kali ke teman-temannya yang lain.

"Eh!?" Rose juga bertanya bingung. Disisi lain ada Doyoung yang hanya bisa menghela nafas. "Jaehyun, kenapa kau selalu berhubungan dengan perempuan aneh. Sejak kapan dia menerormu begini?"

"Sekitar 3 hari yang lalu. Ia juga sempat mengirim foto-foto vulgar dirinya dan Jaehyun kepadaku. Entah ada berapa puluh, 20? Tapi aku hapus." Jawab Wendy tidak banyak berekspresi. "Kenapa kau tidak bilang!?" Tanya Winter.

"Ya aku harus fokus pada Jaehyun dulu! Aku harus memastikan dirinya berangkat baru aku akan bilang! Tapi kau malah mengetahuinya lebih dulu tadi!" Jawab Wendy membela dirinya. "Kenapa kau tidak jujur padaku ketika aku bertanya?" Kini Rose ikut mengomel.

"Karena aku ragu... awalnya aku tidak berniat untuk membesar-besarkan masalah ini karena sejujurnya aku sudah tidak peduli padanya. Aku hanya akan memblok seluruh kontaknya lalu selesai. Tapi dasar wanita gila, dia mengganti nomornya berulang kali hanya untuk mengirimiku pesan teror seperti itu." Wendy menghela nafas frustasi.

"Laporkan saja ke polisi!" Usul Winter masih emosi. "Tidak mau! Akan jadi panjang jika berurusan dengan polisi. Apa aku temui saja dia?" Wendy menatap Doyoung dan Rose yang langsung menggelengkan kepala mereka kuat-kuat.

"Dalam kondisi dirimu di kursi roda!? Dia bisa memanfaatkan kondisi lemahmu!" Seru Doyoung menolak keras ide tersebut.

"Kau ganti nomor teleponmu!" Rose akhirnya membuat Wendy diam berpikir. "Aku akan membiarkannya saja tanpa melakukan tindakan apapun."

"Bilang padaku jika masih mengganggu! Akan ku suruh Johnny mengejarnya sampai dia ketakutan." Ujar Doyoung kesal. "Johnny? Dia mengenal Naeun cukup dekat ya?" Tanya Wendy.

Doyoung mulai mengalas ramen ke mangkuk yang lebih kecil kemudian menyerahkannya pada Wendy. "Karena dari antara kami, Jaehyun paling lama dekat dengan Johnny. Mereka bersahabat sejak SMA, otomatis Johnny tau lebih banyak soal Naeun."

Wendy menganggukan kepalanya tanpa menjawab apapun. "Apa mereka aktif berinteraksi?" Rose menatap Doyoung cemas. "Aku tidak tau, tapi Naeun sering menghubungi Johnny untuk sekedar urusan Jaehyun. Diluar itu... aku kurang tau."

"Aku sungguh tidak akan tinggal diam jika dia mengganggu Wendy unnie lebih dari ini. Sudah pasti akan ku kejar sampai dapat." Desis Winter kemudian melahap ramen dengan penuh emosi.

...

Pagi-pagi sekali ponsel bergetar tanda ada panggilan masuk. Wendy mengangkat telepon tersebut tanpa dilihat siapa orang yang meneleponnya.

"Ng? Halo?" Sapanya dengan suara parau. "Aku hanya bisa melihat lubang telingamu."

Wendy menatap layar ponsel dengan bingung, lalu ternyata yang meneleponnya adalah Jaehyun. Video call lebih tepatnya. "Aish... ini masih sangat pagi tolong~ ㅠ.ㅠ" Rengek Wendy tidak peduli bagaimana wajahnya kala itu terlihat di layar ponsel Jaehyun.

"Sangat pagi kepalamu. Sudah jam 10! Kau harus bangun!" Ujar Jaehyun. Wendy menoleh ke arah jam dan kemudian hampir saja marah jika tidak kalau oleh rasa malas. "Kau menipuku, baru pukul 7 pagi Jaehyun. Astaga..."

Jaehyun tertawa dari seberang sana. "Kenapa, eoh? Rindu? Baru juga sehari." Tanya Wendy sebal. "Iya. Rindu ocehanmu." Jawab Jaehyun dengan jujur. Wendy yang tidak mengira akan mendapat jawaban serius dari Jaehyun, jadi salah tingkah.

"Tidak, tidak saat pagi hari. Aku mohon. Kau sedang di tempat proyek?" Wendy mengalihkan topik secepat mungkin. Jaehyun memutar kameranya dan memperlihatkan proyek yang ternyaat cukup besar.

"Wah... kukira tidak sebesar itu... apa kau sudah paham cara membaca blueprint yang sempat aku ajarkan? Dengan skala sebesar itu, tidak akan hanya ada satu blueprint..." Tanya Wendy khawatir. "Aku akan banyak meneleponmu karena aku masih sangat awam... jadi tolong bersabar."

Wendy mulai turun dari kasur dan naik ke kursi roda seorang diri dimana Jaehyun terkejut melihatnya. "Kau sudah bisa turun dari kasur sendiri!? Aku baru saja meninggalkanmu satu hari."

"Ck. Aku harus berlatih setidaknya turun dari kasur sendiri dan duduk di kursi roda sendiri. Lagipula lusa jahitan perutku akan di lepas oleh dokter jadi seharusnya aku sudah boleh berjalan sekarang." Jawab Wendy tidak begitu menghiraukan rasa sakit di perutnya.

"Ketika aku pulang nanti, aku punya banyak agenda yang ingin aku lakukan denganmu." Wendy terdiam di kursi roda mendengar pernyataan tersebut. "Memangnya apa yang ingin kau lakukan denganku?"

"Ya nanti saja ketika aku pulang." Jaehyun tersenyum miring. "Ih, aku tidak merasa tenang dengan agendamu it-"

PIP

Drrt Drrt

"Yang benar saja!" Telepon Wendy dan Jaehyun terpaksa harus terputus karena Naeun tiba-tiba meneleponnya. Wendy menghela nafas panjang dan membiarkan ponselnya bergetar sampai teleponnya mati dengan sendirinya.

...


Chapter ini pendek maafkan😭🙏🏻
Mentally i'm still.... idk. Kyk ngambang gtu gaes. Jadi kalo agak tidak konsisten apdet nya maapin yaa🥺

Krena ngerasa insecure sama cerita ini juga cerita Magicis Nocte.... merasa tidak rame :( TAPI AKAN TETEP TUNTAS. TENANG. Mgkin krena kondisi mood dan mental yg lagi aneh aja makanya gini~

Hehehehe lopyuuu

We Got Married ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang