Halooo ciwi-ciwiku
Selamat membaca cerita gabut dari penulis amatir ini wkwkwk____________Happy Reading___________
Di siang yang cerah ini, Ilyana tengah duduk di salah satu kursi taman menunggu Abi. Ya, Ilyana akan bertemu Abi karena, pria itu berkata akan mempertemukannya dengan Alvaska.
Meskipun sangat terasa mustahil untuk ia bisa kembali bertemu dengan Alvaska. Apalagi mengingat penjagaan yang ketat dari Milea-sepupu Alvaska.
Namun, dengan penuh harap Ilyana sangat ingin bertemu mantan kekasihnya itu. Ilyana ingin memastikan sendiri keadaan Alvaska. Bohong, jika ia sudah tak peduli pada pria itu. Karena pada kenyataannya, hati dan fikirannya masih untuk pria itu. Alvaska masih menjadi pemilik hatinya.
"Woi, ngelamun bae, Buk."
Ilyana terjingkat mendengar suara yang tiba-tiba mengagetkannya. Sebuah lengan kekar bertengger di pundaknya. Ilyana menatap pemilik tangan lancang itu. Ada Abi di sebelahnya dengan senyuman manis khas pria itu.
"Tangannya bisa ngga sih, sopan dikit?"
"Ngga, bisa. Terus gunanya sandaran kursi buat apa kalo ngga buat ngelurusin tangan kayak gini," ucap Abi seraya tangannya semakin nakal, bahkan menyentuh bahu Ilyana-lebih tepatnya merangkul gadis itu.
Ilyana menatap bahunya yang tengah dirangkul Abi. Dengan cepat, Ilyana menjauhkan tangan Abi dari bahunya.
"Abi, lepas. Jauhan sana," usir Ilyana sedikit menjauhkan diri dari Abi.
"Ngga mau. Maunya deketan terus biar nempel kek perangko," ucap Abi seraya menggeser tubuhnya mendekat pada Ilyana.
Ilyana kembali menjauhkan tubuhnya, hingga berada di ujung kursi dan hampir terjatuh. Ilyana berdiri dengan kesal, berkacak pinggang pada Abi.
"Abi, lu ngeselin banget sih!"
"Lah, lagian ngapain sih geser-geser?"
"Ya, lu disuruh jauhan ngga mau," ucap Ilyana semakin kesal.
Abi tersenyum senang menatap wajah kesal Ilyana. "Menggemaskan" ucap batin Abi.
"Udah lah, sini duduk. Ngapain berdiri terus?"
"Ya, lu jauhan makanya!''
"Iya, iya."
Abi menggeser badannya dan membiarkan Ilyana duduk di sebelahnya dengan adanya jarak di antara mereka. Abi tersenyum kecut menatap Ilyana. Sebegitunya Ilyana tak ingin berdekatan dengannya.
Keadaan mendadak jadi hening di antara keduanya. Ilyana menatap lurus ke depan. Begitu pula dengan Abi yang ikut menatap lurus ke arah jalanan di depannya.
Abi menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Abi kembali menatap ke arah Ilyana. Menatap wajah gadis itu dari samping. Bibir tipis, hidung mancung, pipi chuby, bulu mata lentik, serta alis yang tertata rapi tanpa buatan pensil alis di sana, sangat cantik. Abi tersenyum, senyum kegaguman pada wanita yang ia cintai itu. Sungguh indah sekali ciptaanmu Ya Tuhan.
"Mau sampai kapan lu senyum-senyum ngga jelas kayak gitu, he?" tanya Ilyana seraya ikut menatap ke arah Abi.
"Na, kok lu bisa cantik banget sih? Kenapa? Kok bisa sih gua juga secinta ini sama lu. Lu pakek pelet, ya?" tanya Abi ngawur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVASKA - Dark Destiny [ON GOING]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA DAN VOTE SERTA KOMENT! PLAGIAT HARAP MENJAUH! WARNING KAWASAN 17+ (KATA KASAR) Dingin ✔ Kejam ✔ Keras kepala ✔ Gengsian ✔ Temperamental ✔ Itulah beberapa kata yang akan terlintas di otak kamu, ketika kamu mendengar n...