Chapter 17

1.4K 212 21
                                    

"J-Jaehyun sebentar-" Wendy terengah-engah.
"Seberapa sakit? Aku tidak akan bergerak, kau tenang saja."
"S-Sakit... fiuh..."

Jaehyun memeluk Wendy yang masih menempel pada dirinya sembari menahan sakit karena kini ia harus pindah dari kursi roda ke atas kasur. "Ok, kau boleh bergerak."

Jaehyun mendudukan Wendy perlahan ke atas kasur kemudian mengangkat kedua kaki Wendy supaya dapat tidur dengan nyaman. "Terima kasih..." Ucap Wendy lirih sembari memegangi perutnya dan mencoba menetralkan rasa sakitnya dengan cara mengatur pernafasan.

Jaehyun menatap Wendy iba. "Aku akan kembali." Pamitnya keluar kamar.

...

Tak lama kemudian Jaehyun kembali membawa selimut, bantal dan guling. Wendy menatapnya dalam diam. "Kau akan tidur dimana?" Tanya Wendy. "Lantai. Kenapa? Kau mau tidur sendiri? Jika begitu aku akan-"

"T-Tidak tidak! K-Kau boleh temani aku..." Ucap Wendy pelan di akhir kalimat. Ia tidak mau mengambil resiko mencelakai dirinya sendiri dengan tidur sendirian. Jaehyun mengalaskan selimut di atas lantai, kemudian memasang bantal dan guling dengan sedemikian rupa.

"Kau suka tidur dengan lampu mati atau menyala?" Tanya Jaehyun. "Mati." Jawab Wendy. Jaehyun berjalan menuju saklar lampu untuk mematikan lampu kamar. Setelah itu dirinya kembali ke dekat kasur Wendy untuk membantu Wendy memasang bantal di bawah kakinya.

"Kata dokter lebih baik kakimu dipasang penyangga, untuk mengurangi rasa sakit di perutmu selama lukanya masih basah. Apa sudah nyaman?" Jaehyun benar-benar tidak lepas dari sisi Wendy sejak Wendy masuk rumah sakit bahkan sekarang ketika mereka sudah kembali ke rumah.

Wendy mengangguk. Jaehyun turun ke lantai lalu membaringkan tubuhnya. Keduanya telentang dalam diam dan menatap langit-langit kamar.

"Apa yang terjadi ketika kau kembali melewati lubang itu?" Tanya Jaehyun memecah keheningan. "Aku melakukan apa yang aku lakukan di awal, menempelkan tubuh bagian depanku ke bebatuan supaya tabung oksigenku tidak tersangkut, tapi sepertinya karena ketika kembali aku membawa si balita, aku tidak bisa mengontrol seberapa keras tubuhku menempel pada bebatuan tersebut. Akhirnya batu yang runcing merobek dry suitku, beserta kulitku."

"Lalu kenapa kau berbohong dan bilang kalau robeknya hanya sepanjang jari kelingking?" Tanya Jaehyun lagi. Kali ini Wendy tidak langsung menjawab dan terdiam lebih dahulu. "Aku tidak mau membuat kalian panik... karena jika kalian panik, maka aku akan ikut panik."

"Tapi kau bisa saja mati di dalam sana..." Ujar Jaehyun lirih. "Aku tau..." Jawab Wendy sama-sama lirih. "Situasinya rumit... maafkan aku karena sudah menyulut emosimu. Harusnya kita fokus pada misi evakuasi, bukan malah merecoki urusan rumah tangga."

"Aku juga minta maaf karena tidak bisa menanggapinya dengan tenang. Aku kalut membayangkanmu... yang tidak-tidak selama kau di dalam sana..."

Mereka kembali diam seperti sibuk dengan isi pikiran mereka masing-masing. "Aku tidur duluan. Selamat malam." Pamit Wendy kemudian memejamkan matanya. Jaehyun akhirnya melakukan yang sama.

...

Pagi-pagi, Jaehyun sudah membangunkan Wendy tapi sepertinya Wendy terlalu kelelahan, ia tidak bangun sama sekali akhirnya Jaehyun memilih untuk mengirimnya pesan saja karena yakin Wendy akan membuka ponselnya ketika bangun nanti.

Jaehyun mengusap kepala Wendy lembut. "Aku berangkat kerja ya." Ucapnya pelan pada sosok Wendy yang masih terlelap.

...

Jaehyun masuk ke kantor seperti biasa dan menemukan tumpukan berkas di mejanya. "Ya tuhan, berkas apa saja ini?" Tanya Jaehyun kesal pada anggotanya yang lain.

We Got Married ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang