Setiap makhluk yang hidup pasti mengharapkan kebahagiaan. Manusia, mendambakan cinta dari seseorang yang tulus menyayangi. Hewan, mendambakan kasih sayang dari orang sekitar. Tumbuhan, berharap tidak ada yang mencabut agar dia dapat tumbuh lebih besar dan juga mempesona.
Bahagia.
Perasaan seperti itu lah yang seharusnya Haechan rasakan hari ini, namun tidak terbesit sama sekali. Sebulan berlalu dan pernikahan di segerakan untuk di laksanakan. Sayang, kondisi Taeyong belum ada kemajuan yang pesat.
Haechan menatap dirinya dari pantulan cermin, riasan tipis membuatnya terlihat makin mempesona dan cukup membuat para dominan pasti menginginkan dirinya untuk di miliki. Namun Mark lah yang memenangkan dirinya atas dasar paksaan. Tak ada cinta atau pun rasa ingin saling menyalurkan kasih sayang satu sama lain.
Haechan yakin sepenuhnya bahwa Mark menerima pernikahan ini hanya untuk satu tujuan, yaitu agar lebih leluasa menyiksa dirinya. Tak lebih. Tak akan ada yang namanya tatapan lembut atau bahkan senyuman menyapa kala dirinya membuka mata di pagi hari.
Mengharapkan hal itu terjadi dengan Mark rasanya sangat mustahil.
"Haechanie,"
Haechan menoleh cepat, Renjun dan Jaemin masuk ke ruang tunggu mempelai. Merentangkan kedua tangan dan langsung di sambut oleh Haechan dengan erat.
Suara Haechan terdengar bergetar,"Para bajingan ini kenapa lama sekali,"
Renjun saat itu juga ingin memuluk kepala Haechan namun langsung di tahan oleh Jaemin dengan maksud untuk memaklumi sifat sahabat kurang akhlaknya ini. Di sisi lain juga dia merasa kasihan pada Haechan, dia tahu betul kalau sahabat dalam pelukannya tidak mengharapkan pernikahan ini.
Tanpa sadar Renjun memeluk Haechan dengan sangat erat. Dia dan Jaemin sudah membicarakan bagaimana Haechan ke depannya, pasti akan sangat sulit.
"Jun, kenapa?"
"Kamu yakin akan melakukan ini?"
Haechan terdiam.
Dia paham Renjun sedang membicarakan topik apa, namun bingung akan menjawab. Jika di tanya seperti itu maka Haechan akan menjawab tak yakin, namun suatu hal yang menyangkut keluarganya tentu menahan dia untuk berkata tidak.
"Aku akan mencoba untuk meyakinkan diriku sendiri," jawaban Haechan tentu tidak membuat Renjun puas.
Tak lama kemudian seseorang yang di sewa untuk mengurus pernikahan ini masuk ke dalam dan meminta Haechan bersiap-siap sekitar lima menit lagi. Kedua sahabatnya keluar dan meninggalkan Haechan yang kembali di touch-up.
Lima menit terasa seperti sepuluh detik baginya karena dia sudah berdiri di hadapan Mark yang tak menunjukan lengkungan senyum di bibir sama sekali. Kepalanya hanya bisa tertunduk dalam. Setelah pengucapan janji-janji, kedua mempelai di perbolehkan untuk berciuman.
Kedua tangan Mark meraih tangan Haechan. Lelaki manis itu menutup mata kala dia merasa bahwa Mark mencondongkan tubuh. Haechan yang belum pernah berciuman sekali pun merasa gugup, tanpa sadar genggaman tangannya pada Mark mengerat membuat lelaki dominan itu terhenti untuk menyatukan kedua bibir mereka. Terdiam seperdekian detik hanya untuk menelusuri wajah Haechan, sebelum akhirnya kecupan singkat mendarat di kening Haechan.
Lelaki manis itu membuka mata menatap Mark bingung.
"Akting di perlukan agar niat yang sebenarnya tidak terlihat, Lee Haechan." Bisik Mark.
《◇•◇》
Malam hari telah menyambut, lampu-lampu yang berjajar rapi di pinggir jalan tampaknya lebih menarik untuk Haechan perhatikan di banding seorang lelaki yang kini sudah berubah status menjadi pasangan seumur hidup dan matinya. Lelaki yang sama sekali tak di harapkan oleh Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile Heart [Markhyuck]
FanfictionSaat masa sekolah, Haechan seorang pembully dan salah satu korban yang sering dia perlakukan jahat adalah Mark Lee, seorang murid biasa yang tak banyak bicara dan di sayangi oleh para guru. Tak ingin menyebarluaskan kenyataan bahwa dia adalah seoran...