happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)Alesha langsung memegang lengan Nenek nya dan menggeleng kan kepalanya.
"Bukan kok Nek, emang Kak Arya bercanda nya kelewatan!" Ujar Alesha sembari menatap sinis ke arah Arya.
"Sudah nggak apa-apa Les, mau berteman atau punya hubungan juga itu urusan kalian. Nenek hanya ingin kamu bahagia selalu Alesha."
Arya mendadak menegang, kata-kata yang di lontarkan Tina-- Nenek Alesha itu membuatnya teringat. Arya selalu membuat gadis di sampingnya ini sakit hati, karena sikap dan perkataannya.
"Loh kok jadi diem semua? ayo itu di minum lagi tehnya, mumpung masih hangat." Alesha dan Arya pun mengangguk, mata mereka saling melirik satu sama lain.
Kali ini Tina mengajak keduanya ke halaman belakang rumah, Alesha masih ingat sekali dengan semua kenangan yang ada di sini.
Ayunan di sudut halaman, panggung kecil yang ia buat juga berada di tengah-tengah halaman itu. Tanaman bunga yang dulu ia belikan untuk Neneknya pun masih terlihat keindahannya. Senyumnya mengembang, tatkala mengingat betapa bahagianya dia dahulu tanpa pernah merasakan sakit hati dan juga kesedihan.
"Duduk di sini aja ya, ayo nak Arya jangan sungkan-sungkan!" Tegur Tina yang menepuk lengan Arya agar ikut duduk di gazebo yang ada di halaman belakang ini.
"Dulu Alesha seriiiing banget main ke rumah Nenek, tapi semenjak SMK Alesha sudah di sibukkan sama kegiatan sekolahnya." Nenek Tina mulai bercerita, Arya pun menyimaknya dengan baik. Ia menatap wajah Nek Tina. Terlihat jelas bahwa Nek Tina cukup merasa kesepian, karena tinggal sendiri di sini.
"Ayunan itu," sambil menunjuk ke arah ayunan bercat coklat, Alesha pun menatap Neneknya yang tengah tersenyum padanya.
Gadis itu memainkan ayunannya, ia membiarkan Arya bersama Neneknya. Karena saat-saat seperti ini Alesha seperti bernostalgia ke masa kecilnya. Di mana ia menangis itu hanya karena jatuh dari ayunan, bukan karena jatuh cinta sendirian.
"Memang kenapa Nek sama ayunan itu? apa ada cerita?" Tanya Arya dengan segala rasa ke ingin tahuan nya.
Mungkin ini ada sangkut-pautnya dengan Alesha, karena gadis itu sedari tadi tersenyum dengan ayunan yang membawa dirinya berayun-ayun maju ke depan hingga berayun ke belakang.
"Ayunan itu adalah benda kesayangan Alesha, yang selalu ia datangi pertama kali saat ke rumah Nenek." Ujar Tina dengan senyum yang terus menghiasi wajah nya yang sudah tampak banyak kerutan, juga rambut yang memutih.
"Nenek senang kalau lihat Alesha tersenyum bahagia, seperti sekarang." Arya mendadak tercekat oleh ucapan Nek Tina.
Mungkin Alesha adalah tipe orang yang tidak mau terlalu berbagi kesedihannya dengan yang lain. Hingga Nenek nya saja tidak mengetahui kalau Alesha belakangan ini sering bersedih hati.
"Panggung kecil itu, dulu adalah tempat Alesha menari. Sering banget dia ajakin Nenek ikutan nari, cah ayu satu itu seneng nya minta ampun!" Tina menggelengkan kepalanya seraya terkekeh, mengingat betapa lucunya Alesha dulu ketika menari.
"Gadis periang, aktif, juga cerewet itu ciri khasnya. Yang gak Nenek dapat dari cucu-cucu yang lain." Lanjutnya lagi, hingga Arya kini menjadi tahu banyak tentang Alesha.
"Oh iya satu lagi nak Arya,"
Arya menatap penuh tanda tanya, "Apa itu Nek?" Tina pun memutar kepalanya menghadap Arya dan tersenyum tipis. lalu kembali menghadap arah depan.
"Waktu SMP anak itu suka sekali berkhayal sebelum tidur, Nenek sampai heran kok suka sekali dia berimajinasi." Tuturnya dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEAN | one-sided love ( the end )
Teen FictionKisah ini bermula dari seorang murid kelas sepuluh bernama Alesha Citraningtyas, gadis yang baik hati, sederhana, dan pandai bergaul. Sejak acara demo ekskul waktu itu, Alesha mulai penasaran dengan dua orang lelaki bernama Arya dan Awan. Mereka ada...