Digodain Adiknya Buaya | Azka Nindya
Aku berjalan di belakang Devi, tujuan kami adalah masjid yang terletak disebelah barat tempatku tinggal selama di sini. Jaraknya lumayan jauh untuk ukuran orang yang berjalan kaki. Kami harus menempuh jarak satu kilometer, melewati jalan bebatuan dan tentunya juga pos tentara yang sedang ditugaskan di daerah perbatasan.
"Azka." kulihat Devi menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku.
"Apa?"
"Kok Bang Dani gak ngenalin kita ya, Ka?"
Aku hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu, dan segera melangkah lagi agar cepat sampai di masjid untuk mengajari anak-anak mengaji bagi yang beragama muslim.
"Kok gak tau sih Ka?"
"Lah ya, aku gak tau Devi. Toh juga malah lebih enak, kan kalau Bang Dani gak kenal sama kita."
"Ye ... itu, kan masalahmu. Emang kenapa sih Ka, kamu gak jujur saja sama Bang Dani kalau kamu itu cintanya sama Bang Alif?"
"Mau aku jujur seperti apapun tetap saja Bang Dani gak akan percaya.
"Ya ... dicoba saja siapa tahu Bang Dani percaya."
Aku menggeleng, "Tidak. Meskipun Bang Dani tahu kalau aku cintanya sama Mas Alif, tetap saja dia akan berusaha memisahkanku dengan Mas Alif."
"Kok gitu?"
"Karena gitu." aku melanjutkan perjalananku dan meninggalkan Devi yang sedang bengong.
"Ih ... Azka, tungguin! Kamu belum jawab tadi. Ada apa sih diantara kalian?"
"Ada AADC."
"Ha ...?"
"Ada anoa digendong curut." kali ini aku berlari kecil meninggalkan Devi. Takut-takut kalau anak itu sadar dari kebingungannya sudah dapat dipastikan, dia akan menerkamku.
"AZKA ...!" aku terkikik sendiri mendengar teriakan Devi yang cetar membahana. Aku yakin dia tengah meledak sekarang, tentunya setalah tahu jika aku telah mengerjainya.
***
"Shadaqallahul-'adzim."
"Nah ... sekarang ngajinya sudah selesai, besok ngaji lagi ya ...." ucapku uang langsung diangguki dengan antusias dengan semua muridku.
Meskipun di sini masyarakat yang muslim sangat minim, sedangkan yang non-muslim adalah mayoritas untuk daerah perbatasan ini.
"Azka." panggil Devi sambil berbisik.
Aku menoleh, "Apa?"
"Kamu dicariin tuh sama Bang Alif, udah gih sono temuin ntar ngambek lagi gak ditemuin." ucap Devi dengan santainya.
Rasanya kuingin menggeplak dia, tetapi takut dosa. Dengan santainya Devi berbicara seperti itu dengan nada yang sedikit keras di depan murid-murid lagi. Haduh ....
Aku segera bangkit dan melangkah keluar masjid, terlihat mas Alif sedang duduk sambil berbincang santai dengan bang Wildan. Aku melangkah mendekati mereka, namun aku tetap menjaga jarak karena aku telah bersuci.
"Ada apa, Mas?" ucapku tiba-tiba.
"Eh, Dik Azka." ucap bang Wildan genit. Aku tahu dia hanya ingin mengompori mas Alif dengan cara menggodaku.
Dapat kulihat dengan jelas saat mas Alif melirik tajam ke arah bang Wildan. Sudah tahu jika sudah menyangkut diriku mas Alif akan berubah menjadi sangat posesif, namun tetap saja bang Wildan mengomporinya. Bukannya bang Wildan ingin mencari mati, hanya saja bang Wildan itu kurang belaian jadi dia mencari bogem mentah sebagai gantinya belaian.
"Sudah-sudah kalian ini seperti anak kecil." ucapku.
"Dik Azka sudah makan?" tanya mas Alif.
Aku menggeleng, "Belum, Mas. Kenapa?"
Mas Alif tersenyum lalu menyerahkan kantung kresek padaku. "Ini nanti dimakan ya?"
Aku menerimanya lalu membuka kantung kresek itu, ada dua buah nasi bungkus dalam kantung kresek itu.
"Iya, Mas. Terima kasih ya."
"Sama-sama cantik ...." celetuk bang Wildan.
Hah ... kurasa yang buaya di sini bukanlah bang Dani, melainkan bang Wildan. Lihat saja jika mereka merdua jika sudah bertemu, pasti mereka akan saling mengejek satu sama lain. Buaya ngatain buaya, entahlah hanya sesama buaya yang bisa memahaminya.
"Saya jadi curiga sama kamu, Dan. Saya rasa bukanlah Bang Dani yang buaya, tetapi kamu yang buaya." kata mas Alif yang sependapat denganku.
"Aku buaya yang setia sama Dik Azka seorang." kata bang Wildan masih dalam mode genit.
"Hayuk Le, kita gelud." ujar mas Alif lembut, namun tajam.
Aku memperhatikan interaksi antara bang Wildan dan mas Alif sedari tadi yang selalu cekcok tak jelas. Apalagi saat bang Wildan mulai mengusili mas Alif dengan menggodaku, kulihat ekspresi mas Alif sudah gemas sedari tadi ingin rasanya melayangkan bogeman setengah matang pada bang Wildan.
"Ampun Bang Jago ...." kata bang Wildan yang sekarang berubah menjadi alay.
Sungguh aku tak kuat menahan tawaku, melihat interaksi keduanya sangatlah menggelitik dan membuatku tak bisa berhenti tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ssst! [Complete]
Romance[Belum direvisi] ... "Pak Komandan, aku mencintai salah satu anggotamu!" Kisah asmara antara seorang guru dan prajurit yang selalu dalam mode waspada karena kedatangan buaya. Mereka akhirnya sepakat untuk menjalani hubungan dengan senyap, namun inda...