Empat Belas

52 3 0
                                    

Disekap | Azka Nindya

Sayup-sayup aku mendengar suara orang tengah berbicara dan sesekali terbahak keras. Kubuka mataku dengan perlahan, kurasakan kepalaku sangat pusing dan berat pun juga dengan tubuhku yang begitu lemas. Aku kembali menutup mataku sejenak untuk menetralkan rasa sakit di kepalaku, setelah dirasa cukup aku mulai bangun dengan perlahan. Tanganku meraba dinding dan mekannnya kuat-kuat untuk topangan agar diriku tak jatuh. Kuedarkan pandanganku ke seluruh tempat, mataku terpaku melihat pemandangan yang tak jauh tempatku berdiri. Devi. Dia terkulai lemah dan diikat di kursi, matanya memejam dan mulutnya dilakban.

Ya, aku ingat jika aku ini sedang diculik oleh orang asing yang sama sekali tak kukenali. Saat aku tengah mengajar anak-anak SD, tiba-tiba sekelompok pria bertubuh tinggi besar dan kekar masuk tanpa permisi dan mulai memporak-porandakan semuanya. Beberapa dari muridku dimasukkan ke dalam.mobil lalu dibawa pergi. Aku mencoba untuk menolong muridku, tetapi apa daya tenagaku kalah dengan tenaga pria itu. Pria itu lantas hendak memukulku dan Devi menghalanginya, hingga dialah yang terkena pukulan itu dan seketika itu Devi pingsan. Lalu datang beberapa pria lain yang sama kekarnya, mereka lantas menyeretku. Aku masih berusaha untuk terus memberontak, hingga akhirnya mereka juga memukulku dengan balok kayu. Seketika pandanganku menggelap dan hanya sakit dipunggungku yang kurasakan.

Aku mulai perlahan berjalan mendekatinya, kuguncang tubuhnya yang lemah, namun nihil. Dia sama sekali tak meresponsku dan matanya masih setia memejam.

"Devi ... Devi bangun, ini aku Azka." kataku masih dengan mengguncang tubuhnya.

Beberapa menit aku mengguncang tubuhnya berkali-kali, namun tetap saja masih tak ada respons. Aku tak menyerah terus saja kuguncang tubuhnya, dan aku berusaha melepaskan tali yang mengikat tubuh Devi.

"Assshhh ...." desisku saat rasa sakit di kepalaku mulai datang.

Saat aku fokus berusaha melepaskan ikatan di tubuh Devi, kurasakan sesuatu mengalir dari dalam hidungku, namun kuabaikan saja dan terus berusaha melepaskan Devi. Aku terpekik kaget saat darah segar menetes yang kian lama kian deras dan semakin banyak darah yang keluar. Astaga, kenapa aku ceroboh sekali jika aku ini mimisan.

Ya, berhasil. Aku berhasil melepaskan tali yang mengikat tubuh Devi, lalu dengan segera aku memapahnya untuk keluar dari ruangan ini. Kulihat dari bayangan yang masuk, ada sekita tiga bayangan orang yang mendekat ke ruangan ini.

Tanpa berpikir panjang lagi dan kuhiraukan saja darahku yang semakin deras mengucur. Aku memapah tubuh Devi yang lemas, sesekali aku menyeretnya dengan cepat. Kubuka pintu belakang yang tidak dikunci itu dengan cepat lalu keluar dan menutupnya lagi. Aku menengok ke samping kiri dan kanan guna memastikan situasi aman. Setelah dirasa situasi aman dan sepi, aku mulai melangkah dan masih dengan memapah tubuh Devi yang lemas tak berdaya.

"Bertahanlah Devi." gumamku.

Sesekali aku berhenti dan mengelap bulir keringat yang menetes. Semakin aku melangkah semakin pula tubuhku lemas, aku benar-benar kehilangan tenagaku.

"Hei!"

Aku menoleh sekilas dan kembali menyeret langkahku. Ternyata pemberontak itu menyadari jika aku telah melarikan diri, mereka berlima mengejarku dan kini mereka semakin mendekat. Ah ... aku rasanya tak sanggup lagi untuk melangkah. Tuhan ... tolong hamba-Mu yang lemah tak berdaya ini.

"Eits ... mau lari kemana kalian, hah?!"

Aku berusaha memberontak, namun tetap saja tenagaku kalah dengan tenaga para pria ini. Kurasakan kepalaku semakin berat dan darah mengucur dengan derasnya, aku menoleh pada Devi yang masih memejamkan matanya. Dalam hati aku berdoa semoga ada bantuan dan segera menyelamatkan kami sebelum aku benar-benar kehabisan tenaga dan limbung di tempat.

Ssst! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang