Dan di sini lah Rosé, bersikap tidak professional terhadap para pegawai Cafenya lantaran ingin bertemu dengan wanita yang ia rindu belakangan ini. Kepergian Rosé tentu mendapat cibiran dari Ryujin, bagaimana tidak? Ryujin sudah sangat berharap Rosé membantunya malam ini.
Rosé melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, sudah jam 07.15. Sebenarnya Jisoo bukan tipikal orang yang akan datang terlambat jika sudah ada janji, walaupun pertemuan mendadak ini tanpa janji, setidaknya Jisoo sudah berkata 'iya'.
Rosé kira Jisoo lah yang akan menunggu kehadirannya, itu semua dikarenakan Rosé menghabiskan waktu 10 menit hanya untuk mengatur nafas dan debaran jantungnya. Namun nyatanya, ia lah yang menunggu kehadiran Jisoo.
Suasana Alun-alun sedang tidak begitu ramai, mungkin karena kota Bandung baru saja diguyur hujan. Tetapi yang namanya Roseanne, mau badai atau bencana apapun ia akan tetap menunggu di tempat yang sama dengan tujuan yang sama. Terdengar sedikit menjijikkan namun itulah kenyataannya.
Menit per menit mulai berlalu dan Jisoo belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya, Rosé mulai sedikit kedinginan di sini. Salahnya memang hanya memakai kemeja tipis, tapi ia tidak pernah mengira Jisoo seterlambat ini.
Untuk sekian kalinya Rosé melirik arolji di tangan kirinya, 07.55. Rosé membuat keputusan sekarang, jika Jisoo masih belum muncul di jam 8 tepat maka Rosé akan pulang. Benar kata Alice, percuma ia berharap pada Jisoo.
Rosé melihat sekitarnya untuk kembali memastikan apakah Jisoo belum datang juga, waktu juga terus berjalan. Hanya sisa 2 menit waktu untuk Jisoo memunculkan diri.
"Rose's Mugs masih butuh pegawai?" Ucap seseorang di samping Rosé sembari menyodorkan brosur lowongan kerja Rose's Mugs yang mungkin Ryujin sebarkan di siang hari.
Rosé mendongak untuk melihat siapa yang berbicara dikarenakan posisinya yang duduk sembari merunduk sedangkan seseorang yang barusan membuka suaranya berdiri tegak di dekat Rosé.
"Kak Jisoo terlambat" Benar saja, Jisoo yang berdiri di dekatnya. Mungkin Rosé mulai tidak setuju dengan perkataan Alice, karena buktinya tidak sia-sia Rosé berharap pada Jisoo untuk datang.
"Maaf. . . Saya kira kamu hanya bercanda" Jisoo mendaratkan bokongnya di samping Rosé, benar kata Irene, Rosé semakin cantik dari hari terakhir ia melihatnya.
"Bercanda? Aku ngga mungkin sebercanda ini sampai nunggu hampir satu jam, Kak" Jujur saja Rosé sangat ingin menangis di hadapan Jisoo sekarang. Rasa kecewa, rindu, marah, senang semuanya bercampur ketika Rosé melihat orang yang ia tunggu akhirnya datang tanpa dosa.
"Saya minta maaf" Jisoo memainkan lembaran brosur yang sedari tadi ia pegang lalu melipatnya hanya untuk mengusir rasa canggung yang ia rasakan.
"Sebelumnya saya ngga tau kamu ada di Bandung" Lanjut Jisoo yang memberanikan dirinya untuk menatap mata Rosé yang sudah berkaca-kaca.
"Kenapa menghindar?" Pertanyaan tiba-tiba dari Rosé membuat Jisoo menautkan kedua alisnya bingung, ia merasa tidak menghindar? Jika menghindar, Jisoo tidak akan datang menemui Rosé.
"Hm? Saya--"
"Aku belum sempat jelasin apapun kenapa Kakak pergi?" Rosé gagal menahan air matanya, ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air mata lainnya yang akan turun.
"Aku bahkan belum sempat pulang ke Jakarta, Kak"
Rasa dingin yang sebelumnya menyapa kulit halus Rosé kini sudah tidak lagi terasa, tubuhnya memanas menahan emosinya. Salahkan sikap Rosé yang terlalu lembut hingga mudah sekali untuk meneteskan air mata.
"Introspeksi, Rosé. Kalau ngga mau saya pergi, jangan bohongi saya. Kenapa baru sekarang jelasinnya? Sebenarnya siapa yang pergi di sini?" Jisoo menguatkan suaranya, tidak mau telihat lemah ia tidak mau terlihat paling tersakiti di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS | CHAESOO
FanfictionKetika seorang gadis tengah menghadapi hari yang buruk dan cukup dibuat lelah, terdengarlah suara yang manis dengan tanpa diminta mengalun indah memasuki indra pendengarannya. Percaya atau tidak, itu berhasil mengusir rasa lelahnya. Apa mungkin ini...