Seorang pria tengah menyibukan diri di dapur, suara hentakan pisau dan talenan yang saling beradu menggema. Dia mencuci bawang bombay dengan tangan kanan yang sibuk membalik daging yang telah di marinasi di atas pemanggang. Makanan yang dia sajikan cukup sederhana dengan bawang bombay, selada, panggangan daging sapi dan nasi hangat. Semua itu dia atur sedemikian rupa di atas nampan.
Selama berjalan untuk mengantar makanan tersebut, entah mengapa dia merasa takut bahwa penolakan yang dia dapat. Namun, sebaiknya harus di coba dulu.
Tangan kanan Mark mengetuk pintu kamar Haechan,"Babe, it's time for you to take a breakfast."
Lima menit Mark berdiri di depan pintu tanpa mendapat respon, namun saat hendak kembali ke dapur dengan rasa kecewa, pintu kamar Haechan terbuka secara perlahan. Dengan wajah sumringah, Mark kembali ke depan pintu dan langsung menyodorkan nampan ke depan wajah Haechan yang cukup pucat.
Wajah Mark tampak terkejut,"Kau baik-baik saja?" dia meletakan nampan ke atas meja di dalam kamar dan langsung merangkul serta menuntun tubuh Haechan ke kasur,"Kau demam... tunggu, aku akan mencari obat. Seharusnya aku menyimpannya."
Mark berlari kecil keluar kamar untuk mencari obat penurun demam. Di sisi lain, Haechan tengah memejamkan mata untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya. Dia sungguh tak menyangka dengan apa yang sedang dia alami saat ini. Sosok Jaehyun yang sejak dulu di kagumi ternyata menyimpan sifat busuk hingga tega melakukan semua ini pada Mark dan keluarganya sendiri.
"Aku menemukannya," Mark muncul dari balik pintu,"Tapi sebelum itu kau harus makan."
Mark meletakan nampan di pinggir kasur setelah membantu Haechan untuk duduk bersandar. Pria dominan itu berniat untuk menyuapi Haechan,"Buka mulutmu, biar aku suapi."
"Aku bisa melakukannya sendiri."
"Tidak, biar aku membantumu."
Haechan menggeleng kuat,"Tidak, Mark. Aku bisa sendiri."
Mark menyodorkan ujung sendok mendekat ke mulut Haechan,"Ayo... buka mulutmu."
Tak di sangka, Haechan langsung menepis tangan Mark hingga membuat makanan yang ada pada sendok berserakan mengotori lantai. Suara dentingan sendok yang beradu pada lantai menjadi satu-satunya suara yang menggema di kamar.
"Kubilang, aku bisa sendiri!"
Tak bisa di pungkiri bagaimana marahnya Mark saat ini, dia meraih kerah baju Haechan dan mengangkat kepalan tangan kanannya bermaksud memberi pukulan di wajah. Bukannya merasa takut, justru Haechan balas menatap Mark tak kalah tajam seolah menantang. Cukup lama mereka berada dalam lingkup yang menegangkan, sebelum akhirnya Mark melepas kerah baju Haechan dan berdiri,"Aku akan mengambil sendok yang baru,"
Di dapur, Mark menumpu tubuhnya di meja makan sambil memejamkan mata. Kepribadiannya sudah terbentuk menjadi seseorang yang tempramen, itulah mengapa dia butuh waktu untuk menenangkan diri agar Haechan tidak terkena imbasnya. Mark peka, sebenarnya pria mungil itu sengaja melakukan hal yang tidak dia sukai. Dia tidak tuli bahwa Haechan mengatakan untuk membencinya.
《◇•◇》
Setelah memastikan Haechan selesai meminum obat, Mark menarik selimut hingga batas dada Haechan.
"Mark,"
"Hm?"
"Apa yang akan kau lakukan jika aku punya niat untuk membunuhmu suatu hari nanti?"
Pertanyaan dari Haechan cukup membuat Mark membisu, sebelum akhirnya menjawab,"Aku bisa menerimanya,"
"Jika hal itu membuatmu senang." Mark melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile Heart [Markhyuck]
Fiksi PenggemarSaat masa sekolah, Haechan seorang pembully dan salah satu korban yang sering dia perlakukan jahat adalah Mark Lee, seorang murid biasa yang tak banyak bicara dan di sayangi oleh para guru. Tak ingin menyebarluaskan kenyataan bahwa dia adalah seoran...