Chapter 20

1.4K 220 28
                                    

Jaehyun mendorong kursi roda Wendy menyusuri bukit pemakaman yang sepi dan sejuk. Jika ditanya Winter kemana dan kenapa tidak ikut? Jaehyun membuang Winter ke rumah Mark. Alasan pada Wendy bilang kalau Mark meminta tolong padanya supaya Winter bisa lebih dekat dengannya—Mark adalah adik sepupunya Johnny—padahal sebenarnya karena ingin berduaan dengan sang istri.

"Aku sering berlarian dari ujung bukit sana sampai ujung bukit sana." Ucap Wendy menunjuk dimana biasanya ia berlarian. "Dengan Winter?" Tanya Jaehyun sambil tersenyum membayangkan Wendy dan Winter bercanda riang setelah menemui mendiang ibu mereka disini.

"Tidak. Sendirian." Senyum di wajah Jaehyun luntur berubah menjadi wajah datar. Wendy menangkap perubahan raut wajah Jaehyun kemudian menatap ke depan dan berpikir. "Kau benar. Jika semakin diceritakan, aku memang aneh..." Ucap Wendy mengakui keanehan pada dirinya.

"Kau berlarian sendiri di bukti pemakaman? Akan lebih aneh jika aku bilang normal kan?" Tanya Jaehyun ragu. "Iya. Jangan bilang itu normal. Tidak ada manusia yang berlarian sendiri sambil tersenyum bahagia di bukti pemakaman." Jawab Wendy menyetujui.

"Hanya kau."
"Iya hanya aku. Apa kau menyesal sekarang telah menikahiku?"
"Jangan bertanya begitu."

Jaehyun dan Wendy sudah menemui makam kedua mendiang ibu mereka. Memasang bunga baru yang ternyata baru Jaehyun ketahui ternyata 2 minggu sekali selalu Wendy bawa, bahkan untuk ibunya.

Dalam perjalanan pulang, tadinya mereka berencana akan langsung pulang saja, tapi mereka ingat kalau hari ini adalah jadwal check up pertama Wendy ke dokter mengenai luka jahitnya. Jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu dulu di sana, sampai waktu untuk ke rumah sakit tiba.

Mereka duduk di taman dekat pemakaman untuk menikmati semilir angin sore yang terasa sangat menenangkan. "Aku mau kau jujur padaku." Ucap Jaehyun tiba-tiba.

"Ck! Apa lagi ini!?" Tanya Wendy sebal. "Sebenarnya kau ingin punya anak atau tidak?" Tanyanya. Wendy menaikkan kedua alisnya. "Ingin. Tapi... entahlah."

"Katakan kau yakin ingin, berapa anak yang kau inginkan?" Tanya Jaehyun lagi. "Dua- eh, empat juga tidak apa-apa." Ralat Wendy sambil menerawang ke langit yang mulai berganti warna menjadi kuning oranye.

Jaehyun membelalakan matanya. "Empat? Kenapa empat?" Wendy tertawa, "Karena sepertinya seru. Aku dan Winter selalu menempel berdua kemana-mana karena memang kami hanya berdua. Kau juga anak tunggal, tidakkah kau kesepian?"

Jaehyun menganggukan kepalanya. "Makanya kenapa aku sangat menempel pada Johnny, Doyoung dan Yuta ㅋㅋㅋ" 

"Tuh! Kalian juga berempat! Lagipula itu kan hanya keinginan Jae, realita belum tentu memberi izin ㅋㅋㅋ" Jawab Wendy santai.

"Pertanyaan kedua-"
"Tidak mau! Kenapa aku jadi merasa seperti sedang di interview!?"
"Karena memang interview! Interview pasca-marriage."
"Untuk apa!?"
"Untuk mengenalmu lebih jauh! Apa masih kurang jelas?"
"Sangat jelas! Tapi kan kau bisa mengetahuinya seiring berjalannya waktu-"

"Kau itu wanita penuh misteri tapi juga terbuka dalam waktu bersamaan. Bagaimana bisa?" Jaehyun mengerutkan dahinya sembari tersenyum kagum. "Apa itu pertanyaan keduamu?" Tanya Wendy bingung.

Wendy memicingkan matanya. "Jadi pertanyaan keduamu... yang mana?" Tanyanya bingung. "Apa kau selalu semenarik ini?" Tanya Jaehyun mengabaikan kebingungan yang tertera jelas di wajah Wendy.

"Apa ini... pertanyaan ketiga?" Wendy masih terpaku pada sesi interview mereka tadi. "Berapa banyak mantan yang kau punya?" Tak ada yang menyangka kalau Jaehyun juga ternyata sama kacaunya dengan Wendy. Bagaimana bisa pertanyaan yang ia lontarkan begitu random dan tak beraturan?

We Got Married ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang