Lewat dua hari demam Haechan sudah menurun, dia bisa masak sendiri tanpa harus memesan lewat online. Selama memasak, Haechan tidak bisa berhenti berpikir kenapa Mark tidak keluar kamar sejak hari itu. Beberapa kali dia coba dengan mengetuk pintu dan menyuruh pria itu untuk makan, namun akhirnya dia harus menaruh nampan berisi makanan di depan kamar. Untung saja Mark memakannya karena saat Haechan kembali lagi makanan itu sudah habis.
"Apa dia ada masalah?" Haechan menghela nafas,"Atau aku telah membuat kesalahan?"
Tiba-tiba ponselnya yang berada di dalam saku berdering. Senyuman langsung terlukis setelah mengetahui papanya menelpon.
"Halo, Pa?"
"Halo, anak papa yang paling manis, imut, dan menggemaskan sejagat raya!"
Haechan hanya terkekeh. Papanya kadang suka memperlakukan dia seperti itu, walaupun terkadang pula Haechan merasa malu jika Johnny sudah memanggilnya begitu di depan banyak orang atau teman-teman. Seperti saat sekolah dulu, Johnny menjemput Haechan saat pulang sekolah. Tiba-tiba saja dari kejauhan seorang pria melambaikan tangan ke atas sambil berteriak "ANAK PAPA YANG PALING IMUT, PAPA DISINI!"
Hal itu bukan membuat Haechan menghampiri Johnny, tapi justru berlari masuk kembali ke dalam gedung sekolah tak memperdulikan panggilan Papanya di parkiran. Beberapa murid perempuan menahan tawa melihat Haechan berlari sambil menyembunyikan wajahnya menggunakan buku. Jatuh sudah reputasi kerennya sebagai anak yang notabennya selalu mencari masalah. Jangan heran, Haechan menganggap hal itu keren baginya.
Walaupun nyatanya dia orang yang rapuh.
Haechan tersenyum tipis setelah mengingat kejadian itu kembali. Terasa sangat menyenangkan sebelum akhirnya dia jatuh dalam genggaman Mark.
"Pa, aku sudah dewasa. Jangan memanggilku begitu lagi," rengek Haechan.
"Lihat? Kau lihat itu? Rengekanmu masih seperti bayi! Sudah, terima saja."
Haechan tertawa kecil,"Baiklah. Oh iya, jadi ada apa, Pa?"
"Selain papa merasa kangen, papa mau memberitahu kalau Chenle meminta izin untuk menginap disana. Apakah boleh?"
"Huh? Chenle sudah pulang?! Sayang sekali aku tidak bisa langsung mengacak isi kopernya saat datang,"
Johnny tertawa.
"Kebiasaan jahilmu belum juga hilang, hahaha! Tapi, tidak apa. Asalkan kamu tidak merasa sedih. Jadi... bagaimana kamu dengan Mark?"
"Ehm... ya... kami baik-baik saja dan berjalan dengan lancar, pa." Setelah mengatakan itu Haechan memukul mulutnya sendiri karena sudah berani bohong.
Sungguh, degup jantung Haechan berpacu sangat cepat karena Johnny belum merespon apapun dari seberang sana. Genggaman tangan Haechan terasa basah karena keringat.
"P-pa?"
"Oh, iya... maaf tadi hyung-mu mengganggu, ada saja memang. Syukur lah jika kalian baik-baik saja,"
Haechan tersenyum tipis,"Iya, untuk Chenle nanti aku akan tanya pada Mark. Tapi pastinya akan di izinkan, Pa. Nanti aku akan menghubungi Chenle untuk menyiapkan segala hal disini."
"Ok, terima kasih, Haechanie. Jaga dirimu, ya?"
"Siap, pa!"
《◇•◇》
Hari sudah sore, namun Mark belum menunjukan pergerakan untuk keluar dari kamar. Jadi dia diam-diam menghubungi Renjun dan Jaemin untuk datang menemani, sekaligus menjaganya dari para bodyguard. Tak bisa di pungkiri bahwa kekhawatiran terus saja menggerogoti karena beberapa bodyguard terlihat sedang memperhatikannya dari kejauhan, tentu hal itu membuat Haechan merasa tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile Heart [Markhyuck]
Fiksi PenggemarSaat masa sekolah, Haechan seorang pembully dan salah satu korban yang sering dia perlakukan jahat adalah Mark Lee, seorang murid biasa yang tak banyak bicara dan di sayangi oleh para guru. Tak ingin menyebarluaskan kenyataan bahwa dia adalah seoran...