Halooo selamat pagi. Balik lagi sama Aku Arin si penulis amatiran wkwkwk.
Apakabar kalian semua?
Semoga hari kalian selalu menyenangkan.Ok sebelum lanjut, jangan lupa follow akun wattpad aku dulu ya. Terimakasih semua😗❤
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sudah Dua hari lamanya Alvaska belum juga siuman. Kondisinya masih sama, kritis. Sudah Dua hari pula Ilyana berada di rumah sakit ini untuk menemani Alvaska. Namun, sampai sekarang kabar baik itu belum juga datang. Ilyana menangis terus menangis hingga mata indahnya sembab dan bengkak.
"Bangun Va hiks hiks," kata Ilyana sembari menangis sesenggukan. Ilyana menggengam erat tangan besar Alvaska.
"Aku minta maaf."
Ilyana semakin tenggelam dalam rasa penyesalan. Semua ini salahnya. Dialah yang membuat Alvaska seperti ini. Namun, nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa lagi menjadi nasi. Menyesal sudah tak ada guna lagi. Semua sudah terjadi.
"Ilyana."
Ilyana tak menjawab panggilan itu, Ilyana tau itu suara Bella. Pasti Bella akan menyuruhnya makan dan ia tak ingin.
"Na makan dulu ya ...."
Ilyana tetap bungkam, ia tak membalas ucapan Bella. Ilyana terus menggengam tangan Alvaska mengelusnya pelan, berharap elusan lembutnya itu akan membuat Alvaska membuka matanya.
"Bangun ya ... aku sayang sama kamu, aku minta maaf," ucapnya pelan.Bella yang berada di belakang Ilyana merasa sesak. Ini salahnya, putusnya Ilyana dengan Alvaska adalah salahnya. Mulai detik ini Bella harus sadar posisi dan harus menjaga jarak dengan Alvaska. Meskipun berat Bella yakin pasti ia bisa.
Bella berbalik, ia memutuskan keluar dari kamar rawat Alvaska.Sedangkan Ilyana, ia terus bergumam berharap Alvaska bangun dan membuka matanya.
"Kamu inget ngga Va, dulu waktu kamu jatuh dari motor aku nangis ngga berhenti-berhenti. Dan sekarang, sekarang aku juga melakukan hal yang sama. Tapi, sayangnya kamu ngga bisa marahin aku karena tangisku, bangun ya Va, marahin aku sekarang. A-aku rela kamu bentak-bentak lagi, asal kamu buka mata kamu. Alvaska please dengerin aku Va," kata Ilyana sembari terus menangis berharap Alvaska iba kemudian membuka matanya.
Ilyana rela jika saat Alvaska membuka mata nanti, pria itu akan memarahinya, Ilyana rela. Itu jauh lebih baik dari pada harus melihat Alvaska terbaring tak berdaya seperti ini, ini membuat Ilyana sesak.
"Alvaska bangun.."
"Permisi."
Ilyana menoleh pada dua suster yang saat ini melihat kondisi Alvaska. Ilyana mundur membiarkan kedua suster itu melakukan tugasnya. Setelah selesai mengecek air infus Alvaska, kedua suster itupun pamit undur diri dan kembali meninggalkan kamar rawat Alvaska.
Ilyana kembali duduk di kursi sebelah Alvaska. Ilyana kembali menceritakan banyak hal pada Alvaska. Ilyana ingin Alvaska segera membuka matanya.
"Cepet bangun ya, dua hari lagi kita udah mulai try out pertama. Kamu ngga mau ikut ujian apa? Alvaska bangun dong Va," kata Ilyana sembari menggengam tangan besar Alvaska. Ilyana menumpahkan air matanya di punggung tangan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVASKA - Dark Destiny [ON GOING]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA DAN VOTE SERTA KOMENT! PLAGIAT HARAP MENJAUH! WARNING KAWASAN 17+ (KATA KASAR) Dingin ✔ Kejam ✔ Keras kepala ✔ Gengsian ✔ Temperamental ✔ Itulah beberapa kata yang akan terlintas di otak kamu, ketika kamu mendengar n...