Sudah menjadi minggu ke-tiga Rosé berada di Australia, dan sudah terhitung 8 hari Rosé tidak memberinya kabar sama sekali. Ini yang Jisoo benci, ia benci ketika dirinya menjadi sangat khawatir terhadap Rosé yang tidak memberi kabar.
Sedangkan orang yang dikhawatirkan pasti baik-baik saja. Jisoo paham kenapa Rosé tidak mengabarinya atau bahkan tidak lagi melakukan videocall rutinnya setiap malam, Rosé bilang ia malas untuk mengabarinya.
Tapi ini kelewatan, Jisoo kira Rosé tidak akan memberinya kabar hanya untuk satu hari, itu tidak apa-apa. Tapi kemalasan Rosé berlanjut hingga 8 hari, itu tidak bisa untuk Jisoo tolerir.
Jangan mengira kalau Jisoo tidak berusaha meghubungi Rosé, ia bahkan tiap jamnya selalu memberi pesan atau panggilan yang sudah pasti tidak diangkat, dan lebih parahnya lagi Rosé menolak panggilan telfon Jisoo.
Ayolah, Jisoo juga bisa dibilang sering menghubungi Alice. Tapi yang Jisoo dapat adalah 'Rosé sedang sibuk dan tidak mau diganggu', begitu jawaban Alice setiap Jisoo menanyakan keberadaan Rosé.
"Dimakan atuh buburnya, jangan di aduk-aduk doang" Irene memang sudah sedari tadi memperhatikan adiknya saat mulai sarapan.
Irene adalah orang yang cukup peka dengan tingkah laku Jisoo, ia tau ada yang sedang tidak beres di sini.
Jisoo mulai memasukkan suapan pertamanya ke dalam mulut, walaupun Jisoo melakukannya dengan sangat lambat dan terlihat sama sekali tidak bernafsu.
"Makanya, dibilang mendingan sama Jennie tuh nurut" Celetuk Irene yang masih sibuk mengunyah kerupuk dari bubur ayamnya.
"Apasih, kak? Kan gue udah bilang sama sekali ga tertarik sama Jennie" Jisoo meneguk segelas air putih untuk menyelesaikan sarapannya, hanya beberapa suap untuknya sarapan.
Memang sudah menjadi kebiasaan Jisoo akhir-akhir ini. Bukannya untuk bergaya atau diet, melainkan Jisoo benar-benar kehilangan nafsu makannya.
"Ck! Bisa-bisanya kamu nolak Jennie" Irene mencuci mangkuk yang baru saja ia dan Jisoo pakai.
"Udahlah Jisoo mau pergi ke taman aja, sumpek di sini ngomongin Jennie mulu" Ucap Jisoo sebelum meninggalkan kakaknya di apartement.
***
Jisoo serius dengan ucapannya, ia benar-benar pergi ke taman dan hanya duduk diam di salah satu kursi yang tersedia. Kembali lagi melihat ponselnya, barangkali kekasihnya itu mulai merindukan sosok Jisoo di sini.
Yang Jisoo dapati adalah hal yang sama selama 8 hari kebelakang, hanya ada rentetan pesan singkat darinya di roomchat dengan Rosé.
Soal Jisoo yang akan pergi pulang ke Bandung itu juga tidak main-main, Irene berhasil membujuk atasannya untuk memberikan cuti. Dan Jisoo rasa, ia tidak akan lagi tinggal di Jakarta jika Rosé tidak memberinya kabar selama 10 hari atau lebih parahnya lagi Rosé menghilang dari jangkauan Jisoo.
Jelas Jisoo tidak mau hal itu terjadi, dia mencintai Rosé dan akan terus begitu.
"Jisoo?" Panggil seseorang yang baru saja mendaratkan bokongnya tepat di samping Jisoo.
"E-eh? Jennie?"
Demi apapun, Jisoo rasanya ingin pergi ke alam di mana Jennie tidak berada di sana. Ia lelah di apartement karena kakaknya terus saja membicarakan Jennie, dan sekarang Jennie tengah duduk bersamanya?
"Kamu ngapain melamun di sini?" Wanita yang lebih muda membuka suaranya untuk memecah kehengingan.
"Ngga sih . . . Cuma mau duduk aja di sini, sekalian nyari udara segar" Jujur saja Jisoo tidak berani untuk menatap langsung cat-eyed milik Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS | CHAESOO
FanfictionKetika seorang gadis tengah menghadapi hari yang buruk dan cukup dibuat lelah, terdengarlah suara yang manis dengan tanpa diminta mengalun indah memasuki indra pendengarannya. Percaya atau tidak, itu berhasil mengusir rasa lelahnya. Apa mungkin ini...