Dua Belas

50 3 0
                                    

Kabar Bahaya | Dani Prawira

"Bang Dani?" sapa seorang wanita yang tengah tersenyum manis padaku.

Aku mengangguk dan juga menyunggingkan senyuman manisku untuknya, "Eh, Dik Abel. Mau kemana cantik?" tanyaku mendayu.

"Mau beli gula, Bang."

"Ah tidak perlu beli gula, Dik."

"Loh memang kenapa, Bang?"

"Iya, tidak usah beli gula, sekarang gula itu nggak manis Dik."

"Kok bisa, Bang?"

"Bisalah, 'kan manisnya sudah diambil sama Dik Abel." simpulku sambil tersenyum manis. Kulihat wajahnya menunduk malu-malu, aih imutnya.

"Hoek! Kadal ijo beraksi."

"Tarik Bang!"

"Buoyo." (Buaya) celetuk Wildan keras.

"Enak enak enak ... cuaca terik rasanya adem."

"Izin, Bang. Ingat yang di Jawa ada sepuluh Bang." celetuk Alif dengan tetiba.

"Wuih mantap jiwa Pak buaya!" kata Adri keras.

"Sesama Pak buaya yang akur dong. Ayo, Dri kamu cari yang banyak lagi dong masa iya, kamu kalah sama Dani."

"Siap, Kapten! Izin, saya sudah tobat." kata Adri kepada Kapten Galih.

Aku menatap Abel yang sedari tadi menunduk, terlihat dia sedang menghela napas dan mendongak lagi menatapku.

"Aku duluan ya, Mas mari semua." kata Abel berpamitan tanpa menungguku berkata.

Semua tersenyum usil padaku, entah senior maupun junior semua sama saja. Kubuang pandanganku ke arah lain, penglihatanku menangkap dua orang gadis dengan balutan seragam batik biru, satunya membawa tas jinjing dan satunya lagi memakai tas ransel.

"Selamat pagi, Bu guru cantik." sapaku pada dua orang guru itu yang tak lain dan tak bukan adalah Azka dan Devi.

"Selamat pagi juga, Pak." jawab mereka sambil tersenyum.

"Baru berangkat, Bu?"

"Iya, Pak. Kami tadi bangun kesiangan hehe ...." ujar Devi.

"Lho memang kenapa, Bu? Apakah atap rumah bocor Bu?"

"Tidak, Pak. Melainkan saya nungguin ini Bu Azka semalam begadang sampai larut dan ada tamu juga sih sebentar kira-kira sekitar jam sembilan."

"Em ... ya, sudah kalau begitu, Pak. Kami duluan, assalamualaikum." pungkas Azka.

"Waalaikumsalam, hati-hati Bu." kataku yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh keduanya.

Sebelum benar-benar meninggalkan tempat ini, mereka berdua sempat tersenyum hangat guna menyapa tentara yang lainnya.

Aku jadi curiga sendiri dengan pernyataan Devi tadi. Semalam sekitar jam 21.00 WIT ada tamu. Apa mungkin benar tamu itu adalah Alif dan Wildan? Karena seingatku setelah aku berdebat kecil dengan dua juniorku itu, mereka langsung berlari keluar dan sampai pukul 22.00 WIT baru mereka kembali.nag saat itu aku belum tidur, hanya saja aku memejamkan mataku berpura-pura tidur untuk mengawasi juniorku yang Badung itu. Hingga tepat di jam tersebut, aku merasakan pintu samping di buka perlahan, dan menampilkan tiga junior badung. Lalu kudengar mereka mengucap syukur karena selamat dari senior yang sedang berjaga malam. Setelah itu mereka mengendap-endap bagai maling dan segera menuju ke tempat tidur masing-masing.

Aku berjalan menuju tiga junior badung, kutatap lekat Alif dan Wildan dengan tatapan yang tajam, "Bagaimana Dik, semalam sukses?"

"Siap, mohon izin petunjuk." kata Alif.

Ssst! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang