[15]

189 33 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Sinb dalam perjalanan pulang dari studio, tapi bukan untuk tujuan pulang yang sebenarnya. Ia akan ke rumah Sojung untuk menemui gadis penulis itu. Wajahnya terlihat begitu bersemangat dan ceria.

Di mobil ia menghubungi Yerin untuk memberi kabar jika ia tidak bisa menemuinya malam ini, ada sesuatu yang lebih penting dan mendesak untuk dilakukan olehnya.

Yerin bertanya apa yang akan dilakukan oleh Sinb hingga harus membatalkan janjinya, namun Sinb tak menjawabnya dan menyudahi panggilan telepon tersebut.

Sinb tiba di rumah Sojung, ia menunggu Sojung membukakan pintu untuknya. Saat pintu terbuka, mereka pun saling menyapa dengan malu-malu. Sesaat kemudian Sojung mempersilahkan Sinb untuk masuk ke dalam.

Selagi Sojung menyiapkan minuman hangat untuk Sinb, ia menunggu Sojung dengan duduk di sofa sembari memperhatikan Sojung.

Teh hangat sudah selesai dibuat oleh Sojung, ia berjalan menuju Sinb dengan tangan memegang nampan yang berisi dua cangkir teh. Namun sayangnya, saat berjalan langkahnya tak seimbang sehingga teh yang dibawanya pun tumpah.

Sinb dengan sigap mendekati Sojung dan menawarkan diri untuk membantu membersihkan tumpahan teh. Tapi tawaran Sinb itu langsung ditolak oleh Sojung.

"Biarkan aku yang membersihkannya, aku lebih mengerti tentang hal-hal seperti ini." Sinb mengambil alih nampan dari tangan Sojung.

Sojung mengalah, ia pun menggeser tubuhnya, memberikan ruang pada Sinb dengan berat hati. "Aku tahu kau tidak menganggapku baik dalam mengerjakan apapun." Gumam Sojung.

"Ku kira menulis adalah hal terbaik yang bisa kulakukan, tapi lihatlah bagaimana hasilnya?" Sojung kembali bergumam, kali ini hampir seperti berbisik. Ia terdengar amat frustasi.

Sinb menoleh, memberikan tatapannya pada Sojung, lalu mengulurkan tangannya meraih tangan gadis berparas cantik itu, detik berikutnya Sojung menundukkan kepala dan mulai menangis, "Aku takut! Aku takut Sinb-ssi."

Sinb mengusap air mata Sojung dengan ibu jarinya. Sojung pun membenamkan wajahnya di dada Sinb sebentar, kemudian menarik tubuhnya menjauh dari Sinb. Ia tersadar jika tak seharusnya ia bersikap demikian.

Sojung tertawa kecil, menertawakan dirinya yang payah dan lalu menunjukkan wajah menyesal telah bertingkah seperti wanita lemah yang berharap pria yang berada di depannya saat ini dapat menghiburnya.

Sinb mendekatkan dirinya pada Sojung membuang semua jarak yang ada, lalu menarik Sojung ke dalam pelukannya. Erat memeluk tubuh Sojung yang ramping, mengangkatnya dan membawanya ke sofa. Menjatuhkan perlahan Sojung di atas Sofa, lalu mendekatkan wajahnya. Detik itu pula dunia mereka menjadi hitam dan putih, bayangan-bayangan kebersamaan mereka di masa lalu bermain-main dalam ingatan masing-masing.

Mereka membeku untuk waktu yang cukup lama, dengan tatapan yang tak goyah memandang satu sama lain dalam jarak yang sangat dekat. Sesaat kemudian dunia mereka kembali berwarna. "Apa kau merasa takut?" Tanya Sinb pada Sojung tepat di depan wajahnya.

Choice Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang