Mark's Side Story

12.3K 1.1K 22
                                    

Peringatan!

Story ini akan banyak adegan dewasa, penyiksaan, kekerasan, kata-kata kasar, dll. Untuk yang sekiranya tidak bisa membaca story yang seperti itu silahkan tutup story ini dan baca story ku yang lebih ringan...😊
Cmiww~

"Mark, kenapa kamu tidak pernah menggunakan mobil yang telah Dad belikan untukmu ke sekolah?" Jaehyun duduk di depan anak tertuanya yang sedang sarapan.

"Dad, itu terlalu mencolok. Lagipula, tak menutup kemungkinan anak-anak berandal seperti mereka akan merusaknya nanti,"

Alis Jaehyun mengerut,"Anak-anak berandal? Apa mereka membullymu? Siapa namanya?"

"Aku tidak di bully, mereka hanya anak-anak tak berpendidikan dan berotak pendek,"

"Kenapa baru berkata sekarang kalau kamu di ganggu di sekolah?"

Mark melirik Jaehyun,"Apa Dad punya waktu untukku berbagi cerita? Lagipula masih ada Mom yang mengerti keadaanku,"

Jaehyun langsung terbungkam dengan jawaban anaknya. Dia memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus perusahaan besarnya yang sudah memiliki cabang dimana-mana. Dia menyadari bahwa waktu untuk bersama anaknya nyaris tidak ada. Itu sebabnya Mark lebih terbuka dengan Taeyong di banding dirinya.

Jaehyun masih sangat ingat bagaimana Mark saat masih berumur 3 tahun merengek dan marah kala dia tak terlalu peduli saat Mark menunjukan gambar buatannya sendiri. Anak itu berlari keluar dari ruang kerja Jaehyun sambil menangis kencang memanggil Taeyong, meninggalkan hasil gambarnya. Tanpa Mark ketahui sampai sekarang bahwa gambar itu masih Jaehyun simpan dengan baik di dalam lemari. Ya, gambaran itu sangat berharga dimana mereka bertiga seakan sedang berlibur di sebuah taman bermain sambil bergandengan tangan.

"Dad, aku akan berangkat. Dimana mom?"

Jaehyun langsung tersadar dari lamunannya dan mengerjab beberapa kali,"Ah, sepertinya masih di dalam kamar. Ayo, biar Dad saja yang mengantarmu sampai halte."

"Tidak perlu, Dad. Aku akan berangkat sendiri. Menunggu bis tidak secepat itu, lebih baik Dad berangkat kerja untuk mengurus perusahaan saja."

Entah itu sebuah perhatian atau sindiran, namun yang pasti Jaehyun lagi-lagi merasa tertampar dengan perkataan Mark. Dia pun hanya mampu mengangguk pelan dan mengatakan hati-hati.

Mark memasang earphone sambil menuju ke halte yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Jaket hitam yang melekat di tubuhnya ia rapatkan. Bulan depan dia akan melaksanakan ujian kelulusan dan penting baginya untuk belajar lebih rajin lagi.

Lima menit berlalu dan bis sudah sampai di halte untuk mengangkut penumpang. Mark duduk di salah satu bangku dan menyandarkan kepalanya sambil melepas earphonenya. Melihat keluar jendela dengan kebisuan. Tak memperdulikan suara bising di sekitarnya. Tiba-tiba handphonenya bergetar tanda ada seseorang yang menelpon. Nama Jeno terpampang di layar.

"Halo?"

"Mark, kau sudah dalam perjalanan?"

"Ya, kenapa?"

"Anak-anak berandal itu sudah berkumpul di samping gerbang utama. Lebih baik kau masuk lewat gerbang belakang,"

Mark mendecih mendengar penuturan Jeno,"Aku tidak takut pada mereka."

"Tapi, kau harus me-"

Piip-

Mark menutup telponnya tanpa mau menunggu Jeno menyelesaikan perkataannya. Entah sudah keberapa kali decihan keluar dari bibir Mark,"That's little of shit!"



END OF MARK'S SIDE STORY

Fragile Heart [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang