Satu tahun sudah berlalu.
Sejak saat itu Liza lebih sering termenung, bukan stress dengan keadaan tapi lebih memperbaiki dirinya sendiri.
Sejak keluar dari rumah sakit Liza tidak pernah bertemu kembali dengan dokter Daren, karena kebetulan saat Liza pulang dokter Darren sedang ke luar kota.
Begitu juga dengan Fathur, setelah sejak saat itu dirinya tidak pernah memberi kabar kepada Liza. Semua akses komunikasi Fathur telah diganti.
Saat ini Liza akan memfokuskan dirinya pada kuliah nya yang sering tertunda karena masalah yang sudah ia lewati.
Berbagai kegiatan telah di coba oleh Liza karena dia ingin menyibukan diri begitu juga untuk melupakan kejadian yang telah berlalu.
Memiliki hobi baru yaitu photographer, Liza juga bekerja sama dengan sahabatnya Iva, karena Iva memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Liza, juga sangat suka traveling dan mengabadikan momen nya dengan berfoto jadi dia sangat senang jika ditawaran kan menjadi model oleh Liza.
“Za, besok kita bikin photo produk dimana?” Tanya Iva dengan nada ceria.
Selain menjadi seorang photographer Liza juga memiliki usaha pakaian muslim kecil-kecilan milik dirinya dan sang Ibu.
“Ntar aku cek dulu tempat yang bagus dimana.” Jawab santai Liza.
“Kaya nya besok kita ke bandung aja deh, di bandung juga banyak tuh tempat yang bagus buat tema alam.” Lanjut Liza.
“Heem—dimana?” Tanya Iva.
“Nih kita ke lembang aja, banyak tempat bagus. Sekaligus kita refeshing dong..” Liza menggoda Iva.
“Ide buruk...” Jawab Iva.
“Bagus kali!!” Jawab Liza ngegas.
“Tenang sist.” Jawab Iva sambil cengengesan.
“Ok, besok aku jemput kamu ya. Jangan telat kalo telat gue tinggalin.” Lanjut Iva dengan nada ngegas.
Liza hanya mengangguk sambil tersenyum.
***
Bukan tanpa alasan Liza bisa bertahan sampai saat ini juga, harapan nya masih sama berharap bisa bertemu dengan Fathur untuk terakhir kalinya. Liza hanya ingin kejelasan atas semua yang terjadi.
Rasa ini entah sampai kapan akan terus bertahan, untuk saat ini sulit untuk merelakannya tapi Liza harus mampu menyembunyikan dan mencoba buka lembaran baru.
“Ma.. mama..” Liza turun dari kamar nya.
“Sarapan dulu, sebelum berangkat.” Mama Raisha sudah menyiapkan sarapan untuk Liza.
Tanpa pikir panjang Liza langsung menyantap sarapan nya segelas susu dan kesukaannya roti bakar.
“Iva jemput?” Tanya mama Raisha.
“Iya, aku males bawa mobil ah.” Sahut Liza sambil mengunyah roti.
“Sssssttt.. kalo lagi makan jangan ngomong.”
“Hehehe..” Liza menjawab dengan cengengesan.
Kali ini Liza hanya sarapan berdua dengan mama Raisha, ayahnya sudah berangkat sejak pagi tadi.
Ting tong!!
Terdengar suara bel.
“Biar mama aja yang buka.” Liza hanya mengangguk.
“Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam.” Mama Raisha membuka pintu, ternyata itu Iva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Genç KurguMencintai dalam dia adalah hal yang biasa baginya, memang bukan hal yang mudah tapi ituah rencana tuhan yang mentakdirkannya untuk menjadi orang yang mencintai dalam diam. Bahkan belum untuk ia beruntung dalam hal itu kadang ketika ia mencintai sese...