6 :: Threat

7.9K 930 208
                                    

Lima hari berlalu sejak dimana Johnny menawarkan perjodohannya dengan Mark, sebisa mungkin dia tak memikirkan perjanjian bodoh antar kedua perusahaan itu. Dia ingin menikmati hari ini. Hari kelulusannya dan menempuh perjalanan baru lagi, yaitu berkuliah. Apalagi dia sudah membuat janji dengan kedua sahabatnya untuk berada di satu kampus, pasti akan sangat menyenangkan di jalani bersama sahabat juga.

Haechan memasukan ponsel ke saku dan secara tiba-tiba merangkul Renjun dan Jaemin dari belakang bermaksud mengagetkan. Namun yang dia dapatkan bukan lah sapaan atau respon terkejut, tapi langsung mendapat jitakan dari Renjun membuat Haechan mengaduh kesakitan.

"Kita sudah menunggu! Aku khawatir kau tertinggal acara kelulusan ini! Dari mana saja kau, hah?"

Jika sudah seperti ini, Haechan pasti meringis mendengar ocehan Renjun dengan suara kencang serta cemprengnya.

"Aku kesiangan,"

"Makanya setiap malam jangan kau buat bermain game saja! Tidur!" Lagi-lagi Haechan mendapat jitakan di kening, rengutan sebal langsung menghiasi bibirnya.

"Jangan begitu, sakit!"

"Jika kalian mau bertengkar, aku duluan. Lebih baik aku bersama Jeno saja."

Haechan dan Renjun menoleh dengan gerakan slowmotion, tak lama kemudian Haechan melepas rangkulan dari bahu Jaemin dan langsung memeluk Renjun membawanya menjauh beberapa langkah. Jangan lupakan ekspresi julid andalan keduanya yang mengarah pada Jaemin.

"Jangan temani dia. Kerjaannya hanya bersama kekasihnya," Haechan berbisik pada Renjun, namun Jaemin tentu masih bisa mendengar.

"Bukan begitu. Aku tadi hanya bercanda, lagian siapa suruh kalian terus saja bertengkar?"

"Kau tahu, Haechan? Dia ingin menyombongkan diri karena sudah memiliki kekasih," kini Renjun yang berbisik.

Jaemin menghela nafas sambil memijat pelipisnya,"Terserah! Aku malas juga dengan kalian," ujarnya sambil berjalan lebih dulu meninggalkan keduanya.

Melihat Jaemin yang terlihat ngambek, Haechan dan Renjun langsung berlari mendekat pada Jaemin,"Nanaaa, jangan marah,"

Acara berjalan dengan lancar dan meriah. Haechan memeluk kedua sahabatnya erat saat telah mencapai akhir acara. Hari telah sore dan mereka masih asyik mengobrol di kantin walaupun suasana sudah bisa terbilang sepi.

"Mau menginap di rumahku?" Tawar Jaemin dan langsung mendapat anggukan dari keduanya.

Renjun mengeluarkan ponsel,"Tentu saja! Aku akan izin dengan orangtuaku dulu."

Haechan pun mengikuti. Dia akan izin pada Johnny saja, namun saat dia baru saja ingin menekan tombol telpon, papanya sudah lebih dulu menelpon.

"Papa! Apa aku malam ini boleh-"

"Pulang ya, kamu harus di rumah malam ini."

"Apa? Kenapa?"

"Kita bicarakan di rumah, okay? Sekarang kamu pulang."

"Pa, hanya semalam, kok." Rengeknya berharap dia akan mendapat izin.

Jaemin yang duduk di depannya memberi kode dengan gerakan bibir jika mereka bisa menunda sampai waktu Haechan mendapatkan izin. Namun Haechan menggeleng menandakan bahwa dia mau malam ini segera dia menginap dan bermain bersama. Lagipula kapan lagi mereka memiliki waktu luang seperti ini sebelum memasuki dunia perkuliahan?

"Papa akan mengirim jemputan untukmu sekarang,"

"Apa? Pa! Aku ingin mengi-"

Tutt!

Fragile Heart [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang