2:: It's You

8.1K 916 63
                                    

Entah harus berapa kali petugas UKS melihat wajah memar Mark, dia kenal betul kalau lelaki ini tidak suka bertengkar tapi kenapa selalu mendapat memar di wajahnya?

"Sebenarnya siapa yang memukulmu, Mark?"

Mark mengambil kapas untuk membersihkan darah yang berada di ujung bibirnya. 4 hari berlalu setelah kejadian dimana Haechan dengan nekat menghampirinya ke kelas hanya dengan alasan dia tak terima bahwa dia di bandingkan dengan Mark?

Pfft, ya tentu saja... dia saja yang memang terlahir bodoh.

Mark tertawa senang dalam hati, dia memang tidak menyakiti lelaki itu secara fisik, namun dia bisa menyakiti kesehatan psikis Haechan melewati ibunya sendiri.

"Mark?"

"Aku tidak bertengkar dengan siapa-siapa. Hanya saja orang bodoh itu yang selalu mencari perkara,"

"Kenapa kamu tidak melaporkannya?" Kini Jeno yang sedari tadi diam langsung menyahut.

Mark melirik Jeno,"Untuk apa? Bermain-main dengannya sebentar akan terasa menyenangkan."

"Maksudmu?"

Mark hanya mengangkat kedua bahunya seolah enggan memberi tahu alasan di balik itu semua. Dia hanya menganggap bermain-main dengan Haechan itu menyenangkan, melihat wajah marahnya saja sudah membuat dia senang. Lalu... bagaimana senangnya Mark jika melihat wajah ketakutan Haechan?

"Ya, menghancurkan mentalnya secara perlahan termasuk ide yang bagus," gumam Mark sambil terkekeh kecil yang justru membuat Jeno merinding bukan main. Dia tak ingin bertanya lebih lanjut apa maksud Mark, cukup dengan melihat senyum dan tingkah sahabatnya ini sudah menjadi sebuah petunjuk yang jelas bahwa Mark tengah merencanakan sesuatu. Entah yang akan dilakukan nanti, besok atau bahkan beberapa tahun ke depan.

"Aku tak mau bertanya lebih jelas lagi, tapi aku hanya ingin mengingatkan Mark... jangan melakukan hal-hal bodoh lagi," ujar Jeno dan langsung keluar meninggalkan Mark.


♤°♤°♤

Mark masuk ke dalam rumahnya tanpa mengatakan sepatah kata pun, lagipula dia sangat yakin Dad-nya sedang di kantor saat ini, tentu tidak akan pernah bisa menyambut kedatangannya saat pulang sekolah. Yang selalu ada untuknya hanya lah Mom-nya. Mark tersenyum kala melihat Mom-nya sedang duduk di sofa sambil tersenyum juga dan menepuk tempat kosong di samping bermaksud memberi kode pada Mark untuk duduk disitu.

"Mom,"

Taeyong tersenyum dan mengusap puncak kepala Mark lembut,"Apa kamu tidak mau menceritakan kenapa wajahmu sering seperti ini? Apa kamu bertengkar atau ada anak yang mengganggumu?"

Mark terkekeh kala melihat wajah khawatir Taeyong karena lagi-lagi anaknya mendapat luka yang sama. Mark memang sengaja tak ingin melaporkan perlakuan Haechan pada keluarga atau pihak sekolah, menurutnya terlalu ribet dan membuat pusing. Apalagi nanti Haechan yang terkena imbas dengan di keluarkan dari sekolah misal, jika seperti itu maka Mark tidak akan bisa bermain-main, kan?

"Tidak Mom, hanya terjadi masalah kecil saja,"

"Masalah kecil bagaimana? Lihat wajahmu! Kamu sering pulang dengan wajah seperti ini."

"Aku tidak apa-apa, Mom." Mark menghela nafas.

"Tapi-"

"Mom sudah makan?" Ah, Mark tahu dia tidak sopan karena sudah memotong perkataan Mom-nya sendiri, tapi dia melakukan ini agar Taeyong tidak terus menerus bertanya dan khawatir.

Fragile Heart [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang