18 :: First Touch

11.3K 978 195
                                    

Malam sudah cukup larut, sebelumnya mereka sempat mengobrol dengan Johnny dan Ten. Hanya membicarakan hal random serta pernikahan mereka. Haechan tak banyak bicara, dia lebih memilih untuk menyimak dan sesekali tersenyum.

Di rasa sudah mengantuk, akhirnya Haechan dan Mark pamit untuk tidur. Pria manis itu mandi lebih dahulu untuk menyegarkan tubuhnya setelah seharian dan berlanjutlah menata kasur untuk Mark tidur.

"Mark, aku sudah menyiapkan tempat tidurnya jadi kamu tinggal tidur saja."

Mark melirik pria yang kini tengah menata beberapa bantal di atas sofa,"Apa yang kau lakukan?"

"Menyiapkan tempat untuk aku tidur,"

"Apa maksudmu? Kau juga tidur di kasur."

"Tidak perlu, Mark. Kamu bisa gunakan-"

Haechan menelan ludahnya dengan susah payah, merasa ngeri karena Mark menatapnya tajam seolah tak menerima penolakan. Tanpa membuang waktu, Haechan segera pindah ke atas kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Helaan nafas panjang terdengar dari Mark, dia duduk di sofa single dan melihat sekitar ruangan. Jujur saja saat pertama kali menginjakan kaki ke kamar Haechan lebih dalam, ada rasa familiar terhadap ruangan ini seolah dia pernah datang dan berada di kamar ini dalam kurun waktu lumayan lama.

"Mark," panggil Haechan.

"Hm?"

"Kau tidak tidur?"

"Tidur saja duluan, aku akan menyusul."

"Ada pekerjaan kantor? Aku bisa membantumu."

Mark menggeleng,"Kau tidur saja."

Sebenarnya Haechan merasa aneh dengan sikap Mark. Tak biasanya pria itu menjawab segala perkataan Haechan tanpa meninggikan suara. Ah, dia hampir lupa. Mark melakukan itu karena mereka sedang tidak berada di rumah sendiri. Tak apa, nikmati saja sikap Mark yang melembut seperti ini karena saat dia kembali menginjakan kaki ke rumah penuh siksaan itu, tak ada lagi yang namanya lembut di dalam kamus Mark.

Haechan menarik selimutnya kembali sampai ke bahu dan memejamkan mata. Terserah Mark mau tidur jam berapa, dia tidak mau menimbulkan perdebatan. Belasan menit berlalu dan hanya suara dentingan jarum jam yang masuk ke dalam telinganya, tapi Haechan sama sekali tak bisa terlelap seperti ada sesuatu yang memperhatikannya.

Haechan segera duduk dan mendapati Mark tengah menatapnya terus menerus tanpa henti dari sofa dengan wajah tanpa ekspresi.

"M-mark? Kau baik-baik saja?"

Beberapa menit berlalu, Mark baru mau membuka mulutnya,"Kenapa?"

"Bisakah... kau berhenti menatapku seperti itu? Aku tidak bisa tidur."

Mark tersenyum miring,"Bagaimana bisa kau tahu aku menatapmu sejak awal?"

Haechan tak menjawab. Dia hanya berani menunduk sambil meremat selimutnya. Mark bangkit dan berjalan menuju kasur. Jari tangannya membuka kancing kemeja satu per satu dan menyampirkan kemejanya ke atas kursi. Kini pria itu hanya bertelanjang dada.

"Hiraukan saja, aku sering tidur seperti ini." Ujar Mark dan berbaring di samping Haechan.

Pria manis itu menggeser tubuhnya sedikit ke pinggir dan kembali berbaring membelakangi Mark. Tolong beri dia waktu, jantungnya sungguh berdegup cepat setelah mengetahui Mark menatapnya tanpa alasan sejak awal Haechan menutup mata. Sekarang di tambah pria brengsek yang sedang bertelanjang dada tidur tepat di sampingnya.

Haechan memaksakan mata untuk kembali terpejam, namun tak lama membelalak karena merasakan sesuatu menarik tubuhnya mendekat. Satu tangan Mark memeluk pinggangnya. Lagi, Haechan menoleh ke belakang dan sepasang mata bulat itu langsung bertemu dengan mata tajam Mark yang tengah menatapnya tanpa mengatakan apapun. Persis seperti kejadian sebelumnya.

Fragile Heart [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang