Tujuh Belas

57 4 0
                                        

Cerita Masa Lalu | Azka Nindya

Dua hari sudah aku dirawat di rumah sakit, dan selama dua hari juga bang Dani menjagaku. Devi sudah sembuh sehari yang lalu karena lukanya tak parah hanya luka lecet saja di bagian lengan tangannya dan juga beberapa luka lecet di kakinya.

"Bang." panggilku pada bang Dani yang tengah sibuk mengutak-atik ponselnya.

"Bang." panggilku lagi.

Sampai panggilan ketujuh baru bang Dani, mendongakkan kepalanya dan mengangkat sebelah alisnya.

"Dipanggil dari tadi juga!"

"Iya-iya, maaf. Ada apa?"

"Kondisinya gimana?"

"Tidak baik." jawabnya singkat.

Aku mengerutkan keningku, "Apanya yang tidak baik?"

"Kondisinya."

"Tau ah, nyebelin banget sih ditanya aja berbelit-belit." kataku kesal.

"Azka." kata bang Dani sambil mendekatkan kursinya ke brankarku

Aku menoleh padanya sebentar lalu membuang pandangan lagi ke  arah lainnya. Aku lebih tertarik melihat ke arah jendela daripada harus melihat kejudesannya.

"Azka ...."

"Apa sih, Bang? Kalau mau bicara ya, bicara saja nggak usah digantung juga. To the point aja Bang." kataku dengan nada yang masih kesal.

"Kamu beneran sayang sama Alif?" kata bang Dani setelah hening beberapa saat.

Aku memandang lurus ke depan, "Apa itu perlu dijawab? Bukannya Abang tahu sendiri jawabannya?"

"Maaf."

Aku menoleh dan mengerutkan keningku. Aku sama sekali tak paham dengan yang diucapkan bang Dani.

"Maaf? Untuk apa?" tanyaku.

"Segalanya. Maaf karena selama ini saya selalu memaksamu untuk menerima cinta saya, meskipun saya tahu jika kamu tak ada rasa sedikit pun pada saya." ujar bang Dani pelan.

"Sudahlah, Bang. Lupakan saja yang dulu, cepat atau lambat juga Abang pasti akan bertemu dengan orang yang lebih baik lagi daripada saya." ujarku.

"Tidak, karena kamu yang terbaik buat saya. Entah sampai kapan pun itu, kamu yang terbaik bagi saya, Azka. Meskipun bukan saya yang menjadi pelabuhan cintamu." ujar bang Dani sambil memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

Ada sedikit rasa iba melihat ekspresinya saat berbicara demikian padaku, tetapi aku juga tak bisa berbohong. Terutama pada diriku sendiri dan hatiku, jika perasaan itu tak bisa dibohongi. Aku sangat mencintai dan menyayangi mas Alif sebagai wanita. Sedangkan untuk bang Dani, aku hanya mengaguminya dan juga sayang padanya karena dia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.

Permasalahan ini datang, saat aku masih duduk di bangku SMA. Bang Dani datang sebagai kakak kelasku, dia selalu menolongku saat aku menjadi korban bully-an di kelas. Mulai saat itulah aku dan bang Dani mulai dekat, namun hanya sebatas teman. Aku menganggap bang Dani sebagai kakakku, pun juga dengan sebaliknya. Pertemananku dengan bang Dani sangat berwarna, hingga saat bang Dani datang bersama temannya dan memperkenalkannya padaku. Namun diam-diam aku dan temannya bang Dani itu menjalin sebuah hubungan.

Singkat cerita saat setelah bang Dani mengenalkan temannya padaku, aku memang diam-diam sudah jatuh hati pada pandangan pertama. Namanya Alif Prayoga, orang yang selalu kunantikan kehadirannya saat itu hingga kini. Saat suatu malam dimana aku sedang bosan di kamar, ponselku berdering karena ada sebuah pesan yang masuk. Saat aku buka ternyata pesan itu dari mas Alif. Mulai semenjak itulah aku dan mas Alif menjadi sangat dekat dan akrab hingga perasaan suka satu sama lain menyapa kami.

Saat bang Dani mendaftar ke Akmil, dari seleksi hingga lolos di Akmil, aku selalu mendampinginya dan mendukungnya walaupun hubungan pertemanan kami mulai renggang. Aku lebih sibuk dengan mas Alif yang juga saat itu mendaftar Bintara TNI.

Selama empat tahun bang Dani menempuh pendidikan di Akmil, selama itu juga hubunganku dengan mas Alif semakin dekat lagi. Hingga bang Dani kembali pulang dan memberiku sebuah kejutan yang tak terduga. Dengan senyum yang menawan dan masih mengenakan seragam dinasnya, bang Dani mengungkapkan isi hati nya padaku. Aku sangat terkejut dengan pernyataannya, bagaimana bisa bang Dani yang selama ini hanya kuanggap sebagai seorang kakak malah mengungkapkan perasaannya padaku. Dia menyukaiku bahkan mencintaiku dari awal pertemanan kami. Dengan spontan aku menolaknya, karena aku sudah ada mas Alif dan aku juga tak mau menyakiti mas Alif walau pada akhirnya tetap ada yang tersakiti, yaitu bang Dani. Hingga pertengkaran antara mas Alif dan bang Dani tak terelakkan lagi, pada akhirnya bang Dani mengetahui hubunganku dan mas Alif yang kami jalin dengan senyap. Ya, aku dan mas Alif menjalin hubungan secara diam-diam. Dari kejadian itu, aku dan mas Alif terpisah selama dua tahun dan bertemu lagi dengannya saat aku ditugaskan untuk mengajar di daerah perbatasan paling timur Indonesia. Bukan hanya bertemu dengan mas Alif, tetapi juga bertemu dengan bang Dani. Meskipun aku dan mas Alif telah kembali bersatu seperti dulu, namun tetap saja aku dan mas Alif berusaha untuk menutupi hubungan kami terutama dari bang Dani. Ini semua kami lakukan agar tidak terjadi lagi perpecahan diantara kami bertiga. Hal ini juga diketahui oleh sahabatku, Devi beserta bang Wildan dan bang Rangga yang menjadi sahabat mas Alif sejak dulu.

Dari kejadian masa lalu itulah, bang Dani sekarang berubah menjadi play boy yang haus akan mangsa. Aku benar-benar iba padanya saat tahu perubahannya itu karena penolakan dari diriku.



Ssst! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang